Marisa bukan Mandira

103 15 8
                                    

Hari ini Marisa tidak akan terkejut lagi, sudah begitu hafal diluar kepala setiap hari sabtu dan sekitar jam empat sore, pasti ada lelaki asing beserta dengan keluarganya di ruang tamu rumah nya.

Ini semua ulah ayahnya. Begitu keras kepala akan mencarikan lalu menikahkan nya dengan lelaki berprofesi seorang pengusaha terkenal.

Sungguh begitu memuakkan.

"Kali ini pengusaha dibidang apa?" lirih Marisa sembari menatap datar mobil Bmw hitam mengkilat di teras rumah nya.

"Tambang batu bara? Emas? hmm atau jangan-jangan direktur dari perusahaan mobil?" tebak Marisa asal-asalan.

Masih ngeri terhadap minggu lalu. Dimana seorang pengusaha pemilik perusahaan barang elektronik terkenal datang kerumah dengan membawa bermacam-macam barang dari perusahaan lelaki itu sendiri.

Lalu apa yg akan lelaki itu dapat? Yg pastinya kekecewaan dan tak sesuai ekspetasi.

"Ya... Kali ini pasti akan begitu lagi" pasrah Marisa lalu mulai kembali melangkahkan kakinya yg terbalut flatshoes bewarna maroon.

"Assalamu'alaikum. Risa pulang"

"Wa'alaikumsalam" jawab orang-orang didepan Marisa.

Semua atensi orang tersebut mengarah pada gadis yg masih berdiri di dekat pintu rumah.

Meski Marisa tau apa yg akan terjadi selanjutnya, ia tetap mengembangkan senyum semanis mungkin sampai gigi kelinci nya nampak, tak tanggung-tanggung lesung pipit nya juga terlihat.

"Itu Marisa? Anak bapak?" suara lelaki berjas hitam dengan dasi bermotif polkadot. Lelaki itu bergidik ngeri, bahkan matanya menatap jijik pada Marisa.

"Iya, itu anak saya. Gimana?" tanya ayah Marisa dengan gurat gelisah. Sesekali mata ayahnya itu melirik anak gadisnya sendiri dengan mata tajam dan melotot.

"Maaf pak Ganjar. Saya tidak mau. Bagaimana bisa? Foto yg bapak tunjukan pada saya berbeda dengan aslinya!" terang lelaki itu sedikit naik oktaf.

"Ta-tappi anak saya bisa berubah seperti di foto kok"

"Saya benar-benar merasa tertipu. Memang wajahnya mirip dengan di foto, tapi... aslinya? benar-benar menakutkan!" terang lelaki itu lagi.

Bagaimana tidak merasa tertipu? Bahwa sebenarnya foto yg diperlihatkan adalah foto kembaran Marisa.

Tanpa pamit lelaki beserta kedua orang tua nya berlalu begitu saja meninggalkan keluarga Marisa beserta cangkir-cangkir yg belum habis isinya.

Tubuh Marisa berbalik melihat kepergian orang-orang itu. Senyum nya masih terukir, tak peduli perkataan dari orang itu begitu menyakitkan.

Ia berbalik lagi, menatap ayahnya yg terdiam sambil mengepalkan tangan.

"Ayah..."




Prang!!!

"AGHHH SIALAN!!" teriak sang ayah murka.

Setelah menghempaskan cangkir-cangkir kaca. Ganjar, ayahnya Marisa mengusap wajahnya dengan kasar.

"SUDAH BEBERAPA KALI AYAH KATAKAN RISA!"

"JADILAH SEPERTI KEMBARAN MU!"

"JANGAN JADI GADIS YG MENJIJIKAN!!"

Ayah Marisa enggan menoleh lagi. Ia juga berlalu meninggalkan Marisa yg menatap nya sendu.

"Sudah beberapa kali Risa katakan ayah- Risa ga bisa jadi kak Mandira.." lirih Marisa dengan tersenyum getir. Meski tak akan didengar sang ayah, kalimat itu akan terus ia katakan.

(SA)mudra (MA)risaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang