[30] Jaket Merah

40.3K 4.8K 175
                                    

Benar, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar, ya. Beryl akan selalu kalah, dan Alkana yang akan selalu menang. Alkana yang menentukan segalanya, dan Beryl yang tidak diberi pilihan. Dari awal sampai sekarang, itu adalah pernyataan mutlak.

Sore tadi Beryl pulang ke kosan. Niatnya ingin bercerita pada Nikel soal pertemuannya dengan Neo yang tak disengaja. Tapi saat diberi tahu pak RT bahwa ada mobil yang membawa barang-barangnya keluar dari kosan, Beryl langsung buru-buru ke apartemen Alkana. Karena siapa lagi dalangnya kalau bukan kekasihnya sendiri.

Mereka sempat berdebat panjang lebar, sampai kepala Beryl pusing berjam-jam. Pada akhirnya Beryl lelah dan mengalah. Percuma juga, ia tidak akan pernah menang dari Alkana yang dominan.

Setelah perdebatan itu diakhiri, Beryl tertidur dengan sendirinya di kamar. Faktor lelah dan kehabisan tenaga. Dan tengah malamnya, Beryl terbangun karena haus.

Saat meneguk segelas air putih, Beryl merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Menumpukan dagunya di pundak Beryl dengan nyaman.

"Sayang, maaf."

Alkana sadar sudah terlalu keras pada Beryl. Alkana memang egois, apalagi menyangkut gadisnya. Alkana harap Beryl mengerti alasan dibalik sifat posesif dan pemaksa-nya ini.

"Kamu kebangun juga?" Alkana menggeleng, masih memeluk Beryl dari belakang seraya mencium aroma bedak bayi dari gadisnya. Beryl tidak pernah memakai bedak tersebut untuk wajahnya, namun bau tubuhnya menenangkan seperti bayi.

"Aku nggak bisa tidur tadi di sofa," terus terang Alkana. Sedari tadi matanya sudah mencoba di pejamkan tapi sulit. Alkana sebenarnya bisa masuk ke kamar meski dikunci oleh Beryl, tapi Alkana takut gadisnya semakin marah padanya.

"Ayo tidur," ajak Beryl membuat Alkana melongo.

"Gak apa?" Beryl mengangguk. Tipe yang marahnya tak lama, itu Beryl. Tidak mudah memaafkan tapi mudah untuk melupakan kesalahan orang lain. Jadi yang sudah, biarlah.

"Sayang banget sama kamu," katanya mengeratkan pelukan.

"Alka!" Pekik Beryl saat tubuhnya terasa melayang. Rupanya Alkana membopong tubuh Beryl menuju kamar.

"Biar gak cape jalan," alasan Alkana.

"Ya nggak gini juga."

"Kenapa? Kaya suami istri mau malam pertama, ya?" Alkana suka sekali menggoda gadisnya. Suatu hal yang menyenangkan bisa melihat pipi gadisnya merona.

"Besok aku mau kerja kelompok," kata Beryl saat keduanya sudah berada di kamar. "Boleh kan?"

"Dimana? Sama siapa aja? Ada cowok yang genit sama kamu, nggak? Kalau ada, jangan."

Alkana membaringkan Beryl di ranjang, diikuti dengan Alkana yang berbaring di sebelahnya.

"Ada cowoknya, tapi gak genit. Gak pernah ngobrol sama aku, dia kaya takut gitu." Beryl juga heran kenapa sekarang anak laki-laki yang berada didekatnya akan menjaga jarak sejauh mungkin. Seperti sedang mencari aman.

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang