[ 8 ]

40 7 1
                                    

Kalau ada yang ngehujat lo, udah biarin aja.
Mereka punya mulut dan kita nggak berhak
buat ngatur apa yang harus mereka ucapin.
Lo cuma harus kuat dan nggak usah
dengerin ucapan mereka.

🐭🐭

******

Hari ini Fabi sangat bersemangat karena ia sudah memutuskan untuk apa uangnya nanti. Jika kalian ingin tau, jawabannya adalah untuk disumbangkan ke panti asuhan yang memang tempatnya sudah tidak layak pakai.

Fira Rosmani nama dari pemilik dan pengelola panti tersebut hanya mengandalkan donasi dari orang berada untuk anak asuhannya.

Pukul 07.30 Fabi sudah siap untuk berangkat ke bank untuk menarik sejumlah uangnya. Fabi turun dengan senang hati tapi dengan cepat pula moodnya berubah drastis, Fabi berusaha mengabaikan pemandangan yang ia lihat.

"Mau kemana dek"

"Kerumah temen bang"jawab Fabi tanpa menatap Shua

"Gue anter ya"

"Nggak perlu, kan lagi kumpul. Nggak mau ngganggu, Fabi pergi"lanjutnya sambil berlalu

Entahlah Fabi sedang tidak ingin berdebat ataupun melukai dirinya lebih dalam, di bank ia menarik sejumlah 200 jt untuk disumbangkan dan sisanya untuk pegangan jika suatu saat Fabi butuh.

🎧🎧🎧

Fabi disambut dengan riang oleh anak panti, fabi membalas tak kalah riang.

"Bu Fira, Fabi kangen Buu"ucapnya langsung memeluk Fira

"Ibu juga kangen, tumben kamu kesini ada apa?"

"Bu, fabi kemarin dapet rejeki tambahan jadi sekarang ini buat ibu sama anak anak ya buk"ucap Fabi sambil menyodorkan uang yang harus aja ia ambil. Dan tentu saja diterima dengan senang hati oleh Fira.

Selama seharian penuh ia bermain bersama anak panti, tapi saat sore hari tiba kepalanya kembali pusing. Fabi yang merasakan itu segera pamit untuk pulang.

'anjir gue belum makan dari pagi'

Sakit kepala Fabi kembali menyerang dan kali ini lebih sakit dari yang tadi, Fabi mengerang tertahan sambil mencengkram kuat kepalanya. Pandangannya memburam dibarengi dengan keluarnya darah dari hidung.

Sebelum matanya tertutup rapat ia bisa melihat ada yang mendekat tapi entah itu siapa, lalu setelahnya Fabi jatuh tak sadarkan diri.

Bau obat obatan menyeruak masuk ke dalam hidung Fabi. Fabi yang tersadar sedang berada dimana langsung mengecek jam dinding yang tergantung dekat pintu masuk.

Saat itu juga handle pintu ada yang memutar, terlihat segerombolan laki laki yang memakai jaket berlambang sayap.

"Lo nggak papa?" Tanya salah satu dari mereka

"Lo...siapa?"bukannya menjawab Fabi malah ganti bertanya

"Oh iya gue lupa kalo lo nggak kenal gue, ok kenalin nama gue William Antasena"ucap Willi sambil mengulurkan tangan dan disambut baik oleh Fabi

"Dan kita, kenal dengan sangat baik. Kita anak motor dan yang ngebentuk geng ini adalah Ferdi Prihandika, lo taukan Ferdi itu siapa. Sebelum dia pergi dia nyuruh gue sama anak anak buat ngejaga adik kecilnya, dan itu Lo"jelas Willi

"Mulai sekarang, kalau ada apa-apa hubungin kita. Jangan pernah ngerasa kalo lo itu cuma sendiri, anggep kita kita ini Abang lo yang akan sellau ngelindungin lo dan selalu ada untuk lo ok"

"Sekarang gue enterin pulang" Fabi pun hanya bisa pasrah karena sebenarnya ia sudah kenal lama dengan Willi, Willi adalah teman main Fabi saat ia masih kecil

Akhirnya Fabi diantar pulang oleh Willi dkk, Fabi pulang dengan cara dikawal. Fabi merasa nyaman didekat mereka, walau baru saja mengenal tetapi mereka sudah menganggap Fabi seperti keluarga sendiri.

🎻🎻🎻

Singkat cerita Fabi sudah berada di depan pintu utama, ia sebenarnya takut untuk masuk karena ini sudah kelewat malam. Sebenarnya Fabi berfikir sudah berapa lama ia pingsan, kenapa seperti Berjam jam.

"Kenapa pulang malem"ucapan itu yang menyambut Fabi

"Ada urusan tadi pah"jawabnya sambil tersenyum

"Kamu tau ini jam berapa?"

"Pukul 23.10"

"Jangan jadi sampah, lakuin hal yang berguna. Jangan malu maluin, sekarang masuk kamar"ucap Satrio ketus

Seketika senyum manis yang terpampang jelas di wajah Fabi hilang. Mendengar ucapan ayahnya Fabi langsung naik ke atas.

Nangis lagi, iya emang Fabi cengeng banget. Nyesek nggak sih orang tua lo sendiri yang ngomong kaya gitu ke lo? Disaat kita sedang memperbaiki suasana hati mereka malah datang untuk merusak semuanya, dan yang pastinya nggak mau bertanggung jawab.

Banyak orang yang panca inderanya itu sempurna, lengkap, dan baik baik saja. Tapi entah mengapa banyak diantara mereka yang tidak menggunakan anugrah itu dengan benar.

Fabi menyerah untuk hari ini, ia terlalu pusing untuk terus berfikir kenapa sikap keluarganya seperti itu. Saat ini Fabi berdiri di depan cermin, ia melihat tubuhnya yang semakin hari semakin kurus.

"Nggak papa Tuhan Fabi akan tetap mencoba bertahan, smileeee"ucapnya

Fabi berjalan ke tempat tidur, ia memutuskan untuk tidur. Lagi dan lagi kakinya kesemutan dan kali ini lebih parah dari yang sebelumnya.

******

Maaf nggak bisa ngefeel.

Bye bye 👋👋👋

🍉🍉

BoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang