"Siapa manusia ini?" Anubis bertanya dengan mata masih terpaku pada Mena. Netranya yang memiliki pupil keemasan mirip mata aligator melakukan pengindaian serius pada fisik Mena. Gadis itu sendiri memejamkan matanya dengan bibir gemetar, merasa tidak nyaman sekaligus takut. Berbeda dengan Thoth yang memiliki raga manusiawi, Anubis bertubuh tinggi dengan kulit keabuan. Meskipun dia memiliki dua mata, satu hidung dan satu mulut seperti manusia, Mena jelas bisa menangkap aura keagungan yang berbeda ketimbang Thoth.
"Manusia, aku menyelamatkannya dari tenggelam," Thoth menjawab datar.
"Tapi kenapa?" Anubis memiringkan kepalanya.
"Apa?"
"Kenapa kau menyelamatkannya?" Anubis bertanya seakan-akan itu adalah sesuatu yang tidak wajar.
"Yah, itu karena," Thoth tampak ragu menanggapi dan melirik sedikit ke arah Mena. Dia belum siap mengungkap rencananya, termasuk pada Anubis yang sedikit temperamental.
Anubis mengayunkan tongkatnya, yang memiliki lambang Osiris di ujungnya. Dia memutarnya seperti bayonet dan Mena merasa tubuhnya seketika menjadi ringan seperti gelembung. Dia melayang di udara kosong, namun Mena tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Lehernya tercekat karena membutuhkan udara.
"Hei! Turunkan dia!" Thoth berseru.
"Kita tidak membutuhkan manusia di sini, karena banyak yang harus kita bicarakan," Anubis menanggapi tenang. Sementara tubuh Mena melayang hampir keluar dari kapal dan ketika itu Mena sangat yakin kalau Anubis akan menjatuhkannya ke air.
"Dia kekasihku!" Thoth berseru.
Anubis memandang Thoth seakan dia adalah sekerumuman cacing tanah yang menjijikkan.
"Dia? Kamu mau bereproduksi dengannya? Manusia ini?" Anubis memastikan pendengarannya dan membiarkan gadis itu menjejak kembali ke dek kapal.
"Yah, intinya aku melarangmu menyakitinya, atau --" kata Thoth.
"Atau apa?"
"Kau akan menyesal," kata Thoth lagi.
"Kenapa aku bisa menyesal?" Timpal Anubis lagi. Thoth mengusap wajahnya merasa lelah.
"Baiklah, gadis ini, dia keturunan Horus, karena itu kita tidak bisa membunuhnya," Thoth menyerah dan mengungkap sedikit informasi mengenai Mena. Sang putri, yang masih segan bersuara hanya mendelik bingung. Dia mengkonfirmasinya dengan Baba tanpa suara namun kera itu hanya mengangkat bahunya.
"Ah, begitu rupanya. Jadi kau tidak benar-benar bereproduksi dengannya," Anubis mengutarakan rasa leganya.
"Yah, tidak seperti itu niatku," Thoth mengangguk.
"Kita dewa Mesir, berbeda dengan dewa lain, bereproduksi dengan manusia hanya dilakukan oleh dewa bangsa lain seperti--siapa mereka? Bangsa Titan?" Anubis menggaruk dagunya.
"Err, ya bangsa Titan," Thoth mengangguk.
"Siapa nama mereka? Kronos? Gaia?" Anubis berpikir lagi.
"Kronos sudah mati, dikudeta oleh anak mereka, Zeus, Poseidon, Hades," Thoth menyebutkan
"Ah, bangsa lemah, umur mereka pendek sekali. Sudah berapa ribu tahun sejak aku tertidur Thoth?"
"Lima ribu tahun, banyak hal yang sudah berubah,"
"Ya, aku melihat Mesir kini dihuni banyak sekali manusia dan aku melihat kuil Anubis terbengkalai. Itu membuatku kesal," Anubis menghunjamkan tongkatnya ke lantai kapal, menimbulkan guncangan yang cukup masif sampai membuat Mena sekali lagi jatuh terduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Egypt
Historical Fiction18+ Menjadi calon Firaun artinya tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya di sekitarmu. Mena telah melalui puluhan kali percobaan pembunuhan, fitnah serta jebakan oleh para saudaranya karena mereka juga menginginkan takhta. Tapi demi mencegah Mesir...