[39] Berakhir Disini

38.5K 4.3K 339
                                    

Markas kumuh yang sekarang Alkana datangi, dulunya adalah sarang bagi anak-anak pembuat ulah di SMA-nya berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Markas kumuh yang sekarang Alkana datangi, dulunya adalah sarang bagi anak-anak pembuat ulah di SMA-nya berkumpul.

Alkana seperti kembali diingatkan oleh masa-masa itu. Saat dirinya masih badung. Saat hidup masih tentang siapa yang paling hebat lewat pertumpahan darah. Saat cinta masih abu-abu di matanya.

Kini hidupnya sudah lebih baik. Masa-masa buruk itu sudah terlewati, cukup disimpan di ingatan sendiri.

Namun yang Alkana benci adalah, di ingatannya sekarang terputar bagaimana mengenaskannya Penta mati di tangannya. Markas ini adalah saksi hari terakhir Penta bebas menghembuskan nafasnya.

Alkana memasuki markas kosong itu. Langkah kakinya tak perlu menjelajahi lebih dalam, karena orang yang dicarinya sudah menunjukkan jati dirinya.

"Dimana cewek gue?" Alkana masih berbaik hati dengan tidak bersuara lantang didepan Titanio.

"Nggak akan gue kasih tau," tentu saja Alkana menyesal menjadi baik hati sebelumnya. Nyatanya yang dihadapinya saat ini lebih busuk dari Penta, pengkhianat Raganta.

"Serahkan cewek gue, atau lo akan mati." Alkana Antrasena tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tentu saja Titanio paham akan hal itu.

"Mati seperti sahabat gue, iya?" Titanio tersenyum miris. "Sebelum itu, gue yang akan lebih dulu kirim lo neraka, anjing!"

Keduanya masih berdiri saling berhadapan dengan jarak yang terbentang. Belum terjadi baku hantam.

"Dia pantas mati," tandas Alkana yang makin memancing amarah Titanio.

"Penta anggota lo sendiri, Alkana Antrasena!" Tangan Titanio mengepal seolah siap melempar bogeman mentah.

"Anggota yang berkhianat maksud lo?"

Sampai sekarang, Alkana yakin bahwa Titanio belum mengetahui pengkhianatan semacam apa yang dilakukan Penta di masa lalu.

"Pengkhianat? Lo pikir dengan memalsukan sidik jari terus lo ketangkep polisi, itu membenarkan lo membunuh sahabat gue? Hah?!"

Benar dugaan Alkana. Penta tidak menjelaskan secara rinci duduk permasalahannya. Sehingga Titanio berpikir bahwa yang sepenuhnya salah hanya Alkana, bukan sahabatnya.

"Penta bukan pelakunya, asal lo tau." Saat itu memang tidak ada anggota Raganta yang memalsukan sidik jari Alkana. Orang yang tidak berstatus anggota Raganta lah yang melakukannya.

"Iya gue tau," jawab Alkana seadanya. Membuat Titanio geram setengah mati.

"Terus kenapa lo tetep bunuh sahabat gue sialan lo, anjing!"

Sekali lagi, karena Titanio tidak mengerti perkara yang sebenarnya. Titanio hanya mendengarkan penjelasan yang belum tentu benar adanya dari Penta. Sedangkan seperti yang kita tahu, Penta begitu membenci Alkana dan berkali-kali membahayakan hidupnya.

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang