4

113 51 74
                                    

Bising. Satu kata yang menggambarkan keadaan kelas Aka sekarang ini, siswa-siswi berlarian kesana-kemari untuk mendapatkan contakan. Pasalnya PR sekarang ini guru nya sangat killer.

Aka duduk ayem di tempat duduk, tidak seperti yang lainnya sibuk mencari contekan. Tugas sekolah selalu ia kerjakan tepat waktu atas bantuan salah satu temen setan yang memang pas hidupnya dia orang pinter seantero sekolah.

Beruntung sekali kan Aka. Ini lah salah satu keuntungan mempunyai kelebihan yang dimiliki Aka.

"Ka, Lo udah ngerjain?" tanya Lisa teman sebangku Aka sekaligus sahabat dari Aka sejak SMP.

Lisa tidak seperti kebanyakan siswa-siswi di sekolah ini yang menganggap kelebihan Aka menakutkan dan patut dihindarkan. Menurut Lisa kelebihan dimiliki Aka adalah salah hal yang sangat menakjubkan.

"Udah," jawab Aka seadanya.

"Lo yang ngerjain?" Lisa menatap Aka dengan keraguan.

"Bukan, si Bobi yang ngasih tau." beo Aka.

Lisa mengangguk tau. "Si otak Albert Einstein? Bisa lah dia di transfer ke rumah gua, sekalian ngerjain PR gua."

"Kalaupun gue suruh dia ke rumah lo, moal bakal ngeliat lo nya, jadi percuma. Sia-sia" pungkas Aka. Lisa cengengesan mendengarnya.

"Heh, Dukun. Liat PR dong!" seru salah satu siswi dengan tubuh penuh pernak-pernik berwarna pink menghampiri Aka.

Aka menatap malas ke arah siswi itu, bisa-bisanya meminta contekan segamblang meminta kembalian di warung mpok Jenifer---mbak kantin.

Mendiamkan saja orang itu Aka sibuk dengan HP di tangan nya membuat siswi itu geram dan memukul meja dengan keras.

"Argh ..., Sakit," Racau siswi itu mengusap tangan yang ia pakai untuk memukul meja. Aka menyukuri siswi itu dalam hati. Siapa suruh so-soan mukul, sakit kan.

"Mampus lo, Bi!" Ledek Lisa menatap remeh kearah Bebi---siswi yang memukul meja.

Bebi menggeram tertahan seraya membetulkan letak bando berwarna pink nya itu. Menatap Aka tajam Bebi langsung mengambil tas Aka di belakang tubuh Aka dengan paksa.

Lisa yang melihat tas teman nya di rebut paksa oleh induk babi segera merampas kembali dengan kencang yang menyebabkan Bebi terdorong hingga jatuh.

"Wish ..., So jagoan sekali ya, lo!" pekik Bebi bangkit dan langsung mendorong pundak Lisa hingga terbentur tembok.

"Lo, gausah pegang-pegang gua, najis tau ga!" Lisa membersihkan baju yang tadi terkena tangan Bebi. Aka hanya memperhatikan mereka dengan tenang.

"Heh lo kira gue babi!" seru Bebi tak terima dikatakan najis oleh Lisa.

Siswa-siswi kelas 11 IPS 2 sudah tidak memperdulikan mencari contekan. Pokus mereka kini teralihkan dengan keributan antara Lisa dan Bebi. Menurut mereka keributan Lisa dan Bebi hukumnya haram bila dilewatkan gitu saja.

Ada yang menonton sambil makan kripik singkong mpok Jenifer, ada juga yang tiduran di meja sambil menikmati keributan 2 gadis, ada pula yang live di ig mempertontonkan keributan Lisa dan Bebi. Tidak ada yang melerai sama sekali.

"Lo emang, babi! Induk babi!" Lantang Lisa menunjuk-nunjuk Bebi.

Bebi tak terima dia langsung menarik rambut Lisa dengan kuat hingga kunciran rambut Lisa terbuka. Lisa tak tinggal diam ia juga menjenggut rambut Bebi dengan kencang. Aka yang tak mau kena sasaran segera pindah dari tempat gelud mereka merdua.

Jenggut, tabok, cakar itulah yang mereka lakukan terus menerus. Tidak ada yang mau mengalah sama sekali, mereka sibuk menghabisi satu sama lain. Bahkan bentukan mereka saja sudah tak karuan, rambut berantakan, baju keluar dari rok serta kancing atas mereka terlepas.

"Bentar Lis, cape gue, ngaso dulu 2 menit," tawar Bebi yang sudah keringetan di sekujur wajah. Lisa mengangguk mengiyakan, toh dia juga merasa lelah.

Lisa duduk di bangku Aka sedangkan Bebi duduk di atas meja sambil kipasan menggunakan buku tulis entah punya siapa. Aka memandang mereka miris, ada gitu ya adu gelud di pending dulu. Aneh sekali warga Indonesia jaman sekarang.

"Lo masih cape ga, Bi? Udah dua menit ni," papar Lisa melihat jam tangan.

"Bentar lagi Lis, masih cape gue," balas Bebi masih mengayunkan buku tulis agar menciptakan udara segar.

"Okei!"

"Udah yu Lis. Lanjutin!"

Dirasa sudah cukup istirahat nya mereka kembali berdiri, Lisa menggulung tangan seragamnya hingga sebatas ketek. Bebi membenarkan kembali letak bando yang tadi miring.

"Udahan dah yu gelud nya. Ngaca no muka lo dah merah-merah, beneran cosplay jadi babi mampus lo," kata Lisa memperhatikan wajah Bebi yang memang sudah merah.

"Sialan lo, gue bukan babi!" Bebi kembali menyakar wajah Lisa dengan lebih ganas. Lisa balas menjenggut rambut Bebi hingga rontok banyak.

Kegiatan mereka masih terus berlanjut, malah makin memanas. Aka tak ambil pusing melihat teman nya ribut dengan induk babi. Toh yang penting Aka tidak ikut-ikutan.

"ADA APA INI?"

Siswa-siswi yang sedang menonton acara gelud dadakan segera kembali ketempat duduk setelah mendengar teriakan suara yang sudah tak asing lagi.

Tapi tidak dengan Lisa dan Bebi, dia masih lanjut dengan berseterunya sampai tak menyadari bila guru yang digadangkan killer sudah ada didepan mereka. Semua murid kelas meneguk ludah kasar seraya berdoa dalam hati agar tidak ada amukan dari guru berbadan cungkring dengan konde besar itu.

"APA-APAAN KALIAN INI! SUDAH BESAR MASIH SAJA BERANTEM SEPERTI ANAK KECIL!" Lisa dan Bebi memberhentikan kegiatan geludnya. Mereka saling pandang dengan mata tersirat akan ketakutan.

"Gimana ni, Bi. Bu Tutus itu, gua gak mao di hukum," lirih Lisa tepat di samping Bebi.

"Emang lo doang. Gue juga gamau dihukum. Lo si nyari ribut mulu sama gue!" Kesal Bebi menendang kaki Lisa.

"Lo yang nyari ribut sama gua babi!" Lisa balas nendang kaki Bebi lebih kencang sampai-sampai Bebi menggaduh sakit.

"Kalian berdua, keluar dari kelas saya!" Pekik Bu Tutus dengan mata tajam.

Tak mau membuat kemarahan Bu Tutus lebih lagi mereka berdua langsung lari keluar, tapi naas bak kesialan bertubi-tubi mereka terjatuh dekat pintu akibat saling sandung-menyandung.

Dengan berat siswa-siswi kelas menahan tawa agar tidak membludak. Bisa habis mereka di tangan Bu Tutus kalau sampai gelak tawa pecah.

Bu Tutus menatap datar ke arah dua muridnya yang saling meyalahkan di depan pintu akibat jatuh nya mereka berdua.

"Keluar cepat!" Lisa beserta Bebi segera mempercepat laju lari.

"Kalian juga keluar!" Seru Bu Tutus.

Murid kelas membulatkan mata. Kenapa mereka juga harus kena? Mereka kan tidak ikut andil dalam acara pergeludan. Ga adil ni guru.

Aka langsung keluar kelas tanpa protes sama sekali. Menurut Aka Guru nya terlalu gampang emosi. Cepet koid tau rasa tuh Guru.

.
.
.

TBC.

BUKAN DUKUN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang