"Jung Eunha.. kau dimana? Cepat datang lah . . ."
Eunha lagi-lagi harus terbangun setelah tiga hari lamanya ia dapat tertidur nyenyak. Napas Eunha memburu tanpa alasan hanya karena mendapat sebuah mimpi berupa bisikan yang mendengung dalam telinganya di sebuah padang rumput.
Eunha segera bangkit dari kasurnya, ia beralih untuk menyingkap tirai jendelanya. Sedikit silau karena mata hari dari ufuk timur sana sudah bersinar terang memberi cahaya pada kamar Eunha. Tanpa mau membuang waktu ia langsung bergegas untuk bersiap karena ia rasa hari ini ia ingin bertemu dengan Myunghao, ahli sihir kerajaannya.
Gerakan Eunha bahkan sangat gesit untuk sebuah dandan dari seorang ratu. Tidak perlu berlama dalam bersolek, aura Eunha bahkan terpancar alami. Setelah siap dengan pakaian serta dandanannya, Eunha berjalan tergesa menuju ruang bawah tanah di mana ruang pribadi Myunghao berada. Ia sedikit terkejut karena tepat di persimpangan koridor antara dinding istana yang menjulang tinggi ia hampir menabrak seseorang yang lengkap dengan seragam pempimpin bagian pertahanan dari kerajaan Jung. Siapa lagi kalau bukan panglima Kim yang akan siap sedia untuk menjaga kerajaan?
"Mohon maaf menabrakmu, Ratu. Apa aku melukaimu?" tanya Mingyu dengan penuh khawatir karena baru saja Eunha menabrak bagian dada Mingyu yang tentu sangat keras dan berotot.
Eunha terkekeh dan langsung menggeleng cepat, "Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menemui Myunghao kali ini, Mingyu."
"Apa ada sebuah clue lagi, Yang Mulia? Aku bersedia jika harus menemani Ratu untuk menyelesaikan misi ini," Mingyu terlihat semangat. Ia bahkan menawarkan diri untuk memberikan bantuan.
Merasa spesial, Eunha tersenyum manis, "Boleh. Ayo, ikut aku," ujar Eunha lembut, ia kini menggenggam tangan besar Mingyu dan mengajaknya untuk berjalan berdampingan. Tanpa unsur canggung, bahkan Eunha menggamit tangan itu layaknya seorang sahabat yang sedang ingin terbuka akan sesuatu, "Aku bermimpi lagi hari ini, Gyu."
Mingyu menolehkan kepalanya pada Eunha di tengah perjalanan mereka. Wajahnya terlihat antusias namun juga penasaran, "Apa mimpi kali ini memberikan banyak petunjuk untukmu, Ratu?"
Eunha menghela napasnya. Dengan langkah mereka yang sudah memulai menuruni anak tangga, ia menggeleng, "Tidak . . . aku hanya bermimpi di padang rumput yang luas. Sehabis itu aku mendengar sebuah bisikan, ah tidak, lebih seperti sebuah lirihan."
Baru saja Mingyu ingin kembali menyahut, mereka berdua sudah sampai tepat di depan pintu ruang pribadi Myunghao. Dengan tangan lentiknya, Eunha bergegas mengetuk pintu katu di depannya yang masih terlihat antik. Selang beberapa detik, pintu segera dibuka oleh sang empu. Melihat Eunha yang menjadi tamu saat itu, Myunghao tentu membungkukkan tubuhnya kembali dengan sopan, "Salam, Yang Mulia."
"Salam, Myunghao," sahut Eunha. Ia tersenyum manis setelahnya pada Myunghao yang kini sudah menegakkan kembali tubuhnya.
Myunghao dengan cekatan langsung membuka pintu ruangannya dengan lebar. Mempersilahkan Eunha dan Mingyu untuk segera masuk, "Silahkan Yang Mulia, Panglima Kim untuk segera masuk ke dalam ruanganku. Suatu kehormatan bisa dikunjungi kembali denganmu."
Eunha tersenyum kecil, sedikit terkekeh, lalu dengan anggun melangkah memasuki ruangan yang beberapa tempo waktu sudah pernah ia kunjungi. Seperti biasa, Eunha akan dipersilahkan untuk duduk di sebuah meja bundar Myunghao yang di atasnya terdapat beberapa tumpukkan buku tebal berserta satu bola kaca mengkilap.
