delapan.

983 78 21
                                    

Kali ini, sebelum Seokjin membuka mata, Namjoon sudah mendahuluinya. Jika semalam adalah mimpi, maka itu menjadi bunga tidur terindah yang pernah dirasakan oleh Namjoon. Apa mungkin sebelum menjadi Kim Namjoon, ia pernah menjadi sosok yang menyelamatkan dunia di masa lampau? Atau orang yang berhasil menyelamatkan dunia dari krisis ekonomi yang sempat menimpa sebagian besar negara di bumi dulu? Setelah berusaha keras maka buah manisnya dapat dipetik? Namjoon nyaris gila rasanya.

Semalam apa lagi.

Ya ampun.

Jika ini adalah film atau bacaan, maka Namjoon akan mengulang dibagian yang sama untuk kesekian kali. Tidak peduli film itu akan rusak atau halaman dari buku itu akan lecek lalu robek. Ia akan tetap mengulangnya dan memperbaikinya jika rusak. Menontonnya sampai ia hapal kalimat yang dilontarkan oleh Seokjin dan membacanya sampai terekam jelas diingatan.

Entah apa yang ia lakukan di masa lampau hingga masa depannya seperti ini indahnya. Yang jelas sekarang ia sangat bersyukur, karena dari kesengsaraannya meskipun baru beberapa hari menikah, dengan cepat ia bisa memetik buahnya yang terasa sangat manis. Bersyukur Kim Seokjin memiliki kekasih seperti Kim Taehyung yang mampu berpikir dewasa sehingga bisa menyudahi hubungan mereka dengan baik-baik dan membangun tali pertemanan yang baik juga dengan Namjoon. Bersyukur juga Seokjin dikelilingi oleh orang-orang baik, seperti Chanyeol misalnya. Biar di awal Seokjin tidak begitu baik dengan Namjoon, setidaknya ia bersyukur sepanjang perjalanannya menjadi tokoh jahat, masih banyak yang bersikap baik dan hangat pada Seokjin.

Apa yang terjadi semalam itu benar-benar indah. Setelah pengakuan yang sangat mendadak dari Seokjin, Namjoon kembali memijat kaki pria itu, guna mengalihkan perhatiannya. Jika Seokjin sibuk menutupi wajahnya dengan bantal, maka Namjoon menyibukkan diri dengan cara lain. Hingga sesi pijat itu selesai, Namjoon memutuskan untuk mengikis jarak diantara mereka. Bergerak lebih maju dengan kedua kaki Seokjin ada di pangkuannya. Menatap wajah berlapis bantal itu dan menarik bantalnya turun. Seokjin tidak memberikan perlawanan apa-apa dan membiarkan wajah serta telinganya yang memerah padam. Kekehan kecil keluar dari mulut Namjoon, ia merasa lucu melihat Seokjin yang malu-malu padahal biasa terlihat berani dan sassy.

"Malu?" pria itu mengangguk, membuat rambutnya yang lembut bergoyang-goyang kecil. Kedua tangan besar milik Namjoon dibiarkan bersandar di kaki Seokjin yang tidak tertutup apapun. Menepuk lalu mengelusnya perlahan, tanpa ditandai hasrat apapun. Benar-benar gestur tulus, tanda sayang. Matanya melirik jam yang berada di atas meja nakas, tepat disebelah Seokjin. "Ini sudah malam, ayo tidur."

"Besok kerja, ya?"

Namjoon mengangguk, "Ya. Aku tidak bisa bolos, ada proyek besar soalnya. Dokternya akan datang ke rumah, jadi kamu tidak perlu keluar. Ada apa?" Seokjin menggeleng, "Tidak apa. Hanya bertanya." keheningan kembali menyelimuti mereka setelahnya. Hanya terdengar bunyi jam di dinding dan suara dari jalanan yang terdengar sayup-sayup. "Memangnya ada apa. Aku tidak paham, jangan kode-kode begini." Seokjin hanya menggeleng, "Tidak. Lihat besok saja, aku mengantuk."

"Serius?"

"Serius, Joon." kata Seokjin sembari mendongak. Akhirnya setelah sekian lama menunduk, netra itu kembali dipertemukan dengan kedua mata naga milik Namjoon. Jika kedua mata Seokjin memiliki warna coklat yang indah dengan sejuta bintang di dalamnya, maka Namjoon memiliki bola mata yang gelap seperti laut yang tidak berujung luas dan dalamnya. Tanpa sadar Seokjin mendekatkan diri dengan tangan yang terangkat. Berusaha meraih kepala Namjoon. Matanya tidak putus kontak sama sekali, benar-benar melihat bola mata Namjoon yang dibingkai dengan lekukan yang tajam.

Kedua ibu jarinya ia tempatkan di kedua pelipis Namjoon dan memijatnya perlahan. Memutar arah jarum jam. Wajah Namjoon terlihat kebingungan, maka Seokjin hanya menjawabnya dengan alasan pijitan ringan itu hanya sebagai balasan atas perbuatan Namjoon seharian ini padanya. Sekitar 10 menit timbal balik itu terjadi, Seokjin memutuskan untuk mengakhiri. Perlahan kedua tangannya turun namun dengan cepat diraih oleh kedua tangan lainnya. Menarik tangan Seokjin perlahan dan membawanya ke arah bibir Namjoon. Menciumnya bergantian. Dari tangan yang satu ke yang lain. "Terima kasih."

bad romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang