~~~~~~~~~~~~~~~°°°~~~~~~~~~~~~~~~
Lila POV
Aku membuka mata ku,ku dudukan diriku, lamat-lamat aku mendengar gaduh dari luar ruangan tempat ku berada sekarang, tapi tunggu dulu, "dimana aku sekarang?" Owhhh shit! Aku berada di ruang kesehatan, kenapa aku bisa berada di sini?, Siapa yang membawa ku ke sini?, Bisa gawat jika kak Tawan tau aku berada di ruang kesehatan seperti ini, jika kalian bertanya mengapa? Jawabannya juga aku tak tahu, tapi kakak ku itu terlalu posesif jika menyangkut kesehatan ku, aku pun tak mengerti mengapa,
suara gaduh semakin terdengar dari luar, aku pun beranjak dari dudukku dan ku paksakan melangkahkan kakiku meskipun kepalaku masih sedikit berdenyut,
"Sudah berapa kali aku katakan jangan mendekati Lila brengsek!"
Aku terkejut setengah mati mendengar kata-kata yang di keluarkan kak Tawan, aku tak mengerti situasi seperti apa yang sedang terjadi sekarang tapi siapa yang sedang di hajar oleh kak Tawan?
Dengan rasa penasaran aku pun memisahkan kak Tawan dari lelaki itu, dan saat aku melihat siapa lelaki yang di hajar, aku membelalakkan mataku melihat kak arthit sudah terbujur dengan banyak luka di wajahnya, dan aku bisa melihat darah mengalir di pelipis dan ujung bibirnya yang sepertinya sedikit sobek, itu pasti sangat sakit,Author POV
Lila dengan segera membantu arthit berdiri dan memandang tak percaya ke kakanya ini, untuk pertama kalinya ia memandang kakaknya tak percaya, ini pertama kalinya dalam hidup Lila melihat kakaknya yg terlihat bodo amat mengeluarkan ekspresi yang sangat menakutkan saat marah,
Tawan yg melihat Lila masih memegang tangan arthit langsung dengan cepat menarik tubuh Lila ke belakang tubuhnya, ini tidak bisa di biarkan,
"Ila, untuk sekarang dengarkan aku, jaga jarak dengan keparat ini, jangan pernah dekat dengannya"
setelah mengatakan itu Tawan langsung menarik Lila menjauh dari tempat itu, mengajaknya untuk beristirahat dan pulang ke rumah,
Dalam perjalanan Lila masih diam, dan mencerna keadaan yang beberapa saat ia hadapi tadi, ia memperhatikan kakaknya yang agaknya masih menahan emosi terlihat dari rahangnya yang masih mengeras dan pegangan tangan nya pada setir mobil,
Lila pun menghela nafas dan mencoba memberanikan diri mengusap bahu kakaknya pelan,
"Kak Tawan masih marah ke ila?"
Tawan yang di ajak bicara pun menghembuskan nafasnya kasar menepikan mobilnya dan mematikannya, menoleh ke samping tempat adiknya duduk, ia memperlihatkan senyumnya yang menenangkan sambil menggeleng,
"Auuh untuk apa aku marah kepada adik kecilku yang cantik ini?"
Lila yang mendengar itu sontak langsung memeluk Tawan dengan erat,
"Aku sangat takut melihat kakak memukul seseorang seperti tadi, itu terlihat seperti bukan kakak ku" Lila menjawab sambil mengerucutkan mulutnya,
Tawan yang melihat itu sontak tidak dapat menahan tawanya,
"Hahahaha...... Kenapa kau sangat lucu seperti ini hah? Tawan membalas pelukan Lila dengan erat sambil mengusap punggung gadis itu pelan,
"Sudah, jangan cengeng seperti ini, kakak mu ini sangat kuat dan keren, tak akan kubiarkan siapapun membuat adik kecilku ini sedih hmm?"
Lila yang mendengar itu mengusap air matanya kasar dan tertawa
"ouhhhh kenapa aku memiliki Kaka sangat percaya diri seperti ini hufff" Lila ber- akting seolah-olah ia sangat terkejut sambil memegang dadanya dan membolakan matanya,
"Yahhh jelas aku harus percaya diri karena memang itu kenyataan" Tawan menjawab sambil melipat kedua tangannya menghadap Lila sambil menaik turunkan alisnya,
"Huhhhh sudah-sudah ayok kita pulang aku sangat lapar kak"
"Ouhhh hoo let's go" Tawan pun menghidupkan mobilnya dan menancapkan gas lalu melesat menggalakan tempat itu, membelah jalan menuju rumah mereka
~~~~~~~~~
Di tempat lain yang masih sama arthit masih menahan bobot badannya sendiri yang terasa sangat nyeri di seluruh tubuhnya, sebenarnya ia bisa saja melawan Tawan tapi tadi arthit masih terlalu terkejut dengan keadaan Tawan yang mengaku menjadi Kaka Lila, setau arthit Tawan tidak memiliki adik, selama tiga tahun ia mengenal Tawan, dan ia juga tidak memiliki masalah apapun dengan pemuda itu,
Ia hanya ingin melihat Adik tingaktnya yang akhir-akhir ini memenuhi isi kepalanya di ruang kesehatan dalam keadaan yang tiba-tiba pingsan di pinggir jalan,Masih dengan isi kepalanya yg membuat ia tambah pusing, tiba-tiba Leo dan Dimas datang dengan berlarian ke arah arthit,
"Arthit apa yg terjadi?" Dimas bertanya dengan nada khawatir nya tercetak jelas di wajahnya,
"Jangan lebay menunjukan wajah menjijikan itu Dimas, rasanya badanku tambah sakit" sarkas arthit,
"Auuu kalian sama saja, apa salahnya aku menghawatirkan sahabatku" sahut Dimas tak terima
"Sudah-sudah ayo masuk ke ruang kesehatan dan obati luka mu" Leo menengahi keduanya,
Dimas dan Leo pun memapah tubuh arthit memasuki ruang kesehatan.
Tanpa mereka sadari sedari tadi sepasang mata memperhatikan semua kejadian tadi, sambil memperhatikan smirk nya orang itu menatap ketiga orang yang memasuki ruang kesehatan sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya,
"Ohhh,, it's good start, let's continue this game dude!"
Seseorang itupun meninggalkan tempat itu dengan wajah yg di penuhi euforia kemenangan,
TBC..
#jangan lupa untuk vote yaa♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
A CUP OFF COFFE
Teen FictionAku selalu bertanya kepada banyak orang bagaimana cara melupakan, tapi banyak juga dari mereka bahkan hampir semua menjawab dengan cara "mengikhlaskan" kata yang sangat sederhana bukan?, tapi tidak sesederhana perasaan yang sesak karna rindu yang en...