"Kali ini aku ingin membicarakan soal mimpiku yang baru saja aku dapatkan lagi di hari ini, Hao," celetuk Eunha sebagai pembuka. Myunghao yang sedang sedikit merapikan beberapa buku di atas meja yang terbuka itu kini menegakkan posisinya tubuhnya untuk memberi atensi lebih pada Eunha.
"Maaf, izin bertanya, Yang Mulia. Apa mimpi itu adalah sebuah panggilan untuk Yang Mulia agar segera masuk ke dalam dimensi itu?" tebak Myunghao dengan muka seriusnya. Wajahnya seperti berkata kalau ia mengetahui segalanya.
Eunha yang merasa terkejut akan panahan tebakan Myunghao yang tidak meleset pun matanya sedikit membola, bahkan Mingyu yang di samping Eunha tidak dapat menutupi rasa kagumnya, "Ya, apa itu pertanda bagus? Atau malah pertanda buruk?"
Myunghao sedikit menghela napasnya, sedikit bingung mau menjawab apa, "Tidak ada yang bagus atau yang buruk. Hanya sebuah sinyal agar Ratu cepat menjemputnya. Namun bisa juga hal ini sebagai peringatan, entah ada hal buruk apa yang nantinya akan terjadi, Ratu."
Bahu Eunha seakan melorot. Keinginan dirinya untuk segera masuk dalam dimensi benar-benar besar. Namun entah kenapa mental Eunha berkata untuk tunggu sebentar lagi. Lama Eunha melamun, ia sempat mengingat soal percakapannya dengan Mingyu kemarin, "Omong-omong, Myunghao. Apa raja itu dari sebuah kerajaan besar?"
Kedua mata Myunghao berkedip sesaat dengan perlahan, menandakan kalau ia sedang menyusun sebuah kata-kata di dalam pikirannya, "Ya, Yang Mulia. Banyak yang bilang kalau raja ini adalah seseorang dari suatu kerajaan terbesar di muka bumi ini."
Eunha sedikit terjengit kaget mendengar itu, dengan suara menggebu ia bahkan tiba-tiba saja bertanya dengan nada tinggi, "Kerajaan terbesar di muka bumi? Kerajaan Jeon?"
Myunghao mengerutkan keningnya, setelahnya ia berusaha untuk mengatur mimik wajahnya. Ia juga sempat memalingkan wajahnya untuk menimang ucapan Eunha sebentar. Ya, jika dilihat dari kenyataan, kerajaan Jeon saat ini memimpin jalannya sistem ketatanegaraan secara internasional terbesar, dan baru setelahnya diikuti oleh kerajaan Jung.
Dua kerajaan yang sama-sama dipimpin oleh pemimpin tunggal itu memang sedang gencar-gencarnya memperluas dan menaklukkan daerah kekuasaan baru. Tapi . . . mengingat bahwa fakta kerajaan Jeon dipimpin oleh seorang raja muda tunggal yang mana tentu menurut Myunghao sangat minim kalau raja itu memang berasal dari kerajaaan Jeon, membuat Myunghao kini menatap Eunha yakin, "Maaf jika menyangga, Ratu. Tapi . . . apa mungkin? Mengingat Raja Wonwoo ialah putra mahkota satu-satunya."
Eunha sedikit memanyunkan bibirnya. Ia bingung, ia tidak tau, dan lagi, dia hanya menebak. Merasa bersalah akan ucapannya, Myunghao akhirnya kembali membuka suara, "Aku tidak tau jawabannya, Ratu, maaf. Tapi aku bisa membantumu untuk mencari jawaban, Ratu."
"Bagaimana caranya?" tanya Eunha yang langsung pada intinya.
"Menjelajahi waktu. Aku yakin raja itu pasti ada hubungannya dengan masa lalumu, Yang Mulia."
O0O

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM - Revisi ✅
Hayran Kurgu[ Eunkook! Kingdom AU ] Ratu Eunha adalah penguasa di daerah semenanjung Selatan yang mendapatkan sebuah wasiat dari orangtuanya. Berhasil kah Eunha untuk menjalankan wasiatnya? 210107 © eunhamiere