Sebelas

7.7K 486 21
                                    

Prilly berjalan menuju koridor yang menuju ruang kelas Ali saat jam pulang sekolah. Akan tetapi, langkahnya terhenti oleh kehadiran Rasya yang berdiri tepat di hadapannya.

"Hai," sapa Rasya. Prilly menunduk tak ingin menatapnya. "Lo baik-baik aja, Ly?"

Prilly berusaha menghindarinya. "Minggir!" ia dorong Rasya, namun ia terus menghadangnya. "Mau lo apa? Gue nggak mau ngomong sama lo, Sya!"

"Lo benci sama gue, Ly?"

"Menurut lo apa?" tanya Prilly masih berusaha menghindari dan menerobosnya.

Rasya menarik tangan Prilly menjauh dari keributan anak-anak satu sekolah yang masih belum mengetahui hubungan mereka yang berakhir. Mereka menuju sudut sekolah yang tidak terjamah siswa-siswi. Rasya menyudutkan Prilly, diletakkan tangan di samping telinga gadis itu.

"Apa sih mau lo, Sya? Gue udah nggak mau ngeliat lo. Gue nggak mau setiap ngeliat muka lo, gue nangis. Gue nggak mau setiap ada lo, gue mengingat gadis bernama Aurel. Gue nggak mau mengingat semua tentang kita. Gue juga nggak mau lagi untuk denger suara lo walau hanya sedikit. Udah cukup, Sya. Sekali untuk menyakiti, nggak akan ada kesempatan untuk diperbaiki." ujar Prilly dengan wajah tertunduk dalam.

Rasya mengangkat dagu Prilly. "Gue nggak minta kesempatan sama lo. Gue ngerti yang lo rasain. Gue nggak bisa jadi cowok yang ngebahagiain lo, tapi gue pengen ngeliat lo bahagia. Gue pengen lo jujur sama hati lo sendiri, Ly. Sekarang lo bilang sama gue, bilang yang sejujurnya. Siapa yang ada di hati lo? Gue atau Ali?"

Prilly memejamkan mata, bersandar pada dinding. Kakinya lemas seketika, dan ia pun merosot ke lantai. Rasya ikut berjongkok di hadapan Prilly yang menangis memeluk lutut. Gadis itu sesenggukan.

"Lo mau tau kejujuran dari hati gue? Oke, akan gue kasih tau sama lo!" Prilly menarik nafas. "Gue akui dari awal gue pacaran sama lo, gue nggak pernah cinta sama lo. Gue jatuh cinta sama Ali. Gue juga nggak tau sejak kapan, tapi rasa itu timbul begitu aja. Kita nggak pernah ngobrol, nggak dekat, nggak berhubungan secara intens, dan hanya berlabelkan kata teman. Tapi entah dari mana, gue ngerasa dia beda. Dia memikat hati gue tanpa dia sadari." ia mulai menceritakannya.

Gadis itu tertawa miris. "Bisa dibilang selama ini gue hanya jadi pengagum rahasia dia. Gue tulis surat dan puisi untuk dia, dengan nama 'Jingga'. Melalui itu gue bisa ungkapin semuanya. Gue nggak berani untuk jujur langsung ke dia, karena sebenarnya gue hanya seorang pemalu yang kesulitan untuk bicara. Gue takut ditolak, karena gue tau ditolak seperti apa sakitnya, apalagi dia cowok yang banyak diidolakan cewek-cewek di sekolah ini."

"Kenapa lo harus takut, Ly? Takut di bully sama cewek-cewek satu sekolah?" tanya Rasya penasaran.

Prilly menggeleng. "Bukan itu. Gue hanya... ngerasa belum sempurna."

Rasya agak terkejut. "Belum sempurna gimana? Lo cantik, pinter, ramah, baik, mempesona, Diva Sekolah lagi. Kurang sempurna apa lagi, Ly?"

Prilly tersenyum kecil pada Rasya. "Pendapat lo begitu tentang gue, Sya? Nggak ada bedanya kan lo sama cowok lain? Sekarang aja gue seperti ini, Sya. Banyak cowok yang suka sama gue, berminat jadiin gue pacar bahkan mungkin selingkuhan mereka. Semuanya karena apa? Karena uang? Iya, semuanya emang karena uang. Gue merubah diri gue secara keseluruhan supaya gue nggak dihina lagi sama orang. Jadi, yang lo liat selama ini hanya kedok, Sya. Bukan Prilly Cathalia yang asli."

"Maksud lo apa sih, Ly? Gue nggak ngerti?"

"Oke, gue akan jelasin ke lo lebih awal lagi tentang hidup gue. Dari dulu gue termasuk orang yang cuek, nggak peduli dengan penampilan, cara berpakaian dan gaya gue urakan, pokoknya nggak menarik sama sekali. Kalo kata temen-temen gue masa SMP, gue itu 'NGGAK BANGET'. Lalu gue suka sama seorang cowok. Dia anak basket, populer, ganteng, pokoknya charming banget, sama seperti lo. Gue nyatain perasaan gue ke dia tanpa pikir panjang dan tanpa takut untuk ditolak. Tapi ternyata dia permaluin gue di depan satu angkatan gue. Dia bilang cewek kayak gue nggak pantes pacaran sama cowok idola kayak dia. Habislah gue dihina dan dicemooh sama anak satu angkatan. Sejak saat itu gue berniat berubah. Merubah diri gue dari atas sampai bawah, menjadi sosok lain yang gue nggak suka sama sekali."

Glimpse Of Love (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang