"Aku dengar dari Horus, katanya kau bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan para dewa Mesir. Apakah itu benar?" Mena bertanya sambil bersandar pada dada bidang si dewa pembawa pesan dan memainkan rambut pirang ikalnya yang sedikit lembab karena keringat.
Hermes memandang mata cokelat gelap kekasih barunya dan merasa sedikit jengah melihat refleksi dirinya sendiri di sana. Dia tidak berpakaian lengkap dan menyadarkan dirinya sendiri dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dia meniduri Amen-Ra, yang seharusnya dia perlakukan layaknya hamba. Ini adalah perbuatan yang kurang bertanggung jawab. Terlebih lagi, dia bukan gadis biasa. Dia adalah Firaun Mesir, negara besar yang mungkin hampir setara kekuatannya dengan setengah Yunani.
Hermes menutup matanya dan memalingkan mukanya. Dia cemas mena akan menerka hatinya. Dia tidak ingin bersikap tidak sopan. Mena tidak boleh tahu kalau ada sedikit penyesalan dari dirinya karena telah tidur bersama.
"Hermes?"
"Apa? Oh iya, soal itu memang benar. Aku hanya menggantikan Thoth. Aku tidak selalu bergantung pada teknologi atlanti-maksudku-dewa Mesir," Hermes meralat sedikit kalimatnya.
Mena sebaiknya tidak pernah tahu kalau para dewa Mesir itu manusia sepertinya. Dia seorang Firaun. Pemimpin yang kehilangan iman tidak akan menjadi hal yang baik untuk negerinya.
"Apakah ada yang bisa kugunakan untuk diriku sendiri?"
"Maksudnya?"
"Untuk melindungi diriku, aku tidak bisa selalu bergantung pada prajurit atau pengawalku. Mereka bisa berkhianat," sahut Mena lagi.
Hermes merentangkan lengannya kemudian memeluk wanitanya erat sambil mengelus punggungnya menenangkan.
"Aku kini suamimu, aku yang akan melindungimu," kata dewa berambut pirang itu.
"Bagaimana caranya? Setelah ini kau akan sibuk membantu Horus kan?"
"Aku akan selalu hadir ketika kau dalam bahaya atau membutuhkanku. Jangan lupa kalau aku seorang dewa."
"Tidak, Hermes. Bukan begitu maksudku, aku ingin lebih percaya diri. Seperti Ahmose yang memiliki kekuatan dari Seth, apakah aku bisa mendapatkannya?"
"Kau ingin memiliki senjata sendiri?" Hermes terdengar ragu.
"Aku terpikir untuk meminta hal serupa pada Horus namun aku urung, aku tidak terlalu mempercayainya. Tapi kalau denganmu, aku tidak akan meragukannya," sahut Mena sambil memandang mata suami barunya lekat.
"Itu-yah, aku bisa memberikannya. Tapi senjata tetaplah senjata. Tidak ada yang benar-benar aman. Ahmose adalah seorang jenderal yang biasa berperang. Dia tahu cara yang benar untuk menggunakannya. Tapi kalau kamu-"
"Karena itu aku meminta padamu, Hermes. Aku percaya kau bisa memberikan senjata yang cocok untukku. Sesuatu yang bisa menyaingi Ahmose dan membuat kami setara. Apakah senjata pemberian Seth itu sangat kuat?"
Hermes menggeleng.
"Ketika aku menculikmu dari istana Thebes, aku pernah mencicipi sedikit kekuatannya. Menurutku, senjata Seth sangat kuat tapi tetap tidak sebanding dengan dewa sungguhan,"
"Para dewa itu, mereka tidak ingin para manusia Mesir setara dengan mereka," Mena berkata sedikit geram dan memalingkan wajahnya.
"Aku akan memberikan tahta Firaun untukmu, Amen-Ra," Hermes merengkuh wajah jelita sang Firaun dan memandangnya penuh kesungguhan.
"Itu benar, aku tidak meragukan janjimu tapi aku tidak ingin menjadi Firaun yang dihormati karena Thoth memihakku, atau karena aku istrimu. Apa kau mengerti? Aku butuh rasa hormat, aku ingin mereka takut padaku, aku ingin kekuatan yang membuat mereka tunduk." Mene membocorkan sedikit ambisinya. Hermes tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Egypt
Tiểu thuyết Lịch sử18+ Menjadi calon Firaun artinya tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya di sekitarmu. Mena telah melalui puluhan kali percobaan pembunuhan, fitnah serta jebakan oleh para saudaranya karena mereka juga menginginkan takhta. Tapi demi mencegah Mesir...