10. Bakuhantam

180 21 1
                                    

Akhir-akhir ini hari libur ku tidak tenang, banyak diusik oleh orang. Biasanya bila hari libur tiba, aku bangun sesuka hati bahkan seharian tidak keluar kamar, makan pun meminta nana untuk mengantarkan kekamar ku, aku terlalu malas, apalagi jika perkerjaan sangat menguras tenaga dan pikiran.

Seperti siang ini, mata ku baru saja melek, setelah tadi malam diajak naik hysteria bersama kekasih gila ku. Pesan terakhir sebelum dia pulang, dirinya menyampaikan, hari ini akan bertamu kerumah ku, tapi bila tidak sibuk, aku sudah terlanjur kesal padanya, jadi tidak banyak bicara.

Melihat ponsel sudah menunjukan pukul sepuluh siang, aku tersenyum, lama sekali ternyata aku tidur, setelah sholat subuh melanjutkan ronde kedua menjemput mimpi.

Mamah sudah menggedor-gedor pintu kamar, memanggil nama ku. Aku membukanya, beliau memberitahu, bahwa nehan berkunjung, dirinya sudah menunggu ku dibawah, sedang berbincang bersama bapak. Aku berteriak sekencang-kencangnya, ketika usai menutup pintu, aku berpikir, sudah dibuat gila dengan situasi ini.

"Bagaimana jika mas galen juga berkunjung diwaktu yang sama?"

Aku pusing memikirkannya, mandi secepat kilat, aku tidak mood ngapa-ngapain. Bila tidak takut membuat aroma tidak sedap, aku tidak akan mandi.

Memilih piyama bergambar karakter Cinderella, berlengan panjang begitupun dengan celananya, terakhir merapikan penampilan ku dan menemui tamu tersebut.

"Hemm, Cinderella baru selesai ngorok. Untuk cantik tapi sayangnya PEMALAS!" Ucap bapak sambil terkekeh. Aku duduk, dikursi bersebrangan dengannya.

"Ri, dirumah tante ferli sedang ada syukuran kecil-kecilan. Beliau mengundang mu kesana, pergi sana, nehan sudah menjemput jauh-jauh kesini." Ucap mamah,

"Gak bisa mah, ria ada acara sama mas galen. Mas galen mau kesini, berbincang sama bapak dan mamah." Ucap ku sambil makan bolu kukus, nehan langsung menatap ku.

"Memang jam berapa mas mu kesini?"

"Gak tahu,"

"Ya sudah selagi menunggu mas mu datang, temui tante ferli dulu gih sama nehan. Nanti mamah telpon kamu, bila mas mu sudah tiba disini."

Aku menggelengkan kepala, bapak melotot pada ku,

"Tuh, nehan. Lihatlah, calon mu sangat rakus kalau makan, satu makanan belum habis sudah membuka makanan yang lain." Ucap bapak sebagai pengalihan untuk membujuk ku, saat aku membuka kue lemper kesukaan ku.

"Calon, calon. Aku calonnya mas galen." Jawab ku pelan,

"Sudah pasti itu menjadi suami mu?" ucap nehan tiba-tiba, aku menatapnya nalar. Dia tersenyum tipis pada ku,

"Sudah pastilah, orang sudah direstui oleh bapak, apalagi mamah." tanya ku sensi,

"Seyakin itu? Faktanya orang tuanya belum kunjung bertamu pada bapak, tidak seperti orang tua ku?"

Tangan ku mengepal penuh tenaga,

"Maaf ya, tente ferli kesini hanya sekedar menemui teman lamanya, bukan memiliki maksud untuk mengangkat aku jadi mantunya."

"Eh, tahu-tahu kamu hanya dighosting aja, setelah kamu mengagung-agungkan pacar mu itu. Lebih baik dengan saya, yang sudah pasti." Ucapnya bangga tidak mau kalah, ku lihat bapak, mamah dan nana senyum-senyum. Aku balik melihatnya judes,

Aku sudah tidak kuat dengan ocehannya, meninggalkannya, tujuan ku ruang TV tidak lupa membawa semua makanan yang disuguhkan untuknya.

Selagi jalan, aku menjambak rambut belakangnya, dia berteriak kaget. Dia menghampiri ku, menggelitiki tubuh ku, namun ku balas, memukulinya beberapa kali tanpa memikirkan dia kesakitan. Gilanya, dia malah ketawa nyaring, kami berteriak-teriak seolah dihutan.

GARIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang