empat.

869 90 11
                                    


Jam kerja sudah berakhir 4 jam yang lalu namun Namjoon masih menolak untuk pulang. Yoongi, sekretarisnya yang paling kurang ajarpun mendadak aneh karena berkata kalau ia akan menunggu sampai Namjoon pulang, baru ia pulang. Kerjaan semua sudah selesai dan kini kedua pria dewasa itu tengah menenggak sekaleng beer diruangan Namjoon. "Kenapa wajahmu kusut begitu?" Namjoon terkekeh, "Tidak apa. Banyak hal yang kupikirkan akhir-akhir ini." Yoongi mengangguk-angguk saja, enggan bertanya lebih jauh. Biar kelakukannya kurang ajar, namun ia masih menghormati Namjoon sebagai atasannya.

"Yo, Yoongi hyung." Yoongi menoleh sembari meminum beernya ketika Namjoon memanggil namanya, "Apa yang akan kau lakukan jika Jimin sudah menikah denganmu namun ia masih memiliki kekasih?" Yoongi diam, ia tampak berpikir. Tak lama Yoongi menjawab dengan berkata kalau jika Jimin melakukan itu, maka mereka memutuskan untuk membicarakannya baik-baik. Namun jika tidak menemukan titik cerah dan Jimin lebih memilih dengan kekasihnya ketimbang dirinya, maka Yoongi akan melepas Jimin. Yoongi menatap Namjoon yang kini melihat kota dari ketinggian, "Kenapa bertanya begitu? Apa Seokjin seperti itu?" langsung Namjoon mengangguk, "Kim Taehyung yang tadi itu adalah kekasih Seokjin."

"Ah gila. Sejak kapan?" Namjoon menaruh kaleng beer yang sudah habis di sisi kirinya dan menyenderkan tubuhnya pada kaca besar di depannya. Dengan lirih ia menjawab kalau Taehyung dan Seokjin sudah menjalin kasih sejak 3 tahun serta menceritakan rencana Taehyung untuk menikahi Seokjin. Namjoon menceritakan semuanya, dan Yoongi menyimak dengan baik.

"Lantas tujuan dia kemari itu untuk apa? Dia bilang apa padamu?"

"Kami ini sepasang kekasih, Namjoon-ssi."

Namjoon hanya diam, tidak bereaksi apa-apa. Pun Taehyung melakukan hal yang sama. Justru pria itu terlihat jauh lebih tenang ketimbang Namjoon yang terdiam kaku. "Tolong jangan bereaksi seperti itu, Namjoon-ssi. Aku kesini tidak ingin gencatan senjata lalu mengklaim Seokjin itu milikku seperti di film-film. Jika itu apa yang ada dipikiranmu sekarang, lebih baik hentikan saja." Memang betul, itu apa yang ada dipikiran Namjoon saat itu. Ia terlalu takut Seokjin akan diambil darinya sehingga berpikir yang macam-macam. Namjoon berusaha tenang dan menarik napasnya dalam.

"Lalu kau mau apa, Taehyung?"

"Aku akan pergi. Menyusul kedua orang tuaku di Swiss selama 2 bulan lalu pergi ke Prancis dan melanjutkan pendidikan di sana. Sekaligus melepas Seokjin untukmu." Taehyung memutus ucapannya dan menarik napas, "Tidak ada gunanya mempertahankan Seokjin. Biar aku cinta matipun tidak ada gunanya juga. Aku tidak punya hak untuk memiliki Seokjin. Aku hanya kekasihnya, bukan sepertimu yang jelas adalah suaminya."

"Jujur, aku masih sangat cinta. Kami sudah menjalin kasih lebih dari 3 tahun, bahkan aku sudah merencanakan pernikahan dengan Seokjin. Tapi semuanya harus kandas. Aku tidak masalah, mungkin memang harus begini. Hanya saja Seokjin menyulitkanku." Namjoon mengeryit. Ia berjalan maju dan mendorong pelan tubuh Taehyung agar kembali duduk di sofa. "Maaf, aku tidak mengerti. Aku baru saja menikah beberapa hari dengan kekasihmu, jadi belum bisa mengerti Seokjin seutuhnya. Apa yang dia lakukan padamu?" Taehyung menatap Namjoon lamat-lamat, "Aku mengerti Seokjin masih mencintaiku, pun aku juga sama. Sejak awal dia bercerita akan dijodohkan, aku awalnya tidak terima. Namun ketika dia menceritakan detail tentang calon suaminya—yaitu kau—aku perlahan bisa melepas Seokjin. Dari segi manapun, jika hubungan kami dilanjutkan, itu tidak baik. Dan aku terlalu malas untuk ikut campur masalah rumah tangga orang lain, itu menyulitkan."

"Aku memintanya untuk merelakan hubungan ini. Namun dia tetap pada pendiriannya, aku tidak bisa. Menjadi kekasih diam-diam sedangkan dia sudah menikah. Biar bagaimanapun aku tidak akan bisa memiliki Seokjin seutuhnya bukan? Dia bahkan berjanji padaku akan segera menceraikanmu dalam waktu 5 bulan ini agar bisa kembali padaku. Namjoon-ssi, itu tidak baik bukan? Segila-segilanya aku, menghancurkan pernikahan orang lain jelas bukan apa yang akan kulakukan demi mendapatkan kekasihku kembali." Taehyung menyeka air matanya yang mengalir, ia menangis dengan tenang. Emosinya terkuras banyak karena perilaku Seokjin yang sangat egois. Mempertahankan hubungan itu tidak salah, hanya saja situasi dan kondisinya sudah berbeda. Seokjin tidak ingin melepas Taehyung sama sekali dan itu tidak baik. Menyakiti hati baru demi mempertahankan ketidak pastian bukanlah gaya Taehyung, sama sekali.

bad romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang