13. Rumah kuning

553 78 15
                                    


Hai apa kabar?
Semoga kalian selalu baik baik aja yaaa~


Happy reading 🙌🏻

***

Sudah hampir satu jam Ryujin mengikuti Jaemin dari belakang. Setelah di paksa oleh mamanya untuk ikut dengan Jaemin, Ryujin tidak henti-hentinya mengoceh. Di tambah mereka pergi tidak menggunakan kendaraan apapun dan Ryujin tidak tahu kemana mereka akan pergi, rasanya seperti sedang di culik. Sungguh.

"Mau kemana sih? Gue cape!" Keluh Ryujin.

Jaemin menoleh melihat gadis di belakangnya yang sudah seperti akan pingsan sebentar lagi. "Kan cuma jalan biasa, kenapa cape?" Tanya Jaemin dengan entengnya, rasanya Ryujin ingin sekali melempar wajah datar laki-laki ini dengan sepatunya.

"Lo tuh jalannya kecepetan. Pelan pelan kek, udah kayak lomba lari aja." Protes Ryujin. Benar, Jaemin memang berjalan sangat cepat, meski Ryujin terbiasa jalan kaki tapi tetap saja dia tidak bisa mengimbangi langkah besar Jaemin. Karena biasanya dia selalu menikmati perjalanannya, lain seperti sekarang ini dia harus memastikan agar tidak tertinggal oleh Jaemin. Sedangkan laki-laki tidak tahu diri ini malah berjalan sangat cepat seperti tidak sedang bersama orang lain. Padahal tadi yang mengajaknya jalan adalah Jaemin. Dasar manusia tidak tahu diri.

"Kita harus sampai sebelum jam sepuluh. Makanya harus cepat." Sahut Jaemin.

Ryujin menggerutu. "Kenapa nggak naik bus aja sih tadi? Kayak gini kan malah jadi makin lama."

Ini masih pagi tapi entah kenapa matahari hari ini sangat terik. Ryujin ingin meledak rasanya.

Ryujin berhenti sambil memukul-mukul lututnya pelan, peluh di pelipis nya pun mulai mengalir. Saat Ryujin masih sibuk memukul-mukul lututnya berharap rasa pegal pada lututnya mereda, Jaemin justru berjongkok di depannya membuat Ryujin mengerutkan keningnya.

"Naik." Suruh Jaemin. Ryujin tak bergeming. Apa Jaemin sedang kerasukan setan di pagi hari? Apa yang di harapkan laki-laki itu? Ryujin tidak akan mau di gendong di bahu Jaemin. Lagipula jika Ryujin tidak kuat untuk berjalan lagi, ia tidak akan mau di gendong Jaemin. Sampai kapan pun tidak akan!

Sebagai penolakan Ryujin berjalan melewati Jaemin yang masih berjongkok, "Ayo buruan. Katanya jam sepuluh harus sudah di sana."

Sebenarnya Ryujin juga tidak tahu pasti kemana mereka akan pergi. Sejak tadi Jaemin tidak memberi tahu, laki-laki itu hanya terus berjalan seakan tidak ada beban. Kebiasaan buruk Jaemin, mengajak jalan tapi tidak memberitahu kemana tempat tujuannya.

Jaemin menghela nafas pasrah melihat Ryujin berjalan mendahuluinya. Setelahnya sekitar lima belas menit mereka berjalan, sekarang mereka berada di stasiun kereta bawah tanah.

Ryujin melongo tidak percaya karena Jaemin sudah membawanya terlalu jauh, bahkan sekarang Jaemin menarik Ryujin untuk segera memasuki kereta bawah tanah.

Ryujin menarik kembali tangannya dengan cepat. "Lo beneran mau culik gue? Gue mau pulang, kalo lo nggak mau biar gue pulang sendiri." Kata Ryujin. Dia sungguh merasa bodoh karena mau saja mengikuti Jaemin sampai stasiun kereta bawah tanah.

Berbeda dengan wajah Ryujin yang sudah merah karena menahan kesal, wajah Jaemin justru datar saja seperti menikmati kekesalan Ryujin. Rasanya Ryujin benar-benar bisa meledak sekarang juga.

Tapi tidak berhenti di situ, Jaemin kembali menarik Ryujin dan kali ini laki-laki itu berhasil membuat Ryujin duduk di dalam kereta tepat di sampingnya. Ryujin ingin memberontak lagi, tapi dia tidak suka kalau sampai ia menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Ingat Ryujin ini seorang plagmatis. Seseorang yang sebenarnya sangat cinta damai.

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang