44. *sebuah teror*

1.1K 119 9
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA OKEY.
JUGA SERTAKAN KOMEN.

HAPPY READING

Sesuai janji Dewa, malam ini Dewa akan mengajak Asya pergi ke pasar malam. Dengan style yang sudah tidak perlu di ragukan lagi, Dewa tersenyum pada ke dua orang tua Asya yang menyambutnya dengan hangat.

"Bentar ya, Asya nya lagi siap-siap. Kamu mau Tante buatin minum dulu?" Tanya Mamih Asya. Dewa menggeleng.

"Gak usah Tante."

"Kamu makin kesini makin ganteng aja. Pantes Asya sering liatin layar hp nya pasti liatin Poto kamu." Ujar Papih Asya membuat Dewa langsung tersenyum kepedean, tidak menyangka jika Asya diam-diam selalu melihat potonya.

"Ah masa iya sih om."

"Iy--"

"Apa sih pih. Orang aku baca wattpad, siapa juga yang liatin Poto dia, idihh punya juga ngga potonya." Ucap Asya tiba-tiba memotong ucapan Papihnya.

"Punya juga ngga potonya." Ucapan terakhir Asya benar-benar langsung terngiang-ngiang di pikiran Dewa. Seperti dalam film yang mendramatis.
Perasaan senang Dewa, terhempas sudah. Senyuman kecut pun terlihat jelas di wajah tampan Dewa.

"Ayo berangkat." Ucap Asya menarik tangan Dewa agar berdiri. Dengan loyo Dewa berdiri.

"Hm om tante kami berangkat dulu ya."

"Hati-hati ya." Pesan papih Asya sebelum Dewa dan Asya keluar.

Dewa terus memasang senyuman kecutnya, bahkan saat mereka sedang berada di perjalanan pun suasana nya menjadi hening tanpa pembicaraan. Asya yang mulai merasa heran dengan sikap Dewa akhirnya mengeluarkan suaranya untuk menegur Dewa.

"Wa." Teriak Asya.

Dewa menoleh sekilas, namun tidak membalas panggilan Asya. Asya memukul pelan bahu Dewa membuat Dewa kembali menoleh sebentar dan kembali fokus pada jalanan di depan.

Asya menghela nafasnya kasar, seperti Dewa sedang tidak mood kepadanya. Dari pada membuat masalah lebih baik Asya diam saja.

Setelah sampai di sebuah pasar malam, Dewa dan Asya langsung masuk ke area pasar malam itu dan berjalan ke sekeliling, tentunya dengan Dewa yang masih merajuk pada Asya. Hingga keduanya berjalan tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.

"Wa. Ayo naik itu." Tunjuk Asya pada wahana kora-kora. Tapi Tidak ada tanggapan dari Dewa.

Jengkel dengan sikap Dewa yang seperti itu, Asya melepaskan tangannya dari genggaman Dewa kemudian berdecak pinggang menatap kesal Dewa, tapi bukannya terlihat seram, Asya malah menjadi terlihat sangat kyuut di mata Dewa. Mati-matian Dewa berusaha menahan diri agar tidak gemas pada Asya.

"Lo kenapa sih. Udah aneh jadi makin aneh tau gak, kalo lo sok cuek kaya gini." Cerocos Asya.

Dewa diam, tapi beberapa saat kemudian baru mengeluarkan suara nya.

"Hape Lo sini."

Asya mengkerutkan alisnya bingung, kenapa malah hape nya? Dengan kebingungan Asya memberikan ponselnya pada Dewa dan memperhatikan gerak gerik Dewa pada ponselnya.

"Liat." Perintah Dewa agar Asya melihat layar ponselnya dan ponsel milik Asya sendiri. Dari layar ponsel Dewa terlihat jelas banyak sekali Poto Asya yang Dewa simpan di geleri ponselnya mau itu Poto Selfi ataupun Poto candid. Hal itu berbanding terbalik dengan layar ponsel Asya yang menunjukkan banyak sekali Poto idol pria tampan yang berasal dari Korea ataupun negara lain, dan ucapan Asya ternyata benar di geleri ponselnya sama sekali tidak ada Poto Dewa.

Dewano (Squel MHIMCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang