[19] Kabar Neo

51K 6K 98
                                    

Beryl duduk di bangku taman yang ada di halaman kampus, menunggu Nikel yang harus ke ruang tata usaha terlebih dahulu untuk mengurus berkas miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beryl duduk di bangku taman yang ada di halaman kampus, menunggu Nikel yang harus ke ruang tata usaha terlebih dahulu untuk mengurus berkas miliknya. Amina dan Amino ada keperluan organisasi yang akhirnya memisahkan diri dan pamit sejak satu jam yang lalu.

Taman itu menghadap langsung ke jalan raya, dimana biasanya kadang jadi pertemuan anak kampus lain yang datang ke Periodik.

Yang Beryl lakukan untuk membunuh bosan yaitu mengutak-atik ponselnya. Meski tak ada pesan penting yang masuk, atau hal lainnya yang menarik untuk dilihat. Beryl hanya tidak mau terlihat aneh duduk sendiri di taman tanpa aktivitas.

"Hai, Beryl ya?" Beryl mendongak saat namanya disebut.

Beberapa detik, Beryl hanya mengernyit kebingungan. Merasa tidak mengenal orang yang memanggilnya.

"Ah, iya. Gue Tita, yang waktu itu ketemu di kafe. Lo waktu itu sama Alkana."

Ingatan Beryl kembali pada kejadian dimana untuk pertama kalinya Alkana menunjukkan sisi psikopatnya. "Tita?"

"Iya, udah inget kan." Tita tersenyum canggung. "Sori, ya. Terakhir pertemuan kita, agak kurang enak."

Penampilan Tita berubah, Beryl lebih suka yang sekarang. Sederhana dan nyaman dilihat. Tidak seperti terakhir kali bertemu di kafe, yang dari dandanan saja sudah mencirikan cewek centil.

"Lo sama Alkana bener pacaran, atau cuma Alkana yang maksa?" Beryl rasa, sebagai dua orang yang tidak begitu dekat tidak pantas rasanya bertanya demikian.

Tita mendadak tak enak hati melihat Beryl yang bungkam, enggan menjawab. "Sori, gak bermaksud ikut campur urusan lo sama dia."

"Ngapain disini?" Tanya Beryl mengalihkan.

Tita celingak-celinguk ke satu gedung, alhasil Beryl mengikuti arah pandang gadis itu. "Mau ketemu temen?"

"Hm, nggak. Mau jemput calon pacar," sahutnya nampak sangat senang.

Beryl hanya ber-oh-ria. Secepat itu ternyata Tita pindah haluan, hanya karena takut dengan sifat asli Alkana.

Tapi wajar. Siapa yang tidak takut dengan laki-laki psikopat, iya kan?

"Lo kenal Volta, prodi keperawatan semester lima, dia ikut BEM juga, kenal?" Pertanyaan Tita membuat Beryl mengernyit.

"Iya, kenal. Kating gue, satu prodi." Beryl menjawab seadanya. Karena tidak mungkin Beryl menjawab, Volta yang menyukainya. Tidak pantas rasanya dibicarakan pada orang asing.

"Wah, dunia sempit banget ya. Volta itu calon pacar yang gue maksud," katanya antusias. Mata Beryl membola. Bagaimana bisa?

"Gue kenal pas ada seminar kampus dulu. Terus sempet tukeran nomer telepon, tapi baru sekarang-sekarang si deketnya. Kan lo tau, dulu gue ngejar-ngejar Alkana." Jelas Tita tanpa disuruh.

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang