[ 12 ]

64 3 1
                                    


"Melupakan atau dilupakan itu sama saja membuat kita jatuh"

*Boon

******

Sudah hampir dua bulan Fabi tidak sadarkan diri, mungkin Fabi masih terlalu lelah untuk memulai kegiatannya kembali atau bahkan Fabi sudah muak untuk melanjutkan hidupnya.

Saat ini semua anggota keluarga Anggoro sedang berkumpul  di ruang rawat inap Fabi, rasa menyesal masih menghantui mereka hingga saat ini. Terutama keluarga inti Satrio. Dengan perlahan Shua berjalan mendekat ke arah ranjang Fabi, Shua duduk sambil menggenggam erat tangan kurus Fabi.

"Bi" panggil Shua dengan nada pelan

"Masa setiap hari Abang ngomong nggak dijawab bi" kekehan kecil lolos dari bibir Shua

"Maafin Abang ya bi" suaranya mulai melemah, perlahan air mata turun membasahi pipi. Shua menengok kearah keluarganya, seakan mengerti maksud Shua mereka memutuskan untuk menunggu diluar.

"Bi, walau kamu belum mau bicara. Tapi Abang tahu kamu bisa denger apa yang Abang omongin"

"Abang tau, Abang sama yang lainnya udah terlambat. Tapi kita kesempatan kedua bi"

"Abang tau kamu capek"

"Abang tau apa yang kamu rasain bi"

"NGGAKK, Abang nggak akan pernah tau" Fabi merutuki mulutnya yang keceplosan, ya Fabi sudah sadar dari 2 jam yang lalu. Ia hanya berpura-pura masih koma, para dokter pun turut membantu.

"Bi, kamu udah bangun" ucap Shua berteriak, sehingga semua orang yang diluar mendengarnya, dengan cepat Valerie berlari memeluk tubuh ringkih Fabi. Saat ini posisi tubuh Fabi berubah menjadi duduk.

"Sayang kamu baik-baik aja, puji Tuhan kamu udah sadar" pelukan Valerie semakin erat tapi tak kunjung mendapat balasan.

"Bi, kok kamu diem aja, apa yang sakit nak?" Valerie terlihat khawatir, dan dengan tidak sengaja ia mencengkram erat lengan Fabi. Sontak saja Fabi langsung memekik kesakitan.

"Kenapa bi?" Tangan Valerie bergerak cepat membuka lengan baju Fabi, tapi ia masih kalah cepat dengan Fabi yang reflek menahan lengan bajunya.

"Nggak, Fabi nggak papa, Fabi nggak papa" Fabi menangis, nafasnya memburu, tapi ia tersenyum. Valeri mendekat dengan niat untuk memeluk tapi dengan cepat Fabi beringsut mundur, terlihat sangat jelas jika saat ini Fabi tengah ketakutan.

"Bi kamu jangan takut ini mama nak" ucap Valerie dengan senyum menenangkan tapi bagi Fabi itu adalah senyum menakutkan.

"Jangan! Jangan kesini Fabi mohon" tangis Fabi semakin menjadi.

"Bi sama Abang aja kalo gitu, jangan takut ya" usaha Shua sama saja tidak membuahkan hasil, Fabi malah tambah ketakutan. Hingga...

Brak...

Semua dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka dengan kasar, dan sang pelaku terlihat menangis. Pelaku tersebut adalah Silla dengan cepat Silla berlari menghampiri Fabi.

Dipeluknya Fabi dengan erat, dan dibalas tak kalah erat oleh Fabi, disusul oleh Darrel dari belakang. Tampak seperti keluarga yang harmonis.

"Bunda..." Lirih Fabi yang masih bisa didengar semua orang

"Iya nak, bunda disini. Jagan nangis lagi ya"

"Bunda... Bunda, bunda" berulang kali Fabi mengucap kata itu.

"Fabi takut ya? Udah jangan takut lagi ya. Bunda sama ayah kan disini, sama Fabi" ucap Darrel menenangkan.

"Ayah, jangan tinggalin Fabi, Fabi takut, Fabi capek" lirih Fabi yang masih dengan sesenggukan

Hati Valerie dan Satrio mencelos mendengar panggilan itu bukan untuk dirinya.

'padahal tadi Fabi nggak balas pelukanku'

******

Don't forget to vote and coment
👇

🍋🍋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang