[ 10 ]

38 8 0
                                    

"Gue nggak butuh rasa kasian lo"
"Yang gue butuhin cuma support dari lo"

******

Hari ini kelas Shua kosong dari pagi dan karena Shua adalah orang yang mudah bersosialisasi jadi Shua memilih menghabiskan waktu dengan teman daripada bermain Handphone.

"Shu"panggil dika

"Bisa nggak, panggilan gue diganti"Dika hanya meringis

"Mabar yok, among. Tapi jangan pitnah gue yak"

"Kuy" jawab mereka serempak

Shua melihat banyak sekali notif panggilan dari Fabi, notif WhatsApp pun tak luput dari pandangnya. Dengan khawatir ia membaca pesan dari Fabi.

"Goblok!! Gue duluan"sentak Shua segera berlari

'Shua Lo bego banget sih, goblok'batin Shua berteriak

"Bi, Fabi Lo dimana"teriak Shua memanggil Fabi

Shua melihat ada kaki dari balik sofa, dengan cepat Shua berlari menghampiri kaki tersebut.

"Bi, bangun bi"ucap Shua dengan air mata mengalir, tanpa berfikir panjang Shua menggendong Fabi untuk dibawa ke UKS.

Disepanjang jalan Shua menjadi tontonan, ya iyalah seorang most wanted lagi lari-lari sambil gendong perempuan ditambah si most wanted itu nangis. Ya gimana nggak bikin bingung apalagi Fabi orangnya nggak dikenal.

Brakk...

Terdengar suara pintu UKS yang dibuka dengan kasar oleh Shua, sampai penjaga UKS marah dibuatnya.

"Apa-apaan kamu ini Shua, eh? Cepet tidurin sini! Kenapa?"

"Tadi pingsan"ucap Shua kepada dokter sekolah tersebut, Shua berjalan keluar sambil menekan tombol telfon untuk menyuruh Dika mengambil tas Fabi.

"Ambilin tas Fabi, roftoop cepet"tanpa menunggu balasan Dika Shua mematikannya.

*Emang nggak tau diri, udah nyuruh eh malah nggak sopan ~Author :|

*Lha kok gue, kan lo yang buat dialognya thor~Shua B-)

Setelah selesai dengan urusan tas Fabi, Shua kembali ke dalam ruang UKS.

"Shua, ini siapa kamu?"tanya dokter dengan raut khawatir

"Kepo lah dokter ini, emang ada apa dok?"

"Hilih... Shua saya mau bicara serius, dengarkan. Shua sepertinya dia harus dibawa ke rumah sakit, untuk memastikan dugaan saya benar atau tidak. Kalau bisa sekarang"

"Iya dok, bakal saya bawa ke rumah sakit"

Drrrtttt... drrrtttt...

"Di UKS, cepet bawa kesini"

"Halo gi"

"..."

"Tolong izin nin Fabi ya, ke rumah sakit. Lo mau ikut nggak"

"Ok ini mau ke parkiran, cepet"setelahnya Shua kembali menggendong Fabi. Di lorong koridor ia bertemu dengan Xaka dan Dika, tanpa berkata apapun Shua melanjutkan langkahnya dan dua orang tersebut mengikuti Shua dibelakang.

🎧🎧🎧

Suasana tegang menyelimuti ruang tunggu. Seseorang berjas putih kembali dari ruang UGD.

"Gimana dok keadaan adik saya?"tanya Shua dengan suara bergetar menahan tangis

"Dimohon untuk anggota keluarga mengikuti saya ke ruangan saya"ucap sang dokter dengan raut serius

*****

Shua harap-harap cemas menunggu sang dokter membuka suara.

"Jadi begini, apa kamu tau kalau adik kamu itu punya sakit yang bisa menyebabkan kematian?"Shua menjawab dengan gelengan

"Jadi kamu tidak diberi tau? Ok. Adik kamu adalah penderita kanker otak stadium akhir" mendengar fakta itu Shua kembali menangis.

'goblok banget sih gue, kenapa bisa lupa sama masalah sebesar ini?'bantin Shua berteriak

"Trus, buat penyembuhnya gimana dok?"

"Buat penyembuhan bisa dilakukan terapi untuk secara perlahan memperkecil ukuran tumor di otak. Tapi karena kanker otak adik kamu sudah memasuki stadium akhir jadi, kita harus mengambil jalan cepat dengan mengoperasi pasien"

"Operasi dok, yaudah dok lakuin. Biar nanti saya yang bicara sama adik saya"

"Tapi ingat, operasi bukan untuk penyembuhan tetapi untuk membantu proses terapi. Ya sudah karena pembicaraan sudah selesai, silahkan keluar"

"Baik dok, permisi"

Cklek..

Bunyi pintu tertutup itu tandanya Shua sudah keluar dari ruangan Shilla.

"Gue harus kasih tau mama sama papa nih, Fabi nggak boleh gini terus"tekad Shua.

Drrtt... Drrtt...

"Pas banget mama nelpon"

Sementara itu di rumah keluarga Anggoro.

"Udah lama nggak kekamar Fabi, semenjak gue kecelakaan. Kepo... Kesana kali ya, semoga nggak dikunci"ucap Leo sambil berjalan.

Setelah sampai didepan kamar Fabi dengan ragu leo membuka pintu kamar Fabi dan ternyata tidak dikunci.

Brukk...

Hahh....

Terdengar helaan nafas setelah Leo mendaratkan tubuhnya di ranjang Fabi.

"Abang kangen bi, maafin ego Abang yang terlalu besar. Ke meja belajar kali ya"

Dengan kekepoan tingkat tingginya ia membuka seluruh laci dan buku Fabi, hingga di laci terakhir tangannya berhenti karena mendapati surat pemeriksaan rumah sakit. Ia penasaran dan juga khawatir.

"Ini apaan sih, gue buka ya bi... Iya bang buka aja... Ok"monolog Leo

Dengan tak sabaran ia membuka surat tersebut, betapa terkejutnya mendapat informasi dari satu lembar kertas itu. Karena tak percaya akhirnya Leo membaca berulang ulang dengan teliti, tapi hasilnya tetap sama.

FABI MENDERITA KANKER OTAK STADIUM AKHIR

Itu yang ia tangkap dari surat pemeriksaan tersebut. Dengan cepat ia berlari kebawah dan berteriak memanggil Satrio dan Valerie.

"Mah... Pahhh...."teriaknya berulang kali sambil menangis.

******

Hai hai, Sampai sini dulu ya.

Don't forget to vote and coment yaa..


Sampai jumpa

🍋🍋

BoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang