25. *Egois*

1.2K 156 9
                                    

UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, OKE!

HAPPY READING.



Sudah empat hari berlalu namun Asya tak mendapat kabar dari Dewa. Terakhir Dewa menelfonnya tengah malam, tapi tak sempat terangkat oleh Asya. Karna saat itu Asya sudah tidur, dan ketika pagi nya, Asya mencoba menelfon kembali Dewa tapi sayang, nomor Dewa sedang dalam panggilan lain.

Tak pernah disangka Asya akan berada di posisi seperti ini. Hati nya selalu merasa gelisah, tapi ia tak tau apa alasannya.

Dua hari ini Asya menjadi super sensitif terhadap kesalahan yang dibuat orang lain, walaupun dilakukan dengan tak sengaja.

Natta dan Adel bahkan sesekali jadi imbas kemarahan Asya. Ketika mereka berusaha melerai Asya saat beradu mulut.

Asya sebenarnya sangat sadar dengan apa yang dilakukannya. Ia tak ingin bersikap kasar, ia juga tak ingin mencari masalah. Hanya saja Asya sangat bingung dengan sikapnya yang sulit dikendalikan. Moodnya benar-bener sering hancur, hanya dengan hal sepele.

"Dimakan Sya. Jangan ngelamun terus." Tegur Natta.

Asya yang melamun, mengerjabkan mata nya. Sadar jika dirinya saat ini sedang berada di kantin.

"Gue udah kenyang. Lo mau ikut gue balik ke kelas, apa nungguin dia. Nat?" Tanya Adel menaruh sendok yang dipegangnya ke piring dengan kasar dan berdiri menunggu jawaban Natta.

Asya menatap sejenak Adel, kemudian menunduk dan menghembuskan nafasnya pelan.

"Lo duluan kekelas aja gakpapa. Gue mau nungguin Asya." Ucap Natta.

Adel tak menjawab lagi. Ia langsung pergi dari sana. Karna memang, hubungan Asya dan Adel sedang tak baik saat ini.

"Adel masih marah sama gue." Ucap Asya.

Natta tersenyum lembut. Tangannya mengusap bahu Asya.

"Dia cuman kesel, jangan terlalu dipikirin."

"Tapi ini semua karna gue. Gue gak seharusnya dorong dia dan ngelampiasin emosi gue... dia pasti marah banget." Lirih Asya.




********


"Pulang bareng siapa?"

Asya terlonjak kaget saat diri nya sedang melamun di halte menunggu taksi. Dan dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul dan berbicara kepadanya.

Setelah melihat siapa orangnya. Raut wajah Asya menjadi santai kembali.

"Nunggu taksi."

"Tumben. Gak dijemput?" Tanya orang itu. Ikut duduk disamping Asya.

Asya menggeleng. Pandangannya menatap kesekeliling, mencari sesuatu.

"Lo gak bawa mobil?" Tanya Asya.

Cowok dengan seragam yang begitu bersih dan rapih. Sangat jauh dari kata bad. Tersenyum, dan menggeleng menjawab pertanyaan Asya.

"Soal tawaran gue semalem gimana?"

"Ah? Itu... gue belum mutusin. Gue gak pengalaman." Ucap Asya.

Dewano (Squel MHIMCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang