The Castle 2

465 68 2
                                    

Kicau pipit terdengar bersahutan. Pagi menguasai dan menampakkan sinar yang terasa kuat hingga mampu menghangatkan kelopak sakura. Area halaman kastil yang luas mulai penuh dengan pengunjung. Sebagian orang mulai sibuk dengan kamera mahal yang mereka punya atupun ponsel dengan resolusi tinggi.

Lalu lalang bersamaan dengan senda gurau kian memenuhi area yang dikhususkan untuk para pengunjung agar tidak merambah pada tempat yang tidak diperbolehkan. Lokasi barat kastil lebih banyak ditumbuhi pohon sakura karena menghadap langsung dengan danau jernih kehijauan dengan lotus berada di beberapa titik.

"Membosankan!" Ji Chong melempar kerikil kecil pada danau hingga menimbulkan percikan. Ia duduk pada rerumputan seraya memeluk lutut dan bermain-main dengan bebatuan kecil, berharap rasa jenuh yang merajai mampu hilang ketika tidak ada satu hal pun yang dapat ia kerjakan.

Pemuda manis dengan rambut panjang yang ia ikat serupa ekor kuda itu mengembuskan napas lelah secara berulang. Suasana hati Ji Chong tiba-tiba berubah muram ketika ibu pemuda tersebut menghubungi melalui sambungan seluler seraya meminta untuk kembali ke kota asal pada awal pekan depan.

Ia sudah terlalu nyaman tinggal di lingkungan universitas. Cara bersosialisasi yang mudah, kantin bersih, dan juga fasilitas lengkap, membuat siapa saja akan berpikir dua kali untuk meninggalkan kampus jika itu bukan hal yang mendesak.

Bukan berarti Ji Chong tidak rindu dengan kedua orang tua. Hanya saja, ia masih ingin berlama-lama menikmati keindahan sakura putih dan juga merah muda pada kastil besar dan juga mewah tersebut.

"Memikirkan sesuatu?" Bai Li duduk di sebelah pemuda itu.

"Tentu saja! Memangnya apa lagi?! Manusia akan menjadi mayat jika dia tidak berpikir, bukan?!" Ji Chong berdiri, menepuk-nepuk celana seraya membersihkan kotoran yang menempel, lalu menyambar tas punggung dengan ekspresi cemberut yang justru terlihat menggemaskan.

"Hei, apa terjadi sesuatu?" Bai Li menahan Ji Chong dengan menggenggam pergelangan tangan pemuda itu. Ia menengadah seraya menatap netra kecokelatan pemuda manis tersebut yang sedang mengarah padanya.

"Kita hanya bertemu satu kali, Taun Bai! Bukan berarti Anda bisa dengan bebas berada di sekeliling saya!" Ji Chong menyentak genggaman pada tangan yang dilakukan oleh Bai Li lalu memutar arah. Pemuda manis itu berjalan dengan tergesa, beberapa kali menaikkan gendongan tas pada bahu seraya menggerutu. Ia melihat ke arah belakang sesekali karena rasa bersalah yang menyelimuti hingga ia pun mengehentikan langkah dan menghadap ke arah pemuda tampan dengan tinggi sekitar sepuluh senti di atasnya.

"Haiz!" Ia berlari ke arah Bai Li secepat yang ia bisa lalu menghamburkan diri pada pelukan pemuda itu seraya meminta maaf secara berulang. Bai Li memberikan pelukan pada tubuh pemuda itu, menengadah seraya terbahak ketika mendapati orang yang baru saja memberikan perlakuan kasar kepadanya, tiba-tiba menghampiri sekaligus memberikan pelukan erat.

"Sudah merasa lebih baik?" Sang pangeran yang sedang menyamar itu mengusap punggung sempit Ji Chong dengan lembut. Ia memegang kedua bahu pemuda itu lalu membuat sedikit jarak di antara keduanya, menaikkan dagu pemuda itu seraya menyingkirkan anak rambut untuk ia letakkan pada sela-sela telinga agar tidak menutup mata dan menempel pada bibir.

"Ish! Mama menyuruhku pulang karena aku ketahuan berkeliaran tengah malam!" Pada detik berikutnya, Bai Li terbahak, membuat penjaga yang sedang mengawasi dua orang itu tertunduk sekaligus membuat Ji Chong geram hingga meninju lengan Bai Li cukup kencang. Ia melepas tas pada punggung lalu ia pergunakan untuk memukul tubuh pemuda tampan yang masih saja cekikikan seraya menutup mulut dengan telapak tangan.

"Ok-ok, kita akhiri. Sudah cukup tertawanya." Bai Li merapikan kemeja pada tubuh, menarik lengan ramping Ji Chong, lalu berbincang mengenai banyak hal meskipun pemuda manis pemilik netra kecokelatan itu masih saja memberikan ekspresi mencebik sambil membenarkan letak gendongan pada tas.

"Bagaimana kalau kita berbasa-basi?" Tawaran tersebut membuat Ji Chong memutar bola mata malas seraya berdecih. Meskipun secara diam-diam, pemuda manis itu merasakan kehangatan yang ia sendiri terlampau menikmati tanpa mampu mengelak. Kedua pemuda itu menyusuri bagian selatan kastil, melewati beberapa tanaman bonsai cemara udang yang terlihat sangat terawat.

Tawa dan juga candaan tengah mengiring perbincangan pemuda berparas rupawan tersebut hingga tanpa sadar mereka sudah memasuki kawasan terlarang, tempat yang hanya boleh dilalui olah anggota kerajaan dan juga orang-orang di sekitar lingkup kastil.

"Tunggu! Ini---" Suara seorang penjaga tiba-tiba menginterupsi ucapan Ji Chong hingga pemuda itu mengatupkan mulut secara cepat.

"Pa---" Penjaga tersebut melihat instruksi jemari yang di arahkan kepadanya oleh Bai Li tanpa sepengetahuan Ji Chong dan dibalas dengan sebuah anggukan pertanda bahwa penjaga tersebut paham dengan apa yang sang pangeran itu inginkan.

"Tuan Bai," penjaga itu menunduk, "beberapa pejabat daerah tengah menunggu Anda di aula perjamuan." Bai Li tidak menanggapi, menarik pinggang Ji Chong, dan membawa masuk pada kastil besar yang lebih menyerupai istana itu dengan tergesa.

"Katakan bahwa aku sibuk dan sedang menerima tamu penting!" Ji Chong tertatih-tatih mengimbangi langkah pemuda yang lebih tinggi dari tubuh pemuda itu hingga nyaris tersandung-sandung.

"Yak! Penculikan!" Pemuda dengan helaian rambut beterbangan tersebut mulia terlihat kesal.

"Aku tidak perduli! Aku tidak suka ketika privasiaku diganggu!" Bai Li menapaki anak tangga dengan tergesa. Sikap wibawa yang sempat membuat Ji Chong kagum, tiba-tiba menghilang seperti tengah tersapu ombak. Sang pangeran membawa tubuh pemuda itu seperti karung beras hingga si pemuda manis berteriak meminta untuk dilepaskan.

"Dasar, sialan! Turunkan aku! Aku masih bisa berjalan sendiri!" Ji Chong masih tidak mau menyerah. Beberapa pelayan yang berpapasan dengan sang tuan hanya bisa terbengong seraya menutup mulut rapat-rapat ketika mendapati Bai Li melakukan perbuatan yang menurut mereka di luar kebiasaan pemuda tampan itu.

"Lebih cepat jika seperti ini! Jangan berisik!" Bai Li menapaki anak tangga terakhir pada lantai dua lalu menyusuri lorong panjang pada sisi kiri hingga sampai pada sebuah kamar berukuran luas dengan jendela besar yang terbuka penuh.

"Sudah sampai, Ji Chong. Lihatlah!" Pangeran itu menurunkan tubuh pemuda manis tersebut secara perlahan. Ia tersenyum, melihat pada wajah pemuda manis itu sembari menepis jarak di antara keduanya.

"Indah, bukan?" Tangan Bai Li terulur dan menyentuh pucuk kepala Ji Chong hingga membuat pemuda itu terjengit di tengah-tengah embusan napas yang tidak beraturan pada pemuda tersebut.

"Apa kamu selalu bersikap tidak waras ketika bertemu dengan orang yang baru saja kamu kenal?!" Ji Chong melihat ke sekeliling. Secara perlahan, amarah pemuda tersebut kian mereda hingga seulas senyum terlihat jelas pada bibir merah muda pemuda itu. Hamparan kelopak sakura yang tengah beterbangan karena tiupan angin, membuat netra pemuda manis itu berbinar tanpa mampu Ji Chong sembunyikan.

"Ji Chong." Raja Bai menelusupkan lengan pada pinggang pemuda itu.

"Tinggallah bersamaku!"

TBC.

The Castle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang