Bab 2 - The Priestess of Amun

13K 2.1K 50
                                    

Mena adalah seorang putri. umumnya wanita bangsawan tidak menerima pendidikan formal kecuali jika mereka bertekad kuat untuk belajar. Itu pun biasanya bisa dilakukan setelah serangkaian nepotisme dan memanfaatkan jaringan ayah mereka.

Para putri bangsawan itu jelas jauh lebih terpelajar ketimbang rakyat jelata yang biasanya hanya bisa mengerjakan tugas domestik atau menanam gandum. Tapi mereka biasanya belajar di rumah mereka masing-masing dengan memanggil guru atau mengandalkan pengetahuan dari ibu dan ayah mereka sendiri.

Mena sedikit berbeda. Dia lahir dari salah seorang istri Firaun. Ibunya bukan seorang ratu utama, melainkan hanya seorang selir jelita yang kebetulan mendapatkan limpahan kasih sayang dari Akhenatum, sampai-sampai sang Firaun memberikannya gelar sebagai ratu kedua. Ibunya berdarah Yunani, dan juga keturunan dari dinasti lama yang pernah berkuasa di Mesir. Dinasti yang sudah kehilangan kekuasaannya selain sebagai keluarga pengelola kuil Karnak, tempat di mana kuil Dewa Amun terbesar berada.

Akhenatum hanya memiliki dua orang anak kandung. Seorang pangeran dari pernikahannya dengan saudari kandungnya dan seorang putri dari pernikahannya dengan selirnya. Pernikahan antar saudara kandung adalah hal yang sangat umum di dinasti kerajaan Mesir. Mereka memastikan kalau darah mereka tetap murni demi menjaga kekuasaan dinasti mereka.

Namun semua itu memiliki bayaran yang mahal. Anak dari pernikahan inses seringkali lahir tidak sempurna dan sakit-sakitan. Itu juga merupakan alasan kenapa banyak Firaun yang tidak berumur panjang.

Mena sudah didaulat sebagai calon istri dari saudara beda ibunya yang bernama Akhenatum II, namun sang pangeran menjemput ajal di usia empat belas tahun karena sakit.

Tidak lama setelahnya, Firaun mengumumkan kalau Mena adalah pewarisnya. Gadis itu selama belasan tahun tinggal di Karnak untuk mendampingi para pendeta wanita yang memimpin ritual di Karnak. Dia sebelumnya akan ditahbiskan sebagai 'Istri Dewa Amun', yaitu gelar pendeta wanita tertinggi dan juga memegang kuasa utama di komplek kuil Karnak. Posisi itu sudah empat tahun kosong, sejak Ibunya meninggal dibunuh seorang bangsawan sakit jiwa yang terobsesi padanya.

Mena sendiri tidak yakin, apakah dia akan tetap memegang posisi sakral sebagai istri Dewa Amun dan menjadi istri Firaun atau menjadi Firaun itu sendiri. Secara aturan kerajaan, Firaun bisa saja menunjuk orang lain yang tidak memiliki hubungan darah dengannya sebagai calon Firaun. Awalnya Mena mengira akan begitu akhirnya, dan bersiap untuk menjadi istri calon Firaun baru itu. Dia sendiri cukup terkejut ketika Akhenatum menunjukknya sebagai calon Firaun.

Apalagi kehidupan sebagai calon Firaun ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

"Selamat pagi putri Amen-ra, kami sudah menyiapkan air mandi anda,"

Mena melihat para gadis-gadis pelayan memasuki kamarnya dan membariskan diri. Mereka berpakaian rapi lengkap dengan wig dan riasan mata mereka yang berwarna hitam.

Meskipun Mena sudah hampir tiga tahun tinggal di komplek istana Firaun, dia tidak pernah merasa terbiasa. Dia dididik sebagai pendeta, karena sebagai istri Firaun masa depan, dia hampir selalu akan menjadi pemimpin setiap ritual yang melibatkan Firaun. Tapi kini—sejak Akhenatum menunjuknya sebagai calon Firaun—Mena harus hidup sebagai putri bangsawan.

Seorang putri bangsawan hampir tidak pernah melakukan apa-apa. Termasuk mandi, mengenakan baju, berias dan hal umum lainnya. Semua akan dilakukan oleh para pelayannya. Di Kuil Karnak—meskipun dia tetap diperlakukan spesial—setidaknya Mena masih mandi sendiri.

"Putri Amen-ra, kulit anda luar biasa indah hari ini. Anda berkilau di manapun anda berada. Dewi Hathor pasti memberikan berkah luar biasa ketika anda masih di kandungan ibu anda," salah seorang pelayan yang usianya lebih tua, membasuh rambutnya dengan hati-hati. Obrolan puja puji seperti ini sudah biasa didengar Mena sampai dia hampir muak karenanya.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang