Episode 8

9 2 0
                                    

"Uhuk uhukk"

Aduh gawat, gue mengangkat tangan lalu teriak "Teh angetnya satu!" Beberapa menit kemudian datanglah pelayan dengan membawa teh hangat.

"Nih kak minum dulu", Rheolf meminumnya. " Tuhkan dibilangin ngeyel si kan jadinya..."  Rheolf menggebrak meja, gue terkejut bukan main.

"Sumpah! Ini makanan enak banget, seumur hidup gue baru makan beginian" Dia melanjutkan memakannya dan gue menganga tidak percaya mendengar perkataanya barusan.

"Terus kenapa kak Rheolf batuk? Gue kira kepedesan." Malu banget gue sumpah dah diliatin orang banyak, batin gue.

"Hehe tadi gue ga sabaran jadinya kesedak" Dia mengambil capcin lalu meminumnya, "Wah enak banget."

"Haha iyaiya" Gue mengaduk-ngaduk capcin punya gue saking malunya, duh bayangin aja ganteng si ganteng tapi hadeuh katro banget njir.

"Non Lstry?" Tanya seseorang tiba-tiba.

"Uhukk uhukk" Gue tersedak, tanpa basa-basi lagi gue mengambil teh hangat Rheolf dan meminumnya, huft lega.

Siapa sih yang ganggu gue makan?!, gue mendongkak dan mendapati sosok pria yang tampak tua dengan uban dikepalanya. Seketika bayangan-bayangan masa lalu menghampiri karena orang tua ini tidak asing bagi gue, oh iya gue inget!

"Pak Sahlan?"

"Iya bener, non Lstry lagi makan ya? Mau nyobain menu utama kami tidak non?" Tawarnya.

"Engga pak, ini aja udah kenyang" Gue nyengir.

"Oh gitu, mau ngebungkus ga non? Tenang aja gratis kok buat non Lstry mah."

"Eh tunggu-tunggu, tadi bapak bilang non?" Tanya Rheolf.

Waduh ternyata dia diam aja tuh lagi mikir and penasaran yak?.

"Iya nak, kamu pasti pacarnya non Lstry ya?"

"Bukan pak, eh kak Rheolf gue tinggal bentar ya", sambil menarik pak Sahlan menjauh dari Rheolf.

" Ada apa non? Kok bapak ditarik-tarik sudah kaya tambang saja."

"Hehe ini pak saya mau bayar" Gue mengeluarkan uang dari saku celana.

"Gausah non" Tolaknya.

"Kok gausah pak? Nanti bapak bisa rugi loh."

"Gapapa saya rugi karena kasih non Lstry gratis mah wong usaha ini aja dimodalin sama bu Wilson."

"Bunda?"

"Iya non."

"Tapi kok bunda gapernah bilang."

"Bu Wilson kan emang seperti itu orangnya non, dia berbuat baik tapi tidak mau diketahui orang-orang."

"Iya juga si ya pak" Gue menatap kebawah, seketika bayangan bunda pun hadir.

"Oh iya non mau dibungkusin untuk bu Wilson dan keluarga ga non?"

"Bunda udah meninggoy pak" Ucap gue lirih.

"Hah? Apa non?" Pak Sahlan bingung.

"Eh maksudnya meninggal pak" Duh tadi gue ngomong apaan si, gue ngedumel dalam hati,

"Inalillah, maafin saya non, saya tidak tahu."

"Gapapa kok pak" Gue tersenyum kecut.

"Yowis bawa buat pak Wilson aja sama kakak non siapa itu namanya?" Pak Sahlan mencoba mengingat-ngingat.

Behind EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang