[08] Dia Berbahaya

68.8K 9K 397
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keluarga Antrasena berkumpul di satu meja makan yang luas, muat untuk sepuluh orang bahkan lebih jika kursinya dirapatkan.

"Nanti kalau Adisi dan Alkana masing-masing sudah menikah, meja makan ini akan penuh. Pasti seru," ujar Aurum riang.

Rhod yang sikapnya dingin, tak menimpali ucapan istrinya. Begitu juga dengan Alkana yang fotokopian ayahnya persis. Berbeda dengan Adisi yang mengangguk seraya tersenyum lebar pada bundanya.

"Kayanya Alka dulu deh Bun yang nikah," mendengar namanya disebut, Alkana langsung mendelik ke arah kakaknya.

"Kakak dulu dong, kamu nih." Timpal Aurum sambil geleng-geleng kepala.

"Ya secara kan, Alka udah ada calon sedangkan aku belum Bun." Memang minta dicabein mulutnya apa gimana kakak satu-satunya itu, kesal Alkana. Lihat, sekarang Rhod melotot pada anak laki-lakinya.

"Alkana," tamatlah Alkana malam ini.

"Iya yah," diluar Alkana terlihat tenang tetapi sejujurnya perasaannya mulai tak enak.

"Bisa jelaskan apa maksud kakak kamu?" Alkana menyumpahi kakaknya itu.

"Kalau pun kamu bohong, saya tetap tau apa yang kamu lakukan diluar sana, ingat itu." Mungkin saja sebenarnya ayahnya itu tahu. Ardi pasti melaporkan pada Rhod, soal Alkana yang meminta informasi seorang perempuan.

"Alkana suka sama seseorang, Yah." Jujur Alkana. Pada dasarnya keluarga Antrasena memang selalu terbuka satu sama lain sehingga jarang sekali ada rahasia.

"Siapa dia?" Tanya Rhod tenang.

"Beryllium Benzena, dari kampus periodik. Semester tiga sama kaya Alka, Yah." Kejujuran yang semakin lengkap, kan.

"Dia bukan asli kota ini?" Alkana mengangguk membenarkan. "Bukan, Yah."

"Fakultas apa dia, Alkana?"

Suasana terasa menegangkan, padahal hanya pertanyaan sederhana yang Aurum juga pernah pertanyakan pada Alkana. Tetapi jika Rhod yang bertanya, sensasinya berubah.

"Kedokteran, prodi perawat." Rhod mengangguk-anggukkan kepalanya setelah meneguk air di gelasnya dalam satu tegukan.

"Kenapa kamu tegang seperti itu, Alkana?" Rhod tersenyum miring, persis sekali seperti Alkana saat mengintimidasi orang.

"Ayah nggak akan nyuruh Alka jauhin dia kan?" Selama ini Rhod selalu melarang Alkana menyukai seorang gadis sembarangan, entah itu dari keluarga terpandang sekalipun. Jika Alkana tidak setuju dengan keputusannya, maka gadis yang disukai Alkana akan tiba-tiba hilang. Informasinya tidak ditemukan di manapun, lenyap begitu saja tanpa jejak.

Rhod mengernyit saat dituduh oleh anaknya itu.

"Yah, bukannya Alka mau ngelawan ayah. Tapi untuk kali ini saja, biarkan ayah mengenal dulu gadis yang Alka suka. Beryl gadis baik-baik, bunda juga tahu itu."

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang