prologue

1.1K 123 14
                                    

"Stop memerintahku melakukan hal yang bukan pekerjaanku boss!"seru Jieun melangkah menjauh dari ruang bosnya, bersengut, bersumpah serapah bahwa hari ini, hari terakhirnya menjadi pelayan boss sok kerennya itu.

Jieun berjalan angkuh menabrak semua orang yang mengganggu jalannya, rasa muak dan benci selalu menguasainya ketika berhadapan dengan bossnya.

"Kau kenapa lagi Ji?" tanya Eunji, yang senantiasa terus mengikuti langkah Jieun menuju ruangannya berada.

Jieun tak lantas menyahuti, lebih memilih mengeluarkan amarahnya dalam sengutan tajam, menatap sekilas ruang bossnya. Kemudian cepat mematri langkah menuju ruangannya. Mendorong pintu kaca itu, yang masih diikuti oleh Eunji.

"Dasar bocah sialan, mentang-mentang dia mendapat privillage menjadi bagian dari keluarga kaya raya dengan seenaknya menyuruh tanpa sadar batas. HEY! memangnya dia pikir aku ini pelayannya." Jieun meluap tak terbendung, melampiaskan semuanya pada Eunji yang hanya bisa diam mematung.

"Kalau bukan karena aku butuh dengan uang dan pekerjaan ini, sudah jauh-jauh hari aku mengundurkan diri." Lanjutnya yang masih panas akan luapan amarah yang tidak bisa dikeluarkan dengan bebas.

"Emangnya ada apa Ji, sampai kau jadi begini?" akhirnya Eunji memberanikan diri untuk bertanya lagi. Melihat Jieun yang terlalu sering meluap-luap setelah keluar dari ruangan bossnya.

Jieun yang masih terbakar dengan emosi yang terpendam, menyerahkan selembar kertas untuk Eunji membacanya sendiri.

Dengan mata terbelalak dan sedikit membuat gerakan tak percaya, Eunji terus memandang Jieun penuh tanya.

"Ini serius?" dengusnya masih sulit percaya.

Jieun hanya mengangguk membenarkan, menahan segala macam kata-kata kotor untuk ia ungkapkan kepada bossnya itu sambil menyerahkan surat pengunduran dirinya hari ini.

"Tapi.. Ji.. Bukankah ini sebuah tawaran yang bagus. Nilainya juga besar, kebetulan kan kau sedang butuh uang," tawar Eunji yang diam-diam mendukung isi dari kertas yang masih berada dalam genggamannya.

Jieun tak bisa berpikir jernih, kesabarannya telah habis menghadapi sikap angkuh dan menyebalkan bossnya itu. Serta seenaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Ini bukan sekali, dua kali Jieun menahan gejolak emosi kala berhadapan dengan sikap menyebalkan bossnya. Terlampau sering Jieun diperintah dengan seenaknya diluar pekerjaannya.

"Kau hanya perlu jadi fake-girlfriend si boss Ji? Bukan hal yang sulit bagimu, apalagi tawarannya cukup besar." Eunji masih berseru, "Hanya satu bulan, tidak lebih bukan?" lanjutnya.

Dengan sifat Jieun yang tidak senang diperintah, dan diatur semaunya. Ini sudah menyalahi kode etik profesionalitas antara karyawan dan boss. Jieun tidak bisa mentolerir itu. Sudah keterlaluan pikirnya.

"Tidak! Aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku hari ini. Peduli setan dia akan menerimanya atau tidak," katanya mantap berapi-api disetiap kata yang ia ucapkan.

***

Setelah meletakkan surat pengunduran dirinya, Jieun melepaskan rasa kesalnya dengan mengunjungi bar langganannya. Seperti obat, cara ini begitu ampuh mengusir rasa meluap-luap dalam dadanya karena boss sialan dan menyebalkan.

Dengan keadaan yang sangat mabuk berat, pandangan yang sedikit menerawang. Beberapa kali Jieun memanggil sopir pengganti, tak juga mendapat jawaban.

Tampak sangat putus asa, Jieun meletakkan kembali ponsel pintarnya itu. Menegak segelas lagi minuman yang dipesannya. Menatap sayu seseorang yang melangkah mendekatinya.

"Boss?" panggilnya samar.

Pria itu hanya terus memandangnya nanar, duduk disebelah tanpa banyak berkata. Terus menatap, sambil meletakkan kertas disamping Jieun.

"Aku mengundurkan diri hari ini, maukah kau minum sekali saja bersamaku, boss?"

Jieun tak menyangka, ajakannya itu membuat ia terjerumus kedalam malapetaka. Terjebak dalam perjanjian yang ia tolak mati-matian.

Kepalanya masih terasa pening. Dengan setengah kesadaran, Jieun menatap kesekelilingnya, kamar yang lagi-lagi asing. Hanya ada baju berserakan, dan pemandangan badan kekar tanpa sehelai kain disampingnya. Tampak begitu terkejut, Jieun melihat tanda tangannya diselembar kertas yang berada diatas nakas bertuliskan 'surat perjanjian'.

Sontak membuatnya terperanjat, dan kilatan-kilatan ingatan malam itu kembali mencuat. Apa yang ia katakan, apa yang telah ia lakukan bersama boss menyebalkannya itu. Tidak menyangka kalau hal seperti ini bisa terjadi di dunia nyata, dia pikir hanya ada dalam drama saja.

Lekas-lekas Jieun mencubit dirinya sendiri memastikan, bahwa ini hanya mimpi, tidak benar-benar terjadi.

"Aw.." sungutnya mengusap bahu tangannya yang terasa sakit.

Jieun menatap kosong, masih tak percaya, kala sebuah suara menyeruak memecah sunyi lamunannya.

"Lain kali kalau minum jangan ajak saya, menyusahkan saja harus membersihkan muntahmu di kemeja saya."

Mendengar itu membuat Jieun kembali tersadar, dan menatap tak percaya sumber suara..

"TIDAAAAKKKKKKKK," jeritnya lantang tidak mau mempercayai apa yang telah terjadi.


---

- bulunyabunny

drink with the bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang