ch. 3

529 98 17
                                    

Jieun berjalan sangat gontai, apalagi setelah melihat penampakan mobil pak bos yang tengah terparkir di basement. Kalau saja bukan karena kecelakaan atau lebih enak disebut musibah, Jieun bersumpah tidak akan mau melakukan hal seperti ini. Seumur-umur belum pernah ada seorang pria mengajaknya untuk bertemu keluarganya, kecuali Hoseok yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri. Lah ini, tidak ada hubungan apa-apa hanya sebatas karyawan dan bos harus ketemu orang tuanya, ada maksud apa? Apa ini jebakan lagi? Pikiran Jieun terlalu banyak yang buruk-buruk tentang bosnya daripada baiknya.

Sampailah langkahnya di samping pintu mobil pak boss yang ternyata sudah ada tuannya di dalamnya. Jieun mengetuk pelan kaca mobil Mercedes Benz yang kacanya full dark itu. Semenit kemudian Jieun sudah berada didalamnya.

Kalau boleh Jieun cross check isi mobil si boss, bersih nggak ada apa-apa, lempeng-lempeng aja seperti orangnya. Tidak ada yang menarik yang bisa Jieun gunakan untuk senjata pada pertarungan selanjutnya. Tapi, harus Jieun akui mobilnya nyaman sekali. Ah, apa itu ya salah satu ciri orang brengsek dan menyebalkan?

Saat Jieun tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling mobil pak boss, tiba-tiba dari arah samping dibalik kemudi memecah sunyi diantara mereka. Jieun langsung diam, dan hanya menatap ke depan.

"Nanti kamu jangan bilang-bilang tentang kontrak kita, kamu iya-iya aja sama apa yang saya katakan. Dan jangan lupa senyum."

Jieun mengikuti apa kata bossnya dengan nada mengejek tapi tanpa suara. Bosnya lagi sibuk menyetir jadi tidak akan melihat apa yang Jieun lakukan padanya.

"Ini sebenarnya ada apa sih pak? Bapak mau menjebak saya lagi?" Tanya nya to the point. Jieun terlalu malas bermain kucing-kucingan tidak jelas ujungnya.

Jungkook kembali dengan mode dingin, dan tentunya konsisten menyebalkan.

"Nanti kamu akan tau sendiri."

"Hmm.."

Sudahlah Jieun malas harus berdebat dengan kanebo kering, mending ia menyalakan lagu dari mobil si boss. Baru ingin memencet tombol on sang empunya menepis tangan Jieun lumayan keras, membuatnya sampai meringis.

"Aw.."

"Mau ngapain kamu?" Sela si boss tanpa memperhatikan raut kaget sekaligus tatapan bingung dari Jieun.

"Saya cuman pengen menghidupkan suasana aja si pak, nyalain musik gitu. Daripada sunyi seperti ini, sama bapak yang nggak bisa saya ajak ngobrol. Lagi jauh nggak sih pak? Lama banget sampai rumah bapak."

Jieun jelas kesal diperlukan seperti itu, dan si boss tidak merasa bersalah sama sekali. Jieun masih mengelus punggung tangannya yang masih terasa pedih.

"Ini bukan mobil saya, mobil saya masih di bengkel. Ini mobil teman saya, makanya saya seperti itu. Kalau mobil saya, kamu bebas mau ngapain aja terserah kamu."

Jieun mendelik sebentar mendengar kalimat belakang ucapan boss nya itu, bebas mau ngapain aja, dipikir Jieun perempuan apa.

"Ya, maaf pak." Jieun merasa sudah sangat lancang kali ini.

Ketahuilah itu kalimat terpanjang yang bosnya katakan selagi mereka melakukan perjalanan ke rumah bosnya. Sisanya suasana sunyi menyelimuti, sampai mereka tiba di depan gerbang putih yang tinggi menjulang.

Jieun tidak kaget kalo akan begini, jelas saja rumah si bos akan mewah. Tapi saat mobil bos mulai masuk ke arah parkiran, rumahnya tidak terlalu mewah seperti gerbangnya. Cenderung sederhana dengan banyak pohon bonsai di depannya. Benar-benar seperti rumah untuk menghabiskan hari tua.

Sebelum keluar dari mobil, sambil melepas seat belt kembali si boss bertitah. "Inget ya Jieun jangan sampai rahasia kita berdua bocor. Kamu hanya boleh jawab iya."

drink with the bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang