Bab 19 - The Queen and The Princess

6.4K 1.3K 166
                                    

Mena merasa terjebak. Ini adalah situasi yang lebih menyebalkan ketimbang belajar privat bersama para guru yang kolot di kuil Karnak untuk melatih ingatannya akan huruf Hieroglif seharian. Kalau boleh memilih, Mena mungkin lebih suka duduk satu ruangan bersama Har-im-hotep dan mendengarkan ocehannya yang bercampur sindiran sepanjang siang.

Dia sudah menduga kalau ratu Tefnut tidak akan membuat semua ini terasa mudah baginya. Tugas yang diberikan Firaun untuknya—-yang awalnya Mena pikir juga mengesalkan untuknya—-entah bagaimana berubah menjadi hiburan bagi ratu Tefnut.

Mungkin sang ratu senang melihat ekspresi pucat Mena ketika dipaksa mengobrol dengan wanita-wanita kelas atas yang mengenakan terlalu banyak parfum. Mena berusaha tetap ramah padahal dia bisa muntah kapan saja. Sebagai pendeta kuil Karnak yang kerap mengunjungi rumah pembalsaman, dia sensitif terhadap bau-bauan. Entah trend apa yang sedang diminati para bangsawan Mesir saat ini karena Mena sering mencium bau rempah dan minyak Atsiri yang biasa dikenakan pada para mayat yang akan dimumikan dari tubuh mereka.

Mena tidak tahu apakah bijak jika dia jujur mengatakan kalau itu adalah wewangian yang biasa dipakai orang mati. Karena tempo hari, ketika untuk kesekian kalinya dia dipaksa oleh ratu untuk bertemu teman-temannya dan mengomentari pakaian mereka, salah satu dari mereka berdiri dari duduknya dan memaksa pulang. Ratu Tefnut memarahi Mena setelahnya. Katanya Mena telah merusak suasana dan menyakiti hati mereka.

Mena tidak tahan untuk tidak berkomentar. Karena wanita bangsawan itu terlihat konyol mengenakan wig yang disusun tinggi seperti Piramida. Dia bahkan harus membungkuk hanya untuk memasuki pintu. Mena yakin semua orang juga berpikiran sama dengannya, tapi tampaknya para wanita bangsawan ini tidak pernah mengkritik temannya. Mereka lebih suka mentertawakan penampilan wanita itu diam-diam dan merasa lebih baik darinya. Mereka memilih untuk membiarkan wanita itu mempermalukan dirinya sendiri, sementara mereka merasa puas karena bukan menjadi orang dengan penampilan terburuk di sana.

Jadi ini yang biasa dilakukan oleh para wanita kelas atas Mesir. Bersosialisasi, berpesta dan bergosip. Selain itu mereka berbelanja, berburu pakaian baru dan perhiasan mahal yang akan dipakai untuk acara sosialisasi mereka. Memamerkan kekayaan suami mereka.

Ratu Tefnut tentunya bukan tandingan mereka. Suaminya adalah firaun. Walaupun ratu Tefnut tidak hadir dengan memakai seluruh emas dan permata miliknya di tubuhnya. Semua tahu kalau dia yang paling kaya di sana.

Mena dipaksa bergaul dengan para wanita haus perhatian dengan umur lebih dari dua kali lipat umurnya. Mena berulang kali ingin melarikan diri ketika beberapa dari mereka hadir ke pertemuan dengan membawa pemuda-pemuda gagah yang diakui sebagai budak mereka. Para pemuda itu, kerap melirik ke arah Mena, berpikir kalau Mena mungkin juga salah seorang wanita yang menghamburkan uang demi kesenangan. Mena sempat berpikir kalau para wanita itu mungkin punya hubungan spesial dengan budak mereka.

Perselingkuhan bukan hal yang biasa ditolerir oleh orang Mesir. Tapi beberapa dari teman ratu tefnut sudah bercerai dan tidak menikah kembali. Ketika mereka lajang, kebanyakan orang tidak akan berkomentar jika mereka berkencan atau tidur bersama di luar ikatan pernikahan.

Kadang beberapa dari wanita itu tanpa malu membahas soal Ahmose, yang seharusnya sudah seumuran anak mereka. Mereka berkata beberapa hal vulgar tentang sang Jenderal dan berharap Mena membocorkan satu atau dua hal yang mesum tentang dirinya.

Setiap kali nama Ahmose disebut, rasa sesal langsung menyeruak dan terasa menekan dadanya. Insiden perang tempo hari, bukan hanya menampar Mena akan fakta kalau dia masih terlalu hijau untuk menganalisa situasi. Tindakannya yang masuk ke gedung dokumen dan memata-matai data dan keuangan para pejabat malah menempatkannya dalam situasi yang lebih sulit.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang