Sembilan

9K 523 26
                                    

===== WARNING!!! =====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===== WARNING!!! =====

⛔ DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA INI UNTUK DIPUBLIKASIKAN ULANG DI TIKTOK, INSTAGRAM, YOUTUBE, ATAU PLATFORM LAINNYA! ⛔

==================================

Prilly dan Ali sama-sama diam membeku di tempatnya duduk. Ali duduk di bangku meja belajarnya, sementara Prilly duduk di tepi ranjang. Sudah beberapa menit lamanya mereka berdiam diri tanpa ada satu patah kata pun yang keluar, terutama dari Ali.

Sejak tadi Ali hanya menunduk menatap lantai di bawah kakinya, seolah lantai itu begitu indah untuk diperhatikan dibandingkan Prilly yang jelas-jelas menunggunya bicara.

"Li, katanya mau ngomong? Kok malah diem-dieman aja di sini?" tanya Prilly akhirnya merasa lelah untuk menunggu.

Ali seperti baru tersadar. "Maaf, Ly. Gue cuma bingung aja harus mulai ngomong dari mana."

Kening Prilly mengerut. "Soal apa sih?"

Ali menghela napas. "Ng, lo kemaren katanya sakit?" tanyanya tanpa berani menatap ke arah Prilly.

Prilly mengangguk pelan. "Iya sih, sakit hati. Hehehe," ia terkekeh. "Bercanda deh. Gue cuma butuh ketenangan aja kok, Li. Kejadian kemaren itu jadi tamparan keras buat gue. Gue masih kaget banget." jelasnya terdengar lebih santai.

Ali mengangguk mengerti. "Iya, gue tau, Ly. Karena selama ini juga kan hubungan kalian baik-baik aja."

Prilly tersenyum miring. "Ya, nggak sebaik yang lo dan orang lain pikirin juga sih sebenernya. Mungkin orang-orang mengira kalo gue sama Rasya itu selalu romantis, harmonis dan bahagia, padahal mah nggak ada yang tau di balik itu semua."

Ali tersenyum tipis. "Ada yang bilang sih kalo apa yang terlihat baik-baik aja diluar, belum tentu baik-baik aja di dalamnya. Kayaknya itu yang terjadi sama kalian, ya?"

Prilly tersenyum tipis. "Ya, bisa dibilang begitu. Agak aneh aja sih buat gue dengan tiba-tiba Rasya ngebawa tunangannya itu. Doesn't make sense! Gue ngerasa kayak semuanya udah direncanain dengan tepat gitu. Seolah dia itu mau nyalahin gue karena..." kalimatnya terhenti.

Ali memandanginya. "Karena kita?"

Prilly mengangguk pelan. "Tadi juga gue sempet ngobrol sama Rasya. Gue sedikit nggak yakin kalo dia bilang bukan karena kita. Tapi dia bilang kalo dia udah mikirin jauh-jauh hari buat ngomong soal itu ke lo. Dia juga bilang nggak mau lebih nyakitin lo lagi nantinya."

"Bullshit! Kata-kata itu cuma untuk orang pengecut yang nggak mau mengakui dirinya cinta sama orang lain, Li!" ungkap Prilly marah.

Ali menelan ludah. "Tapi kita sendiri juga nggak tau kenyataannya seperti apa 'kan, Ly? Bisa jadi apa yang dia bilang itu serius, iya 'kan?" jelasnya, yang ditanggapi dengan tatapan datar Prilly. "So-sorry, Ly, gue nggak maksud ngebela Rasya. Tapi kan siapa yang tau?"

Glimpse Of Love (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang