000
Soora baru saja akan mengganti bajunya saat mendengar suara ketukan di pintu rumahnya. Ia mengancingkan kembali kemeja hitam berbahan satin yang seharian ini ia kenakan. Tak lupa ia mengikat rambut ikalnya lalu berjalan untuk membukakan pintu itu.Jungkook dan puteri mereka yang telah tertidur dengan damai di dekapannya berserta Miwaa, pengasuhnya sudah berada disana. Tanpa berbasa-basi lagi Jungkook masuk dan berjalan langsung ke kamar Nara yang berada tepat di samping kamar mantan istrinya itu. Soora tak berkomentar apapun karena ia tahu bagaimana watak dari Jungkook. Sebelum Miwaa ikut masuk bersama mereka, ia memegang tangan wanita muda itu. "Nara sudah makan malam?"
"Sudah, ."
"Dia sudah sikat gigi sebelum tidur?"
Kali ini bukan Miwaa yang menjawabnya, melainkan Jungkook yang berjalan ke arah mereka. "Dia sudah makan malam, dia juga sudah menyikat giginya sebelum tidur tadi, dan dia sama sekali tak menyentuh kacang atau makanan manis yang mengandung gula terlalu banyak menjelang sore tadi."
Soora langsung memberi kode pada Miwaa untuk meninggalkan mereka berdua. "Wow aku sangat takjub dengan kepedulianmu pada Nara."
"Dia anakku. Kau tak mungkin lupa, bukan?"
Soora tersenyum sarkastik padanya. "Tak akan lupa sampai kapanpun."
Tak ada argumen lagi dan saat itu juga Jungkook berpamitan untuk meninggalkan kediaman itu. "Jungkook."
Otomatis langkah kaki pengacara itu terhenti di lorong rumah itu. "Kau tak perlu menjemputnya lagi bila kau tak sanggup melakukannya."
Niatan Jungkook yang semula ingin meninggalkan rumah anak serta mantan istrinya itu dengan damai sontak berubah. Ia tak pernah tahu apa yang ada di pikiran ibu dari puterinya ini. "Aku akan selalu sanggup melakukan apapun untuk anakku, Soora," ujarnya dingin.
"Tetapi, kenyataannya tak seperti itu. Kau membiarkannya menunggu sampai satu jam dan kau membuat sekolahnya meneleponku. Jadi, bila kau tak sanggup melakukannya lebih baik tak pernah kau janjikan."
Kali ini Jungkook yang tersenyum sarkastik kepada wanita di hadapannya ini. "Aku sebenarnya malas mengulangnya kembali, tapi sepertinya kau sudah lupa dengan mudahnya. Aku sedang berada di persidangan tadi."
"Dan aku mejemputnya. Demi Tuhan, aku menjemputnya, Soora."
Soora mengangguk-angguk. "Baiklah. Tetapi, bila kau terlambat lagi sampai pihak sekolah turun tangan menghubungiku sepert tadi dan kau membuat hatinya hancur kembali, kau tak bisa lagi bersamanya."
Mata Jungkook membelalak mendengar perkataan wanita yang ia pikir sudah gila ini. "Kau tak bisa menjauhkanku dari anakku sendiri, Lee Soora ."
"Tentu aku bisa, Jeon Jungkook. Dia puteriku, kau lupa itu?"
"Dan dia juga puteriku. Kau tak bisa menjauhkanku darinya."
"Kau yang menjauhkan diri darinya."
Kali ini Jungkook kehilangan kata-kata. Ia hanya berusaha untuk tenang dan keluar dari rumah itu tanpa argumen lainnya. Seketika Soora merasa bersalah dengan ucapan terakhirnya. Ia tak bermaksud menyakiti Jungkook namun emosinya tak dapat tertahan lagi. Dia memutuskan untuk melihat putri semata wayangnya itu. Miwaa telah mengganti pakaian Nara sebelum ia kembali ke kamarnya. Soora duduk di tepi ranjang puterinya itu. Temaram lampu kamarnya yang bernuansa lilac itu membuat wajah Nara terlihat semakin menggemaskan dan cantik di saat yang bersamaan. Setelah ia memastikan bahwa Nara telah terlelap dengan sempurna, ia berjalan ke dapur dan memanaskan lasagna yang berada di lemari pendingin mereka untuk makan malam.
Pikirannya kembali terarah pada raut wajah Jungkook saat mendengar kalimat terakhir darinya. Manik wajah yang sama ia tunjukkan saat sidang akhir perceraian serta hak asuh anak mereka. Kenangan itu seakan terputar lagi di otaknya. Persidangan itu tak banyak dihadiri, hanya Hoseok, Seokjin, Taehyung, Heeyoung dan Yoona saja sebagai teman mereka. Masing-masing pihak Jungkook dan Soora telah didampingi oleh kuasa hukumnya. Agenda sidang tersebut adalah putusan cerai dan putusan hak asuk puteri semata wayang mereka. Sejak awal Jungkook tak pernah mempermasalahkan hak asuh Nara sama sekali karena bila bertanya masalah hukum, dialah ahlinya. Dia tahu bahwa sekeras apapun ia berusaha untuk mendapatkan hak asuh Nara hasilnya akan nihil. Nara masih berusia dua tahun saat itu dan Soora bukanlah seoarang ibu rumah tangga yang pengangguran. Dia adalah seorang wanita karier dengan penghasilan yang tak perlu lagi dipertanyakan. Kecuali Soora tetiba kehilangan kewarasannya atau ternyata tanpa sepengetahuan Jungkook ia memiliki catatan kriminal seperti merampok atau membunuh, dia adalah wali yang sempurna bagi Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorce [JJK]
ChickLit"Aku ingin kita memulai dari awal lagi," ujar pria itu seperti berbisik. "Jungkook," hanya namanya yang keluar dari mulut Soora. Jungkook masih menatap wanita itu dan tak berniat sedikitpun untuk mengalihakan perhatiannya. "Aku ingin kita memulai da...