J&T7D | 13 : At sixteen.

201 33 0
                                    

J&T7D | 13 : At sixteen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

J&T7D | 13 : At sixteen.
Warning : —
Writers’s note : —

“Udah dong, jangan nangis terus. Nanti baby-nya juga ikut nangis, ya?” Tasya sangat ingat sekali, waktu ia mendatangi Sasha dikelas dan menangis tersedu-sedu karena Eric dan Wina, gadis itu ada disana. Memeluk Tasya, menenangkannya dan mendengarkan keluh kesah Tasya dengan sabar. Oleh karena itu, ia juga memberikan selembar tissue yang baru ditarik dari bungkusnya dan memberikannya pada Sasha. Sama seperti apa yang dilakukan oleh Sasha.

“Emang ya, pada dasarnya cowok kalau nggak bangsat ya homo. Gue juga heran, Aletta tuh tipe spesies apaan sih? Pithecanthropus Erectus? Atau bekantan? Maksa banget jadi orang,” sungut Tasya yang kesal, ia melirik Sasha yang masih menangis.

Setelah pulang dari kediaman Aletta, suasana hati Sasha tidak terkontrol. Hal itu membuat Tasya panik, sehingga membawanya ke sebuah taman. Mungkin saja, suasana taman yang asri dapat menenangkan hati temannya.

“Eric cerita semua,” ujar Tasya dengan memelan. “Jeno, sekarang lagi ke Bali. Dan setelah mendengar semuanya, gue yakin Opa dan Oma mereka bener-bener bisa membantu masalah ini, Sha. Gue bener-bener yakin, jadi ... Lo harus bersabar sedikit ya? Sampai semuanya bener-bener beres. Dan lo ... bakal balik lagi sama Jeno.”

“Lo harus yakin Sha, jangan cuma berfokus sama satu ketakutan kalau ada banyak keyakinan disisi lo. Apa yang mau lo raguin kalau udah lihat Jeno gini? Aletta tuh payah, cemen, cuma banyak gaya aja.”

Setelah itu, Tasya menarik Sasha untuk bersender di bahunya. Tangannya melingkar memeluk Sasha dari samping. Perlahan, tangisan Sasha mereda saat melihat sebuah pemandangan—sepasang suami-istri tengah menuntun anak mereka yang baru bisa berjalan disisi danau.

Tawa menghiasi wajah ketiganya, apalagi disaat sang anak mencoba berjalan sendiri, lalu terjatuh diatas rumput. Dan ketiganya tertawa, lalu sang Ayah mengangkat anak perempuannya untuk digendong diatas bahu.

Sasha berpikir, akankah sepanjang hidupnya ... ia akan merasakan pemandangan yang ia lihat saat ini?

Jeno merebahkan dirinya di ranjang king size yang ia taksir harganya mencapai puluhan juta.

Ia meraih ponselnya, sudah dua hari ia berada di Bali. Dan selama dua hari, Opa sudah sibuk menangani semua yang diadukan oleh Jeno. Ia mulai mengerahkan para anak buahnya maupun karyawan untuk membatalkan relasi Airlangga dengan Dikta.

Dan orang yang berhubungan dengannya melalui via ponsel, hanya Eric dan Sasha—ralat, mungkin hanya Eric. Mereka berbincang mengenai rencana Jeno yang dibantu oleh Eric, sedangkan Sasha, ia hanya sekedar mengabari Sasha, atau menanyakan kabar Sasha meskipun tak kunjung mendapat balasan.

𝐉 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝟕 𝐝𝐰𝐚𝐫𝐟𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang