Tak ada tatapan bertanya-tanya dan haus akan informasi dari para kolega kerjanya, mereka telah berhenti ingin tahu secara detail tentang kebenaran fakta yang menyatakan bahwa pengacara yang mereka puja sejak kedatangannya pertama kali di kantor ini adalah mantan suami dari Lee Soora. Semua orang kecuali, Jimin. Ia pergi beberapa hari untuk menghadiri pertemuan dengan para kepala cabang penyiaran di negara bagian. Saat mengetahui bahwa dia kembali dari perjalanannya, Soora melenggang ke kantornya saat itu juga. Diketuknya pintu itu sebagai formalitas sebelum melangkahkan kakinya ke dalam ruangan direktur penyirannya itu. Ruangan yang didominasi dengan warna cokelat itu terasa senyap walaupun Jimin telah berada di balik mejanya.
"Kau sudah kembali?"
Jimin mengangguk tanpa sapaan yang biasa ia lakukan pada wanita di hadapannya itu. "Kau masih mendiamkanku?" kembali Soora membuka suara.
"Kau membuatku tampak bodoh."
Soora menghela napas mendengar komentar dari lawan bicaranya itu. "Aku sudah meminta maaf untuk hal itu."
Akhirnya Jimin menatap wanita itu dan meletakkan kertas dan pulpen yang dipegangnya sedari tadi. "Dan kau tetap membuatku terlihat bodoh. Bagaimana mungkin kau tidak menceritakan bahwa ia adalah mantan suamimu?" tanya Jimin tak percaya.
"Karena menurutku itu tak penting."
"Penting bagiku," tandas pria berdarah Busan di hadapannya.
Soora menghela napas dan tak tahu lagi harus berkata apa. Jimin kembali berucap "Kau tahu aku menyukaimu," perkataan ini disambut dengan anggukan oleh Soora.
"Dan kau selalu menolak ajakanku untuk berkencan," untuk kedua kalinya wanita itu mengangguk.
Jimin masih menatapnya sebelum kembali berbicara. "Apakah karena kau masih mencintainya?"
"Oh Jimin, ayolah," protes Soora saat topik ini diangkat olehnya.
Mereka hanya diam dengan Jimin yang tak lepas memandang Soora "Kau tak mengerti," ujar wanita itu.
"Buat aku mengerti," pinta Jimin.
Kembali Soora menghelas napas. "Kami bersekolah di sekolah yang sama saat di SMA dulu lalu bertemu lagi saat aku berada di tingkat terakhir saat aku di universitas , kami berkencan dan memutuskan menikah. Lima tahun kemudian kami memutuskan berpisah dan hak asuh Nara jatuh ke tanganku."
"Kau masih trauma?"
"Hanya mencoba fokus pada karier dan Nara."
Jimin masih belum berkomentar. Ia masih memandang Soora. "Lalu apa alasanmu berpisah dengannya?"
Wanita itu tampak mulai kesal. "Jimin, kau tampan dan kau tahu aku juga menyukaimu, tapi bila kau tak berhenti menginterogasiku aku berjanji tak akan pernah berbicara padamu lagi."
Bukannya merasa terhina oleh perkataan wanita itu, Jimin tertawa. "Baiklah. Tetapi, aku sungguh tak habis pikir memikirkan Jungkook adalah mantan suamimu."
"Hidup penuh kejutan," kali ini Soora ikut terkekeh.
Percakapan itu terpaksa terhenti saat Soora sadar bahwa ia harus berada di aquarium room bersama dengan timnya. Langkah wanita beranak satu terhenti di ambang pintu ruangan itu saat Jimin memegang pergelangan tanganya. "Berkencanlah denganku saat kasus ini terselesaikan."
"Bagaimana bila tak dapat terselesaikan dalam waktu dekat?" tantang Soora
Jimin tersenyum. "Aku akan menunggumu, namun aku percaya Jungkook. Dia dapat diandalkan."
"Aku akan memikirkannya."
Soora membalas senyumannya dan pergi meninggalkan ruangan itu.
000
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorce [JJK]
ChickLit"Aku ingin kita memulai dari awal lagi," ujar pria itu seperti berbisik. "Jungkook," hanya namanya yang keluar dari mulut Soora. Jungkook masih menatap wanita itu dan tak berniat sedikitpun untuk mengalihakan perhatiannya. "Aku ingin kita memulai da...