tujuh.

983 82 4
                                    

Matahari kembali naik dan haripun telah berganti. Dengan perlahan Seokjin membuka matanya dan bangun lebih awal seperti kemarin. Kembali menyiapkan diri untuk membuat sarapan serta bekal untuk Namjoon. Entah kenapa, setelah semalam Namjoon menunjukkan reaksinya pada Seokjin, ia merasa bersemangat untuk kembali menyiapkan sarapan dan makan siang untuk suaminya itu. Masakannya dihargai adalah hal yang paling ia membuat Seokjin bahagia, sekalipun itu adalah orang itu adalah Namjoon yang dulu sangat ia benci.

Dengan perlahan ia bangun dari ranjangnya dan meninggalkan Namjoon yang masih tertidur pulas. Setelah berbincang dengan Seokjin semalam dan berkata kalau ia akan tidur duluan, nyatanya bohong. Begitu Seokjin sampai kamar, pria itu masih saja berkutat dengan laptopnya dan sesekali akan menghubungi Yoongi. Seokjin nyaris saja mengeluh karena merasa tidurnya terganggu, namun urung ia lakukan karena Namjoon terlihat serius sekali.

"Kenapa tidak tidur? Matamu terlihat mengantuk sekali. Kerjakan ini nanti saja di kantor."

Namjoon menggeleng, "Aku meminimalisir pekerjaan nanti. Biar bisa pulang cepat. Lelah kalau terlalu lama di kantor." Seokjin menghela napas lelah. Ia terlalu mengantuk namun suara yang ditimbulkan oleh Namjoon cukup mengganggu konsentrasi tidurnya. Pria itu lalu berkata kepada Seokjin untuk tidur saja, tidak perlu menunggunya. Namun Seokjin menggeleng pelan, enggan untuk melakukan apa yang direkomendasikan oleh Namjoon. Sudah 10 menit Seokjin memperhatikan Namjoon bekerja, dan entah apa yang merasuki pria ini, namun semakin larut malah semakin semangat mengerjakan pekerjaannya. Hingga 1 jam terlewati dan Seokjin menyerah. Perlahan ia maju, mendekati Namjoon.

Pergerakan yang ditimbulkan oleh Seokjin tentu mengejutkan Namjoon, ia menoleh dan menatap suaminya. Mana sangka kalau Seokjin akan mengambil laptopnya, menutupnya perlahan, lalu meletakkannya di meja nakas samping sisi Namjoon. Dilanjutkan dengan melepas kacamatanya dan menaruhnya tepat di atas laptop itu. "Kenapa, Seokjin? Aku masih harus bekerja." pria itu menggeleng, melarangnya untuk melanjutkan pekerjaannya. "Lalu, bagaimana? Aku--" ucapan itu terhenti karena ulah Seokjin. Pria itu mengecup bibirnya dengan memberikan sedikit lumatan setelahnya. Kedua tangannya memegang kedua sisi kepala Namjoon, guna memperdalam ciuman itu. Cukup kaget pada awalnya, namun Namjoon dapat beradaptasi. Tangannya yang besar perlahan melingkar di pinggang Seokjin dan menarik tubuh itu agar duduk di atasnya. Terus begitu. Berperang lidah cukup lama, membiarkan saliva mereka tertukar. Hingga Seokjin mengakhiri sesi itu dan menatap Namjoon di mata, "Ayo, tidur. Matamu terlihat lelah sekali. Kamu harus istirahat." bujuk pria itu pelan sembari mengusap lembut kedua mata Namjoon. Memijat sisi kedua matanya perlahan dengan gerakan yang memutar.

Namjoon tersenyum dan mengangguk, "Baik. Aku akan tidur." Seokjin mengangguk dan kembali menarik kepala Namjoon untuk mengecup kening pria itu, "Pintar." ujarnya seraya mengusap rambut Namjoon lembut, lalu turun dari pangkuannya dan langsung jatuh tertidur kembali.

Seokjin sudah siap di dapur, setelah tadi sudah selesai menyiapkan pakaian kerja Namjoon sebelum akhirnya mencuci muka lalu bergegas ke dapur. Pelayan sempat menyapanya tadi dan menawarkan bantuan, namun dengan halus ia menolak. Memasak dengan celemek menurutnya percuma, toh ujung-ujungnya aroma dari masakan akan tetap mengenainya dan baju serta tubuhnya akan dibersihkan. Jadi, Seokjin langsung saja memasak. Bahan sudah siap dan peralatan juga sudah ada di depan mata. Tidak butuh waktu lama bagi Seokjin untuk segera memulai acara masak-masaknya.

Katakan saja aneh, namun entah kenapa dari semalam ia ingin sekali makan sup ayam pagi-pagi dan pagi ini cuaca sangat mendukungnya untuk memasak itu. Biar memasak, telinganya tetap peka dengan keadaan sekitar. Meskipun jaraknya cukup jauh, namun ia bisa mendengar suara yang ditimbulkan Namjoon dari kamarnya. Ia yakin 100% kalau pria itu pasti akan bangun terlambat, mengingat larutnya pria itu tertidur semalam. Suara erangan kesal dan barang yang berjatuhan terdengar cukup kencang.

bad romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang