Episode 9

7 2 3
                                    

"Angel" Tiba-tiba Ryan ngerangkul gue.

"Lo apa-apaan..." Dia menaruh telunjuknya tepat dimulut gue.

"Dia ada disini" Bisiknya.

Gue melihat sekeliling dan benar saja, ada seorang wanita cantik memakai dress selutut berwarna navy sedang memperhatikan kami.

"Sayang cobain deh cakenya" Gue inisiatip menyuapi kakak gue sendiri dengan romantis, dia pun mengunyahnya "Enak ga sayang?."

"Delicious banget sayang" Ryan tersenyum lalu merangkul pinggang gue, gue merasa bulu kuduk berdiri semua.

"Iyuhh" Kata gue pelan.

"Diem, dia lagi ngeliatin kita."

Gue melirik kearah wanita cantik itu, sepertinya dia cemburu terlihat jelas sekali dari ekspresi wajahnya dengan tangannya yang sedang meremas taplak meja.

"Gausah peluk-peluk juga kali" Gue berusaha melepas rangkulannya.

Ceklek...

Lampu sengaja dimatikan dan hanya menyisakan sebuah lampu sorotan yang menyorot pada bokap gue, kayaknya si bokap mau ngasih sambutan.

"Terima kasih kepada para tamu undangan yang bersedia hadir dipesta ini..." Panjang lebar sambutan dari bokap gue hingga, "Mari kita mulai acara dansanya" Semuanya bertepuk tangan.

"Apa? Dansa?", baru pertama kali gue denger ada acara dansa dipesta perusahaan kaya gini jadi wajar kan ya gue kaga tau.

“Wow, Ngel lo dansa sama gue ya?" Ajak Ryan.

"Ogah ah" Gue mengambil segelas juice orange.

"Katanya lo mau bantuin gue, ayo" Dia menarik lengan gue, dengan terpaksa gue harus mengikutinya dan menaruh gelas dimeja.

Lantai dansa ini penuh dengan pasangan yang sedang berdansa mengikuti alunan musik. Gue menyimpan tangan kiri dibahu Ryan dan tangan kiri Ryan merangkul pinggang gue sedangkan tangan kanan kami saling menggenggam.

Kami mulai menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik dan gue tidak sengaja menangkap sosok yang paling gue benci sedang berbincang dengan teman-temannya.

Itu kan Yohan, batin gue.

Gue jadi panik, gimana kalau dia ngenalin gue? Ketauan dong gue ntar dia malah tambah ngehina gue lagi. Disaat kepanikan gue masih melanda, seorang pelayan menawarkan sebuah topeng.

Syukurlah tuhan berpihak pada gue, tak henti-hentinya gue mengucap syukur. Gue melepas genggaman Ryan dan mengambil topeng bermotif cantik lalu memakainya.

"Gaya amat lo, segala pake topeng" Ucap Ryan.

"Suka-suka gue lah."

"Serah dah, eh btw Lawrence kemana?" Ryan mencari kesekelilingnya.

"Oh namanya Lawrence toh" Gue mengangguk-angguk.

"Iya, aduh kemana ya?" Dia terus melihat sekeliling.

"Ngapain dicariin sih?" Heran dah gue udah jadi mantan tapi kok masih care banget.

"Sebenarnya gue belum putus sama dia."

"Goblok!"

✾✾✾

Jadilah gue ditinggal sendirian and celingak-celinguk kek apa gitu. Gue menggoyang-goyangkan gelas berisi wine saking gabutnya.

Oh iya tadi gue liat si Yohan kan? Gue mencari sekeliling namun tidak ada sosok itu. Apa gue salah liat ya? Atau mungkin halusinasi gue doang? Ya kali gue haluin dia, ga mungkilah. Pertanyaan itu berkecamuk dikepala gue, hingga tanpa gue sadari seseorang mendekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang