7

384 52 1
                                    

Jungkook terbangun dengan sebuah handuk lembab di keningnya. Ia ingat apa yang terjadi tadi malam. Ia memuntahkan seluruh isi perutnya dan terkapar tak berdaya. Rasa bersalah menyelubunginya. Seharusnya ia menghabiskan malam bersama anaknya, tapi gagal karena makanan sialan itu. Dan Soora Ia ingat soora datang dan membantunya mengganti baju dan setelah itu ia tak ingat lagi. Dengan kepala yang masih berat ia berjalan ke dapur dan mendapati soora tengah berada di sana. "Hai," sapa soora

"Hai" balas jungkook dengan suaranya yang masih terdengar parau.

"Nara belum bangun?" tanya Jungkook yang sekarang duduk di kitchen stool-nya

Soora menggeleng. "Ini masih pukul setengah tujuh pagi dan aku belum mau membangunkannya, ia tidur larut malam karena mengkhawatirkanmu," balas Soora yang saat itu meletakkan dua buah mangkok di hadapan Jungkook dan secangkir teh.

"Aku akan membuat kopi saja," ujar Jungkook

Soora menggeleng. "Lambungmu belum siap menerima asam dari kopi hitam yang selalu kau minum."

"Makanlah," ucap Soora

Kening Jungkook mengerut. "Itu bubur gandum dan sup ayam. Kau menguras seluruh isi perutmu tadi malam."

Jungkook mengangguk dan mulai menyuapkan makanan itu setelah menyesap teh yang juga sudah dibuatkan mantan istrinya itu. "Terima kasih sudah datang."

Soora hanya menangguk. "soora.."

"Yaa."

"Kau berkencan dengan Jimin?"

"Aku pikir itu bukan urusanmu."

"Hanya memastikan bahwa kau memilih pria yang tepat untuk calon ayah tiri anakku."

Soora tak menjawabnya dan keheningan menyelimuti mereka sampai Soora kembali membuka suara. Calon ayah tiri? Bahkan Soora tak memikirkannya. "Kau harus membeli lebih banyak bahan makanan ketimbang bir, kook

"Aku jarang makan di rumah," jawabnya.

"Kau tak bisa hidup seperti ini. Isi lemari makananmu semua serba instan dan isi lemari esmu didominasi oleh bir. Kau punya radang lambung, Jungkook"

"Aku baik-baik saja."

"Tapi tadi malam kau tidak baik-baik saja."

Jungkook meletakkan sendoknya dan berjalan ke lemari esnya untuk mengambil air mineral dan terperangah dengan apa yang telah menjadi peghuninya. Sayuran buah segar, susu, jus, dan beberapa bahan makanan lain kini sudah memenuhi lemari pendinginnya itu. "Kau berbelanja?"

"Di supermarket 24 jam di ujung jalan ini."

"Sepagi ini?" tanya Jungkook.

"Aku tak punya pilihan."

"Soora" ujar Jungkook putus asa.

Soora menggeleng. "Nara akan sering bermalam di rumahmu setiap akhir pekan dan ia tak bisa selalu makan makanan instan. Dan bila setiap saat kau memakan makanan instan dengan kondisi perut seperti itu kau akan mati."

"Dan aku tak mau kau mati," ujar Soora setelah menyesap kopinya.

Jungkook tersenyum mendengar kalimat terakhir wanita itu. "Dan kook"

"Ada lagi, Maam?"

"Berhati-hatilah dalam memakan sesuatu."

"Baiklah."

Jeda lama di antara mereka. Soora masih menyesap kopinya dan Jungkook baru saja menyelesaikan sarapannya. "Ji-eun datang ke kantorku beberapa hari yang lalu."

Divorce [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang