[ 7 ]

35 8 0
                                    

Kata orang kebahagiaan itu muncul
setelah kesedihan, tapi kayaknya bohong deh.
Gue dari dulu sedih-sedih terus
kapan bahagianya woi.


*Fabiola Valerie*

******

Bel pulang sekolah terdengar, dan Fabi benci hal itu. Ia malas untuk pulang.

Fabi pulang dengan langkah gontai, sebenarnya ia sudah dibujuk untuk pulang dengan Shua tapi Fabi tetap tidak mau. Fabi beralasan ingin mengunjungi temannya terlebih dahulu, tentu saja ia bohong.

Ia baru ingat bahwa ia harus menemui Silla hari ini, untuk memeriksa keadaan ginjalnya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 menit ia sampai di RS. Dengan perlahan ia mengetuk pintu ruangan Silla.

"Bunn... Ini Fabi"

"Masuk bi"setelah masuk ia disambut dengan senyum manis milik Silla.

"Bun, Fabi mau chek ginjal Fabi"

"Yaudah yuk pindah ruangan"

Pengecekan ginjal Fabi selesai, Fabi rasa ia menyesal sudah mengecek keadaan ginjalnya. Karena ia mendapati kabar yang membuat hatinya hancur untuk kesekian kalinya.

"Bi.. apa perut kamu pernah kebentur?"

"I-iya, pas pulang dari RS Semua marah sama Fabi, trus a-ayah dorong Fabi, yaudah deh perut Fabi kena pinggiran meja" jelas Fabi

"Bi..apa selama ini kamu ngalamin sakit diperut?"

"Iya bun"

"Bi.. ginjal kamu rusak nak, mulai sekarang kamu nggak boleh kecapean ya, dijaga makannya. Bunda selalu ada untuk kamu bi, jangan pernah ngerasa sendiri. Kamu udah makan?" Dijawab gelengan oleh Fabi

"Tunggu bentar ya, bunda beli'in makanan dikantin rumah sakit" kembali dijawab anggukan Fabi

Setelah Silla meninggalkan ruangan. Fabi mulai melamun, ia berfikir kenapa ia lagi yang terkena masalah. Ia ingin menyerah sekarang, tapi apalah daya keadaan memaksanya untuk bertahan. Bertahan dengan rasa sakit yang mungkin ingin membunuhnya secara perlahan.

Ia berharap semua orang kembali menjauh darinya, ia ingin saat ia pergi nanti tiada yang menangis untuknya. Ingin pergi dengan tenang, tapi Fabi yakin tidak akan ada yang merasa kehilangan walau dirinya pergi tanpa kabar atau kembali tanpa nyawa.

Panggilan Silla membuyarkan lamunan Fabi, ia dan Silla makan siang bersama. Setelahnya Fabi pamit untuk pulang, entah mengapa ia ingin segera melihat senyum ibunya. Kangen mungkin, ya walau Fabi tau jika Mereka tidak akan pernah rindu Fabi jangankan rindu ingat bahwa Fabi ada saja mungkin tidak.

10 menit menempuh perjalanan dengan bus, Fabi turun didepan gang. Ia ingin lewat jalan berbeda sambil menikmati suasana sore hari, ia merasa damai saat melihat langit, melihat awan yang mulai berpencar, dan proses matahari yang akan bergantian dengan bulan.

Ponsel Fabi berdering tanda ada yang menghubunginya.

"Halo?"

"..."

"Iya, ini udah jalan pulang"

"Iya bang, yaudah"panggilan terputus, Fabi senang ternyata masih ada yang mengkhawatirkannya.

BoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang