3

24 4 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~°°°~~~~~~~~~~~~~~

Jam menunjukan 21:30 dan Lila sedang bersiap untuk pulang, jika kalian bertanya tentang teman-temannya, jangan tanyakan lagi, karena Lila sudah cukup emosi dengan empat sahabat laknatnya itu, bagaimana bisa mereka kabur dengan alasan hujan, setelah makan gratis di cafenya, padahal mereka menggunakan mobil, tapi Lila cukup suka berteman dengan mereka, karena selain sifat mereka yang random mereka sangat menghargai dan menjaga Lila, yahh Lila bisa merasakannya meskipun belum genap 24 jam persahabatan mereka terikat.

"Ting" suara bel pintu masuk berbunyi menandakan seseorang memasuki cafe, Lila dengan sigap berlari ke belakang meja kasir untuk menerima pesanan,

"Apakah cafe ini sudah tutup?"
Seseorang berkata sambil membuka maskernya,

"Sebenarnya sebentar lagi, tapi tak apa saya akan menyiapkan pesanan anda," Lila berkata tanpa melihat lawan bicaranya,

"Kalau begtu beri aku satu espresso hangat"

"Baik, silahkan anda tung..."

Belum selesai Lila menyesesaikan ucapannya, ia kaget dengan seseorang di depannya, yah itu Arthit dengan masi menggunakan almet kampusnya dan rambut yang basah karena rintikan hujan di luar,

"Lohhh kamu?" Dengan tampang cengo Lila menunjuk Arthit

"Memang sepertinya sopan santun harus lebih aku tekankan lagi saat ospek" kata Arthit dengan menyisir rambutnya yang basah dengan jari-jarinya

"Ehhhh, maksud aku Kaka hehe"
Dengan kikuk Lila menggaruk lehernya yang tak gatal

"Yasudah, buatkan pesananku cepat"

"Siap kak, dalam sepuluh menit aku akan mengantarkan ke mejamu"

Arthit tak menghiraukan lagi perkataan Lila dan menuju meja di samping jendela kaca yang berembun karna hujan,

"Ini pesenannya kak" Lila meletakkan kopi tersebut ke atas meja dan menarik kursi di depan arthit,

Belum sempat Lila mendudukan bokong di atas kursi, Arthit yang menyadari pergerakan Lila
buru-buru menghentikannya,

"Ehhh ehhhh mau ngapain?"

"Ya duduk lahhh"dengan santai Lila memdudukan bokong cantiknya di atas kursi dengan cengirannya,

"Siapa yang menyuruhmu?"

"Diriku sendiri, jika Kaka lupa aku sudah besar dan menjadi mahasiswa, bagaimana mungkin hanya untuk duduk aku perlu di suruh, lagi pula ini cafe ku, jadi aku bebas melakukan apapun di sini "

Arthit mengernyitkan dahinya heran, dengan tingkah gadis di depannya ini,"tapi aku tidak ingin duduk satu meja dengan wanita aneh sepertimu"

"ya ampun kak, aku hanya duduk, aku tidak akan nyebar virus ke kakak"

Arthit yang sudah merasa lelah berdebat lebih memilih membiarkan Lila duduk di depannya dan diam sambil menyeruput kopinya,

"Kaka boleh aku bertanya?"

Arthit diam tak menjawab,

"Kenapa kau bisa-bisanya menelan kopi sepahit itu dengan tenang tanpa ekspresi?"

Arthit Masih diam tak menjawab sampbil masih menyesap kopinya

"Owhhh, aku tau, pasti karena kakak sebenernya tidak suka, hanya terpaksa saja kan, karna kakak harus begadang untuk mengerjakan sesuatu"

Arthit masih diam,

"Owh atau karena memang kakak  suka saja?"

Arthit masih diam,

A CUP OFF COFFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang