Setelah beberapa hari ini digempur oleh mood yang tidak baik dan juga kerjaan yang tiada habisnya. Jieun mengajak-atau lebih tepatnya memaksa Hoseok menuju ke bar langganannya-yang juga tempat pertama kali ia berkenalan dengan Hoseok dan Yoongi yang ternyata berteman.
Yoongi menyapa kedua temannya itu, sebuah senyuman tersampir dilabium tipisnya.
"Sudah lama banget nggak lihat kalian dateng barengan gini, biasa juga pisah-pisah." Yoongi berkata dengan seulas kekehan.
Hoseok dan Jieun lekas duduk diposisinya masing-masing menghadap pada Yoongi yang berdiri di balik meja bar.
"Kalo nggak dipaksa dia nih," Hoseok menunjuk Jieun dengan jari telunjuknya, "Mending tidur sih Yoon. Capek banget habis diserang sama lemburan terus." Cerocos Hoseok yang membuat Jieun dan Yoongi ikutan tergelak.
"Derita budak korporat." Sela Jieun sarkas. "Mau minum sampe nggak sadarin diri dong Yoon, pesen minum yang kek tempo hari itu ya," ujar Jieun dengan kerlingan menggoda.
Hanya bersama teman-temannya ini Jieun bisa bebas berbuat apa saja. Tidak terbatas, tidak harus dituntut jadi ini-itu, tidak harus jaga image agar tetap dipandang hormat.
Yoongi hanya menganggukkan kepala dan mereka mulai membahas hal lain. Seolah sudah lama tak bersua menyebabkan banyak obrolan yang ingin diutarakan. Yoongi sempat menyinggung bagaimana kelanjutan perseteruan Jieun dengan bossnya itu, setelah surat pengunduran dirinya gagal di eksekusi. Lagi-lagi Hoseok hanya tergelak, dan Jieun jadi kepikiran.
Beberapa hari ini, Jieun sengaja menghindari pak bossnya itu ketika di kantor. Entah apa ia masih belum mengerti kenapa bossnya yang menyebalkan itu berinisiatif untuk membayarkan hutangnya langsung kepada keluarga Taehyung. Padahal bisa saja dia memberikan uangnya dan biarkan Jieun yang membayar. Kenapa merepotkan diri, membuat Jieun jadi tidak enak sendiri.
Kalau mau mengumpat bossnya lagi kan rasanya jadi sungkan sendiri, kesannya tidak tau diri.
Makanya Jieun kesini, niatnya mencari pelarian tapi malah dia yang menemani Hoseok saat ini sedang tipsy.
"Ji... Aku tuh sebenarnya capek banget harus jadi penengah kamu sama pak Jungkook. Kalian apa nggak capek tiap ketemu adu urat mulu?" Rancaunya tengah menatap Jieun, yang takut-takut Hoseok jatuh ke samping karena tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.
Yoongi telah pergi lebih dulu melayani tamu pentingnya hari ini. Sehingga tidak bisa menemani Jieun dan Hoseok lebih lama. Padahal Jieun ingin sekali curhat kepada temannya ini, bahwa cepat atau lambat mereka bakal tau, bahwa Jieun akan segera menyudahi masa lajangnya. Dan temannya itu pasti tidak akan percaya dengan apa yang Jieun katakan.
"Yah, kamu nggak usah peduliin aja Hos. Kan dari awal aku emang nggak bisa damai sama dia."
Jieun menghela nafasnya, merengut ia akan kekesalannya sendiri.
Ia jadi kepikiran lagi kan, bagaimana cara untuk menyampaikan ke teman-temannya ini bahwa yang akan Jieun nikahi itu orang yang paling Jieun benci-dan yang paling sering ia caci. Bagaimana caranya bilang, motto hidupnya untuk melajang akan segera sirna. She is getting merried.
"Pak boss itu baik sekali, Ji. He's always care about you. But you-" Hoseok memberikan jeda yang membuat Jieun lantas menatapnya. Muka merah Hoseok yang tidak begitu kuat dengan alkohol kadang membuat Jieun merasa bersalah mengajaknya ke sini. "Aku mau muntah." Lanjutnya dengan susah payah.
"NOOOOO," Jieun memekik saat Hoseok berpindah ke bahunya. Pria dihadapannya kini tengah mendengkur, membuat Jieun harus memapah sahabatnya itu ke sofa yang berdekatan dengan ruang khusus di bar itu. "Kenapa sih kamu harus nyusahin gini Hoseok. Tau gitu aku milih minum sendiri aja." Oceh Jieun setelah memastikan Hoseok telah benar-benar terlelap. Tidak heran sih kenapa Hoseok bisa teler begini, lihat saja sudah berapa gelas ia teguk pelan-pelan. Sok-sokan mau menyaingi Jieun yang punya kadar alkohol yang amat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
drink with the boss
Short Story[JANGAN LUPA DI FOLLOW DULU] "Aku mengundurkan diri hari ini, mau kah sekali saja kau minum bersamaku, boss?"