The Castle 1

1K 86 10
                                    

Aliran air tidak memiliki riak yang menarik perhatian banyak orang untuk malam ini. Kelopak sakura bermekaran dan sebagian lagi berjatuhan bersamaan dengan embusan angin sepoi pada sekitar bangunan kastil bergaya arsitektur Jepang, satu-satunya yang masih tersisa sejak perang antar negara beberapa abad silam. Tampak kilau yang menakjubkan ketika beberapa orang mengambil gambar dengan sudut pandang pas sekaligus sedikit jauh dari tempat lokasi.

Seorang pemuda manis berbalut setelah kemeja panjang biru, lengan ia gulung sepanjang siku, dan juga celana jeans hitam serta sepatu pantofel mengilat, membuat penampilan pemuda manis itu kian menawan.

Ji Chong tampak sibuk memotret bangunan megah yang berada di hadapannya. Ia sangat penasaran ketika cerita itu berembus hingga sampai pada indera pendengaran seorang mahasiswa semester akhir di salah satu universitas ternama di pusat kota.

Beberapa kali ia melakukan pencarian pada situs pariwisata mengenai tempat bergaya kuno yang ia dengar yang ternyata memiliki penghuni dengan arogansi tinggi. Kastil berukuran luas, lima tingkat, dan juga berada di tengah-tengah pulau kecil berhiaskan pohon sakura di berbagai sisi tersebut, membuat jiwa berpetualang Ji Chong semakin menggebu.

"Wow." Kalimat berulang yang Ji Chong lontarkan hingga angin saja bisa sangat bosan untuk mendengar. Pemuda manis dengan anak rambut beterbangan tersapu angin sepoi itu tampak sibuk berkeliling seraya menghabiskan waktu hingga hampir tengah malam.

"Ish, pemiliknya pasti sangat kaya." Ji Chong mencebik. Ia memasukkam kamera mahal yang ia punya ke dalam tas setelah dirasa cukup dalam mengambil gambar. Beberapa penjaga yang melihat dan tersebar di hampir semua titik, terlihat sangat mengawasi pergerakan pemuda manis itu. Sudah bisa dipastikan jika sang pemilik begitu mencintai tempat tersebut.

"Paman penjaga, bolehkah aku datang lagi, besok?" Ji Chong menyikut lengan penjaga dengan lirih. Ia mengenakan tas pada punggung sembari melihat ke sekeliling, kepala mendongak bersamaan dengan senyum bulan sabit yang menambah kesan menawan pada wajah si mahasiswa.

"Maaf, itu---" Belum sampai sang penjaga menyelesaikan ucapannya, sebuah suara menginterupsi pembicaraan ringan dua orang itu.

"Tentu saja. Datanglah sesukamu, Tuan---" Orang tersebut mengulurkan tangan.

"Ji Chong. Mahasiswa semester akhir di Universitas Lotus." Pemuda manis itu menerima uluran tangan pemuda tampan yang Ji Chong sendiri tidak tahu siapa namanya.

"Anda ...." Ji Chong mengigit bibir bawahnya sendiri seraya melepas tautan pada tangan mereka. Ia memainkan ujung sepatu sambil menggaruk tengkuk, jemari bermain dengan pengait tas punggung. Ia tidak tahu harus berkata apa ketika pesona seseorang yang baru saja ia kenal telah berhasil mengalihkan perhatian yang ia punya dari hamparan sakura di sekitar.

"Bai Li Hong Yi. Panggil saja aku Bai Li atau apa pun asal itu membuatmu nyaman." Penjaga yang berada tidak jauh dari keberadaan mereka menunduk sangat dalam, memundurkan langkah hingga jarak penjaga itu sedikit lebih jauh dari keberadaan sang tuan. Ji Chong memiringkan kepala ketika melihat paman penjaga tiba-tiba menjauh sambil melihat ke arah pemuda di hadapannya secara bergantian.

"Kenapa paman penjaga tiba-tiba menjauh?" Bai Li tersenyum, mengulurkan tangan, menunjuk jalan yang berada di hadapannya seraya mengajak Ji Chong untuk berkeliling agar fokus pemuda itu teralihkan. Pemuda manis itu mengiyakan lalu mulai berseloroh mengenai banyak hal pada Bai Li, seolah mereka telah saling mengenal sejak lama. Pemuda tampan yang terlihat berwibawa itu sesekali menanggapi dengan sebuah anggukan, senyuman menawan, ataupun satu dua kata sebagai penyeimbang.

"Hais! Sudah tengah malam. Aku harus segera pulang." Ji Chong menepuk bahu Bai Li, lalu meninggalkan pemuda itu seraya melambaikan tangan. Ia tersenyum penuh. Sesuatu yang membuat Bai Li tiba-tiba terkekeh tanpa ia sadari. Tawa yang sangat jarang ia perlihatkan kepada orang mana pun ketika tengah bersama dengan Bai Li.

Rembulan terlihat berbinar. Kelabu awan yang terbiasa mengelilingi sedang tidak menyertai. Bai Li melihat langit sembari tersenyum setelah sekian masa ia lalui dengan kepahitan. Menyandang gelar seorang pangeran pada turun generasi atas pernikahan dua negara yang saling berseteru, membuat diri sang pangeran seolah tercekik oleh masa.

"Ma, aku sudah berhasil menemukan yang aku cari."

TBC.

The Castle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang