09. Pembatalan?

247 33 2
                                    

Seorang lelaki berpakaian jas hitam yang tengah mengutik laptop itu dikejutkan dengan suara dering telepon di ruangannya. Lantas, ia mengangkat gagang telepon tersebut dan mendekatkan ke telinga.

"Halo," sapanya.

"Selamat siang, Tuan Kim. Di depan saya, ada dua orang pemuda yang ingin menemui anda. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa dia adalah anak tuan Choi; pemilik perusahaan ternama di New York. Katanya, ada yang ingin mereka bicarakan mengenai seseorang yang berhubungan dengan anda, Tuan."

Penuturan kalimat yang jelas dan panjang melebihi rel kereta dari seorang resepsionis perusahaan, membuat sang pemimpin berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan.

"Siapa nama anak itu?" tanya Taehyung.

"Choi Vernon, Tuan Kim."

Kedua alis Taehyung terangkat tak menerka. "Benarkah? suruh mereka berdua ke ruanganku sekarang," perintahnya.

"Baik, Tuan Kim."

Panggilan terputus diiringi dengan sebuah kerutan heran di dahi sang lelaki.

"Untuk apa kedua pemuda itu ke mari? seseorang yang berhubungan denganku? siapa dia?"

Berbagai pertanyaan telah bersarang dalam kepalanya hingga suara ketukan pintu, membuyarkan lamunan sang CEO muda.

"Masuk," ujar Taehyung.

Salah satu dari mereka membuka knop pintunya. Alhasil, terlihatlah dua orang pemuda di depan mata. Namun, Taehyung tidak mengenali laki-laki dengan paduan jaket jeans dan celana jeans putih yang berada di sebelah seorang anak pemilik perusahaan ternama.

"Selamat siang, Tuan Kim. Maaf, kami mengganggu anda." Vernon memberanikan diri untuk bersuara seraya membungkuk hormat, diikuti oleh laki-laki di sampingnya.

"Tidak masalah, tetapi sebelum memulai pembicaraan, bisakah kalian memperkenalkan diri terlebih dahulu? aku tidak mengenal laki-laki di sampingmu, Tuan Muda." Taehyung menatap sang pemuda di sebelah Vernon yang berdehem untuk sesaat.

"D-dia teman saya. Namanya—"

"Namaku Kim Mingyu."

•••

Flashback on

08.26 PM

Seorang wanita bersurai hitam itu disibukkan dengan para pengunjung yang sangat ramai hingga hampir memenuhi restoran.

Setelah mendapatkan teman baru dan berisitirahat selama 15 menit, Tzuyu kembali melanjutkan tugas bersama para waitress yang lain.

Ditangannya kini tengah membawa sebuah nampan dengan tulisan angka '19' di tengah-tengahnya untuk lebih mempermudah seorang waitress dalam mengantarkan beberapa pesanan ke meja dengan angka yang sama kepada pengunjung.

Langkah demi langkah ia berjalan ke arah yang dituju seraya membawa tiga buah minuman memakai nampan dengan warna coklat tua.

Namun, gerik kakinya terhenti di tengah keramaian restoran kala mengetahui salah seorang laki-laki yang berjarak beberapa langkah lagi di depannya merupakan mantan kekasih sang wanita.

Tzuyu tidak mengetahui perihal ini lantaran waitress lain yang terlebih dahulu menyapa dan menanyakan beberapa menu kepada tiga orang tersebut.

Dengan satu tarikan napas, Tzuyu perlahan melangkah menuju ke arah meja bernomor '19' yang diduduki oleh tiga orang laki-laki yang sedang bercengkerama.

I'm Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang