Orang Yunani familiar dengan Sphinx. Dia adalah monster berkepala wanita dan berbadan singa. Kadang dia juga digambarkan bersayap dan berekor ular. Sphinx berdiam di kota Thebes Yunani dan memberi teka teki pada orang yang di lewat. Kalau mereka gagal menjawab maka Sphinx akan melarang mereka lewat. Jika manusia memaksa, konon Sphinx akan menerkamnya.
Oedipus, pangeran Thebes yang ditinggalkan di hutan untuk mati oleh orang tuanya—-diceritakan bertemu dengan Sphinx yang meneror kota Thebes. Oedipus berhasil menjawab teka teki sang Sphinx. Monster itu murka dan membunuh dirinya sendiri. Namun ada kisah yang lebih tragis dari oedipus. Dia dibuang ke hutan sejak bayi karena diramal akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri.
Oedipus diadopsi oleh raja dan ratu negara lain dan mendengar ramalan itu. Karena tidak ingin ramalan itu terwujud dia pun mengembara dan tiba di thebes. Oedipus tidak tahu kalau dia sudah bertemu dengan orang tua kandungnya. Oedipus membunuh raja thebes dan menikahi Jocasta ratunya —- tanpa dia tahu kalau dia adalah ibunya sendiri.
Oedipus mencongkel kedua bola matanya sendiri begitu mengetahui kenyataan buruk akan pernikahannya. Jocasta pun gantung diri setelah mengetahuinya.
Namun Sphinx di Mesir, bukan sekedar monster menakutkan apalagi terobsesi dengan teka-teki. Dia adalah mahkluk penjaga dan merupakan simbol dari Firaun. Hermes meyakini, dan dikuatkan oleh catatan para Titan ketika kedatangan mereka di bumi—-patung Sphinx yang berdiri gagah di sekitar Piramida mesir sudah ada sejak mereka singgah.
Usianya mungkin sudah lebih dari enam ribu tahun, padahal orang Mesir ketika itu belum bisa membangun sesuatu yang sebesar bukit. Mitos tentang Sphinx juga kurang meyakinkan dan minim disebutkan dalam literatur orang Mesir. Bagi patung sebesar dan semegah Sphinx, rasanya janggal kalau mahkluk itu hanya sebagai simbol Firaun.
"Karena para Atlantean yang membangunnya, jauh sebelum para pemukim Nil membangun Mesir," Thoth menjawab ketika Hermes menanyakannya.
"Maksudnya patung itu sudah ada sebelum pulau kalian tenggelam?"
"Tidak, beberapa dari kami yang selamat membangunnya. Sebagai usaha kami untuk mengabadikan peradaban Atlantis," Thoth terlihat muram ketika mengatakannya.
Sebelumnya dia pernah bercerita. Betapa bangsanya menyesal karena mengabaikan peringatan dari alam. Bangsa Atlantis kerap berperang dan mengeksploitasi alamnya. Menyakiti bumi dan enggan menghentikannya. Thoth adalah seorang pendeta tinggi ketika itu. Dia mengingatkan kalau Bumi bisa membalas perbuatan mereka. Namun tidak berhasil.
Thoth bercerita, kalau Bumi sudah mengalami tiga kali banjir besar. Atlantis tenggelam pada banjir besar yang terjadi sekitar 10.000 tahun sebelumnya. Segala yang mereka bangun tenggelam karena orang Atlantis membangun rumah dan gedung mereka di pesisir. Air naik dengan cepat dan nyaris instan tanpa peringatan sampai mereka sulit menyelamatkan diri.
Mayoritas orang Atlantis yang berhasil selamat hanya mampu membawa diri mereka sendiri. Thoth dan ratusan orang Atlantis yang lebih beruntung, sempat membawa serta beberapa teknologi mereka dan mencari rumah baru.
Mereka memutuskan untuk tinggal di daerah yang cukup jauh dari laut dan kering. Sahara adalah tujuan pertama mereka. Thoth dan para bangsawan Atlantis membangun pemukiman mereka dan sebisa mungkin menyelamatkan apapun yang tersisa dari Atlantis. Sungai Nil memberikan air segar untuk membasuh kerongkongan mereka. Para Atlantean juga berpapasan dengan pemukim sungai Nil yang walaupun tidak sepandai mereka—-mau menerima mereka dengan baik dan berbagi makanan dengan mereka.
"Bagaimana mungkin kalian para Atlantean menjadi bangsa yang superior sementara di belahan bumi lain masih banyak manusia yang hidup primitif?" Hermes bertanya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Egypt
Historical Fiction18+ Menjadi calon Firaun artinya tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya di sekitarmu. Mena telah melalui puluhan kali percobaan pembunuhan, fitnah serta jebakan oleh para saudaranya karena mereka juga menginginkan takhta. Tapi demi mencegah Mesir...