Marisa tak tau dia dimana sekarang, sungguh seingat nya ia masih duduk di halte bersama lelaki bertato itu. Marisa semakin dibuat kebingungan karna disekililing nya begitu asing. Ia juga dibuat kaget dengan keberadaan kacamata nya yg mana tak ia temukan di atas batang hidung nya.
Bahu Marisa bergetar ketakutan, karna kacamata tersebut adalah salah satu benda penting baginya, penglihatan nya cukup buruk tanpa kacamata tebal nya itu.
"Ka.. kacamata ku" lirih Marisa kelimpungan
Ia ingin keluar dari ruangan ini, namun ia rasa itu adalah keputusan yg tidak tepat. Mengingat ia tak memakai kacamata sekarang, Marisa pastikan ia bisa saja menubruk tembok atau apapun itu yg mana ia takut akan menimbulkan kekacauan.
Ia sangat takut, jika nanti ia akan menubruk sesuatu benda berharga ditempat ini.
"Tapi ga mungkin aku terus berdiam diri disini" batinnya menjerit
Marisa berdesis kesal, mau tak mau ia mulai berdiri dan melangkah sedikit demi sedikit sembari meraba disekitar nya.
Marisa sudah seperti orang buta saja, ia memang masih bisa melihat namun minus matanya terlalu parah hingga ia tetap akan mengandalkan tangan nya juga untuk berjaga-jaga.
"Lo-"
PRANGGGG
Sesuatu terjatuh di atas kaki marisa juga mengenai lantai. Marisa sangat terkejut, ia menjatuhkan sesuatu yg ia yakini itu adalah vas bunga yg terbuat dari kaca. Vas itu jatuh tepat diatas kaki mandira lalu pecah karna mengenai lantai juga.
Jantung Marisa terasa copot, bahkan nafas nya tercekat begitu saja. Seseorang menepuk bahunya dari belakang hingga membuatnya refleks berbalik dan tangannya mengenai sesuatu.
"Eumm ma-maaf, ak.. aku ga sengaja" ujar Marisa dengan bibir bergetar
Ia sangat takut sekali, ia melihat sosok lelaki tinggi didepannya. Namun, wajah lelaki itu tidak begitu jelas.
"Ak-akku-AAaakhh" teriak Marisa kaget, kala kakinya tak lagi menyentuh lantai. Ia sedang di bopong dan dibawa ke sofa.
Kali ini keterkejutan Marisa berlebihan hingga seluruh tubuhnya ikut bergetar karna saking cemasnya.
"Sorry, gue gendong lo karna kaki lo luka"
Marisa meneguk ludah nya dengan susah, ia hanya mengangguk pelan sebagai balasan.
"Jangan takut" ujar Samudra cepat, karna ia melihat Marisa sedikit mundur dari duduknya.
Ya, lelaki itu adalah Samudra. Niatnya, hanya ingin bertanya keadaan Marisa tapi malah membuat gadis itu terkejut.
"Bentar, gue mau ambil obat merah"
Lagi-lagi Marisa hanya mengangguk kaku. Ia masih belum menemukan jawaban ia dimana sekarang, dan siapa lelaki yg tiba-tiba datang ini.
Tak lama Samudra kembali dengan ditangannya ada sebuah kotak P3K dan kacamata yg mana itu adalah milik Marisa.
Samudra meletakkan kacamata tersebut ditangan Marisa, meski lagi-lagi gadis itu kembali terkejut. Tapi Marisa sudah hafal dengan bentuk kacamata nya, hingga membuatnya lega lalu kembali memakai kacamata nya itu.
"Sorry, kacamata lo nanti gue ganti baru"
"Ee ga usah" tolak Marisa halus
Setelah memakai kembali kacamata nya, barulah Marisa mengenali sosok didepan nya ini. Lelaki yg ia temui di bus juga di halte tadi.
Samudra menatap nya tak suka, kala kalimat tersebut keluar dari mulut Marisa. Lalu yg berkata malah kebingungan melihat ekspresi Samudra itu.
"Sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
(SA)mudra (MA)risa
RandomBagaimana jika mereka dipertemukan dengan nasib yang sama? Lalu akan kah Marisa membuktikan pada Ayah nya, bahwa ia akan menikah dengan pengusaha sukses seperti yang Ayah nya minta?