[ 4 ]

38 9 1
                                    

Awas typo!!

******

Sudah saatnya Fabi melakukan operasi, Fabi merasa ikhlas ia senang bisa membantu abangnya.

🎻🎻🎻

Di tempat lain, Keluarga besar Anggoro harap harap cemas menunggu operasi ginjal Leo.

"Fabi mana nduk" tanya ibunda Valerie

"Udahlah mah, anak nggak tau diri aja dipikirin"balas Valerie jutek

"Jaga omongan kamu nduk, dia tetep putrimu, darah dagingmu sendiri. Fabi itu bukan anak nggak tau diri" balas ibunda Valerie yang bernama Mila

"Buktinya, sekarang kakaknya lagi berjuang dia malah main nggak jelas kemana"sewot Valerie yang tidak dibalas Mila

' emang keluarga nggak jelas, ponakan kesayangan gue malah disia-siain. Itu baru nggak tau diri' batin seseorang disana

Sudah 1jam berlalu dan lampu operasi pun sudah mati yang manjadi pertanda bahwa operasi sudah selesai

🎻🎻🎻

Sudah 4 hari Fabi terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, ya Fabi dinyatakan koma setelah menjalani operasi.

Silla dengan setia menunggui Fabi, Silla dan suaminya bergantian menjaga Fabi. Dan coba kalian tebak apa keluarganya peduli pada Fabi yang sudah 4 hari tidak pulang ? Oh tentu tidak.

Jahat bukan.

Silla terus mengajak berbicara Fabi yang tentunya tidak dibalas Fabi.

Silla yang tadinya tengah mengobrol dengan Fabi terkejut mendapati jari Fabi bergerak, dengan cepat ia memakai perlengkapan dokternya dan memeriksa Fabi. Silla segera menelepon sang suami, ia mengatakan bahwa Fabi baru saja dinyatakan sadar dari koma.

"Fabi mau apa sayang?"

"Mi..num"setelah mendengar jawaban Fabi Silla bergerak cepat mengambil gelas di atas nakas

"Ma..makasih Bun"

Ceklek...

Terdengar suara pintu yang dibuka

"A..yah"kaget Fabi

"Iya sayang, ini ayah. Gimana keadaan kamu bi, udah baikan belum?"yang dijawab anggukan oleh Fabi

🎧🎧🎧

Karena keadaan Fabi sudah membaik dokter akhirnya memutuskan untuk memperbolehkan Fabi untuk pulang.

"Bi, pulang kerumah bunda aja ya"

"Enggak usah bun, Fabi pulang kerumah mama aja"jawab Fabi dengan senyum manisnya dan Silla tentu tidak bisa menolak

Fabi diantarkan pulang oleh Michael Darrel Dirgantara suami dari Silla yang dipanggil ayah oleh Fabi. Fabi sudah berulang kali dirayu untuk pulang kerumah bundanya tetapi ia tetap tidak mau, Fabi tetap kekeh pulang kerumah mamanya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Fabi sudah sampai didepan rumahnya. Fabi sedikit merasa takut, ia memikirkan nasibnya karena sudah 4 hari lebih ia tidak pulang. Ah.. sudahlah masuk saja dulu.

Ceklek...

Fabi masuk, ia kira dirumahnya tidak ada orang ternyata semua orang berkumpul di ruang keluarga.

"Masih berani pulang ternyata"ucap Nathan

"Emang nggak tau diri, dapet bayaran berapa kamu. Berhari hari nggak pulang, mau jadi apa kamu. Jadi perempuan kok nggak ada harga dirinya"ucap Valerie sambil mendekat kearah Fabi

Plak..

"Saya malu, saya malu.. malu punya anak yang nggak berguna kaya kamu. Hidup kok cuma nyusahin"

"Contoh kakak-kakak kamu yang bisa banggain orang tua. Kamu apa bisanya cuma nangis nangis ngga jelas sama malu maluin keluarga"sarkas Satrio. Setelah mengatakan itu ia mendorong Fabi sampai terjatuh, perut Fabi terbentur pinggiran meja tepat dimana bekas operasinya berada.

Memang sakit rasanya terbentur pinggiran meja, tapi tak ada yang lebih sakit jika orang tuamu sendiri tak suka denganmu. Fabi hanya bisa meringis, ia berharap jika salah satu dari kakaknya ada yang mau membantunya berdiri.

Tapi itu mustahil setelah apa yang terjadi, dan sekarang mereka malah meninggalkan Fabi yang kesakitan sendirian. Jahat sekali bukan

Fabi berusaha berdiri dengan mengesampingkan rasa sakit, ia dengan perlahan berjalan kearah kamarnya. Tepat saat didepan pintu kamar Leo yang terbuka sedikit terdengar suara orang mengobrol.

Fabi mulai menguping,

"Biasanya nolongin Fabi, kok tadi enggak?"tanya Shua pada Leo

"Mana Sudi gue nolongin orang yang nggak tau diri kaya dia"ketus Leo

Fabi sakit, lagi. Entah itu raga atau batin.

Fabi dengan cepat berjalan menuju kamarnya, ia menangis dalam diam.
Kakaknya yang ia kira tidak akan berubah, yang sudah berjanji akan tetap ada untuknya.

Hanya bualan semata.

Fabi merasa pusing, sangat pusing dengan keseimbangan yang tidak sempurna ia berjalan menuju nakas dan mengambil 'suplement' nya, tanpa air ia menengguknya.

"Fabiii.."teriak Valerie dari bawah, dan Fabi mendengarnya. Ia langsung berlari menuju lantai bawah, karena ia takut dimarahi.

"Jaga rumah, kita mau ngerayain kesembuhan Abang kamu"

"Tapi mah, kenapa Fabi nggak diajak?" Tanya Fabi

"Nyusahin"jawab Shua singkat

Hah..

"Yaudah, mau gimana lagi" gumam Fabi lalu tersenyum

"Dadahhh, hati hati yaa"lanjut Fabi dengan senyum mengembang

Dengan lesu Fabi berjalan menuju kamarnya lebih tepatnya ia menuju balkon, melihat bulan selalu bisa membuatnya tenang.

Fabi 'tidak papa', bagi Fabi dua kata itu memiliki banyak makna dan hanya Fabi yang paham. Ia juga seorang manusia, selayaknya manusia biasa ia juga mengharapkan atau membutuhkan cinta dari orang terdekatnya.

Fabi ingin bersikap egois tapi keadaan memaksanya untuk selalu mengalah, ia ingin dimengerti bukan ia yang harus mengerti, ia selalu mendekat tapi juga selalu dijauhi.

******
Sampai sini Gaiss.

Jangan lupa voment

Gaiss kalau mau lebih panjang Jan lupa voment ok

Bye bye👋👋

BoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang