Prolog

4K 124 6
                                    

Aku Auristela Riana, panggilan RIA, gadis berpenampilan biasa dan memiliki nama lahir dari luar angkasa. Entahlah, kenapa bapak mengambil nama tersebut, padahal aku hanya gadis desa, tapi dunia begitu baik berpihak pada ku, sampai dipertemukan dengan pria dewasa, idaman calon mantu tanpa rekayasa. Pendidikan ku hanya lulusan S1, jurusan Akuntansi (S. A), Umur 24 Tahun, Tinggi 160 cm mendekati berat badan ideal, rambut sepinggang, berwarna hitam pekat dan lurus, ingin sekali aku memotongnya, tapi tidak diizinkan oleh kekasih ku. Aku bekerja disalah satu kantor BUMN, memiliki sikap cuek, tapi tentu lemah lembut, salah satunya karena didikan mamah. Diri ku memiliki ciri khas tersendiri, yang diberikan Allah sedikit berbeda dengan wanita pada umumnya. Tidak lain menjadi nilai plus, sehingga semakin menarik dihadapan semua orang, pede aja dulu, iya gak?. Yups ciri khas itu, terdapat pada tipe suara yang ku miliki yakni serak-serak basah sedikit bass. Walaupun begitu tatap enak didengar ko, buktinya kekasih ku saja tidak pernah absen untuk dengar suara ku. Hehehe…

Mengenai persoalan wajah, aku tidak terlalu memperdulikannya, bila orang berkata aku cantik diterima begitupun sebaliknya, buktinya tiap hari aku menerima endorse dari kalangan produk, baik busana, make up, skincare, peralatan rumah, makanan dan masih banyak lagi, tentu sesuai izin kekasih ku, bila tidak ada, aku tidak akan menerimanya, karena dia lebih tahu mengenai banyak hal, singkatnya selain pekerja diperusahaan BUMN, aku juga seorang endorse selebgram, itu dilakukan semenjak aku masih duduk dibangku kuliah, awalnya coba-coba karena persoalan perekonomian, ternyata Allah menunjukan peluang untuk aku lebih leluasa memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebihnya bisa diberikan pada orang tua. Itu semua masih berlanjut sampai saat ini, bersyukurnya sekarang aku sudah memiliki crew endorse, tidak lain sahabat ku waktu kuliah, mereka mengurus semuanya mengenai produk yang masuk dan nantinya akan dipost.

Melihat pencapaian saat ini, orang tua ku terus memaksa agar melanjutkan studi ku, tapi aku menolaknya karena menurut ku, jika seperti itu kapan aku bisa membalas jasanya, meskipun mereka tidak membicarakan akan hal itu. Jadi aku memilih melepas lebih dulu, walau keingian lanjut sangat ada, setidaknya dengan keputusan ku ini, tidak terlalu menjadi bebannya, bisa memberinya sedikit dari bajet gajih ku walau tidak terlalu besar, kurang lebihnya bisa memenuhi keperluan dapur, agar mereka hanya fokus pada biaya adik ku, sebentar lagi akan masuk kuliah.

Mirza Abdullah sering disapa bapak Mirza, itu naman bapak ku, berasal dari Jogjakarta. Sikapnya otoriter, sangat kental dengan adat istiadat nya, beliau merupakan keturunan keraton, dari cicit mbah ku yang merupakan cucuk dari keturunan ke berapa aku tidak tahu betul. Beliau kepala sekolah disalah satu Sekolah Menengah Atas diJakarta, tempat ku dulu sekolah dan sekarang adik ku juga sekolah disana. Baru tiga priode beliau menjabat disana secara berturut-turut tanpa digantikan, setelah sebelumnya menjadi kepala sekolah disekolah lain, yang jauh dari rumah kami. Cara kerja beliau sangat disukai oleh para bawahannya, iyalah ya kali tidak, dirumah saja bengis seperti siluman disiaran Tv ikan terbang, apalagi disekolah, bila dibantah, dirinya malah balik ngebantai, karena beliau tahu apa yang harus dilakukan, itu sudah diprediksi dan direncanakan dari jauh-jauh hari.

Siti Hasanah sering disapa ibu Hasanah, itu nama ibu ku, berasal dari Bandung. Sikapnya lemah lembut, sedikit cerewet, tidak pernah marah tapi sekalinya marah isi rumah seperti hutan belantara (serem), tentu namanya juga sudah bersuami istri tidak jarang mamah mengikuti sikap bapak, namun masih standar tidak sama persis. Beliau asli sunda, statusnya hanya ibu rumah tangga, tapi memiliki toko kosmetik, cukup besar dengan beragam lengkap keperluan wanita. Bersyukurnya, besarnya toko itu, ditempuh dengan cara merintis, awalnya hanya ruko kecil, seiring berjalannya waktu dan berkat kesabaran serta ketekunan mamah, Allah menjawab keinginannya, tidak lain ingin membangun toko ini menjadi besar, sehingga bisa menjadi tabungan dimasa tua, entah akan diwariskan atau diteruskan pada siapa nantinya, aku tidak tahu. Selain toko, penghasil tambahan kedua orang tua ku, tidak lain kontrakan. Sudah terbangun lima belas pintu, berencana akan mendambah lagi.

GARIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang