Bab 23 - The Wife of Thoth

7.4K 1.2K 84
                                    

Yang mereka lihat hanyalah hamparan luas berwarna tanah kekuningan yang terang. Konturnya berbukit seakan saling bertumpuk dan tampak mudah longsor. Ketika angin kencang berhembus, tumpukan pasir halus itu berterbangan dan memaksa mahkluk di sekitarnya untuk memejamkan mata. Tidak terkecuali Mena—yang walaupun punya gelar putri Firaun dan akan menjadi Firaun selanjutnya—tetap hanya manusia biasa.

Wajar bagi Mena, tapi tidak seharusnya begitu bagi Thoth. Dia adalah dewa tapi dia kini menutup hidung dan menurunkan tudungnya untuk melindungi netranya. Sejak Mena mengetahui kalau Thoth adalah Cyllenius, dia sulit meyakinkan dirinya kalau Thoth adalah dewa. Karena fisiknya yang sangat manusiawi.

Tidak butuh waktu lama—sejak Mena dan rombongan Thoth menaiki kendaraan piramidnya—mereka akhirnya menjejak di pasir. Mena bisa melihat kendaraan itu membebani pasir sehingga sedikit melesak ke dalam. Mena sempat khawatir kalau-kalau wahana itu akan tenggelam dan mereka tidak bisa menemukannya. Kalau itu terjadi, mereka hanya bisa berharap bertemu caravan pedagang budak yang lewat, atau rombongan penambang. Itu pun meragukan karena gurun Sahara sangat luas. Mena juga tidak bisa melihat ada jejak pertambangan dari jangkauan pandangannya.

Wahana berbentuk Piramida yang dinaikinya, melaju nyaris tanpa suara. Mena merasa hanya masuk ke sebuah kabin kosong tertutup tanpa jendela yang keseluruhannya berwarna putih terang. Mena tidak merasa sedang berpindah lokasi karena tidak terasa getaran apapun di kakinya ketika kendaraan itu melayang di langit.

Mena merasa sedikit tenang ketika memastikan kalau Piramida itu sudah kokoh mendarat tanpa ada kemungkinan tertelan pasir. Baba si kera melompat dan menumpang di punggung Mena seakan mereka sudah bersahabat belasan tahun. Mereka mengikuti Thoth yang berjalan sedikit tidak kokoh karena menapaki pasir yang gembur dan kering. Dewa itu tampak mengecek sesuatu pada sebidang mineral transparan yang memancarkan sinar. Mena menebak itu semacam batu prasasti.

"Seharusnya di sini," Thoth bergumam sambil sibuk mengamati prasastinya serius.

"Kenapa aku harus ikut? Apakah tidak sebaiknya aku bergegas pulang ke istanaku sebelum mereka mulai menyiapkan upacara kematianku? Aku tidak mau mereka menggantikan tubuhku dengan bangkai buaya atau kera dan dimumikan karena mereka tidak menemukan jasadku," Mena mengutarakan pikirannya.

"Aku belum selesai denganmu, aku masih harus menyiapkanmu sebelum kau kembali ke istanamu. Tenang saja, tidak akan ada pemakaman. Kau seorang royal, mereka akan memastikan persiapan pemakamanmu nanti berlangsung lama dan rumit," kaya Thoth tidak acuh sambil mata masih terpaku pada tablet mineralnya.

Gurun Sahara adalah tempat yang selama ini hanya Mena ketahui dari catatan para pengembara yang dia baca di perpustakaan. Yang dia tahu, Sahara bukan tempat yang menyenangkan untuk piknik. Sahara memisahkan Mesir dari negara-negara tetangga. Mesir sendiri sudah lama menambang mineral dan batuan berharga dari kedalaman pasirnya.

Hanya ada sekelompok pekerja atau budak yang biasa berada di sana. Mereka menambang dengan mempertaruhkan nyawa. Karena tidak jarang ayunan kapak dan cangkul mereka mengenai pondasi atau penyangga, dan mereka pun terkubur di dalam pasir.

"Jadi, aku harus memanggilmu apa? Cyllenius atau Thoth?" Mena bertanya.

Thoth berhenti sejenak dari kesibukannya dan memandang mata Mena.

"Aku Thoth, Cyllenius hanyalah nama lain yang kugunakan untuk urusanku,  aku enggan membahas tentang ini. Yang harus kamu pahami adalah, aku dewa Thoth, sesuatu yang kerap kau sembah dan mintai bantuan. Jadi, kalau kamu mau hidup, turuti perintahku dan bersikap manislah,"

Mena menghela nafas. Dia bisa apa? Dia hanya manusia biasa yang terikat kontrak dengannya. Mena pun menerka, walaupun fisik mereka berdua begitu mirip tapi mereka berbeda. Meskipun dia dan Cyllenius saling mengenal hanya beberapa Minggu, sifat dan cara bicaranya lebih hangat. Namun Thoth, kerap menunjukkan keangkuhan dan rasa percaya diri dari setiap kalimatnya.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang