J&T7D | 07 : Delcamino tragedy.

640 98 28
                                    

J&T7D | 07 : Delcamino tragedy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

J&T7D | 07 : Delcamino tragedy.
Warning : Typos.
Writers's note : —

Langkah kaki Sasha berjalan dengan lunglai, menyusuri koridor gedung A teknik kimia. Tali backpack hanya ia selampirkan satu di punggung kanan, kedua tangannya memeluk binder berisikan materi yang ia kerjakan mati-matian.

Entah, hari ini—dan juga kemarin, terasa begitu lelah. Setelah kejadian Karina, dan Sally—gadis itu mengamuk sampai pukul tiga pagi. Membuat Sasha mengutuk Tante Sarah semalaman.

Ditambah, jam ujian hari ini dimajukan. Yang awalnya jam dia sore, kini menjadi jam sepuluh pagi. Ya meskipun hari ini hari terakhir, ujian teori tentang bioproses, reaktor dan termodinamika tidaklah sulit bagi mahasiswi otak encer seperti Sasha.

Langkahnya perlahan berhenti, matanya menyala dengan heran. Mendapati tiga mahasiswi yang tampak asing, tengah berdiri atau lebih tepatnya ingin menghalangi jalan Sasha.

Siapa lagi? Sasha tahu, mereka bukanlah bagian dari mahasiswi teknik kimia. Biasanya, hanya anak hukum, bisnis dan ekonomi yang berpenampilan nyentrik seperti itu. Memakai jeans ketat, croptop berpolkadot, rambut warna-warni seperti ayam-ayam yang dijual di depan SD. Mulai dari yang berambut pirang, ungu sampai merah menyala.

Sasha semakin risih, tatapan mereka begitu mengintimidasi. Apalagi, si perempuan berambut pirang. Berlagak menyilangkan tangan di dada dan menatap tajam Sasha.

Sasha tidak mau ambil pusing, koridor gedung ini selebar tujuh meter. Masih ada jarak lima meter lebih yang bisa dilewati, akhirnya Sasha melewati mereka tanpa peduli sedikitpun. Tapi, ia merasakan backpack-nya ditahan dari belakang.

“Oh, jadi ini,” celetuk si rambut merah, oknum yang menahan backpack Sasha. “Jadi ini nih, yang bikin hubungan sahabat gue sama pacarnya hancur?”

Sasha hanya memandang sinis gadis itu, kemudian menghentakkan tangan si rambut merah yang menahan backpack-nya.

Si rambut merah terlihat kaget, begitu pun si rambut ungu. Sedangkan si rambut pirang, berjalan maju mendekati Sasha.

“Berani juga ya lo?”

“Terus gue harus takut gitu?” sungut Sasha balik, “gue nggak kenal lo semua siapa, dan gue nggak punya waktu buat berurusan sama orang sampah kayak lo.” Sasha hendak berbalik, menuju ke kelasnya. Namun si rambut pirang, ia merasa begitu terintimidasi ia menjambak rambut Sasha.

“Bener ya, kata Karina, lo tuh nggak tahu diri.”

Sasha tertawa. “Jadi lo semua backingan-nya Karina?” mereka semua terdiam. “Bilangin sama Karina, kalau ada urusan sama gue, temuin gue langsung. Nggak perlu bawa pasukan ke kampus orang, norak.”

𝐉 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝟕 𝐝𝐰𝐚𝐫𝐟𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang