Setelah mendapatkan apa yg ia cari, Marisa kembali berlari meski sedikit rintik hujan membasahi. Marisa tetap berlari dengan menenteng kresek hitam ditangan nya.
Untung tak jauh dari halte ada apotek yg masih buka jadi Marisa tak akan bingung mencari obat luka dimana. Kaki nya dengan gesit melangkah cepat sampai tak memperhatikan sekitar.
Bugh!
Karna tubuh yg pendek dan juga mungil, Marisa tersungkur setelah menubruk tubuh seseorang yg jauh lebih tinggi darinya.
"Emm maaf" ucap Marisa cepat lalu berusaha mencari dimana letak kacamata nya yg jatuh.
Sedangkan lelaki yg sempat bertubrukan dengan Marisa hanya terdiam dengan tatapan yg tak bisa diartikan. Lelaki itu hanya menghela nafas lalu beranjak tanpa mau membantu Marisa yg kuwalahan mencari kaca matanya.
"Ck!"
Marisa berdecak kala kaca mata nya telah ia dapati namun kaca mata sebelah kanan miliknya retak parah.
Tak ingin mengulur waktu untuk merenungi kaca matanya yg retak, Marisa bergegas memakai kembali benda beharga nya itu lalu lanjut berlari menuju halte.
Sedangkan di depan sana Samudra hanya memperhatikan dengan lamat gadis yg sedang berlari di depan sana.
"Mmaaf lama" ucap Marisa dengan suara kecil yg nampak sekali ngos ngosan.
"Kaca mata lo-"
"Diem dulu mas, lengan nya sini aku obatin" potong Marisa cepat.
Samudra tertegun dengan tatapan Marisa yg langsung menusuk matanya, seperti ada kesedihan dan kemarahan. Sementara Marisa yg sibuk bergelut dengan perban obat merah, Samudra malah sibuk memperhatikan gadis didepan nya ini.
"Emm ini" tunjuk Marisa pada kaca yg masih menempel, gadis berkaca mata ini nampak takut untuk menyentuh kaca yg tertancap pada lengan kokoh bertato itu.
Tanpa menunggu lama Samudra dengan entengnya mencabut pecahan kaca tersebut hanya dengan sekali ringisan, mata Marisa sampai membulat melihat itu.
"Obatin lagi" ucap Samudra dengan suara bass dan seraknya.
Marisa mengangguk cepat dan kembali bergelut dengan perban dan obat merah nya.
Setelah selesai Marisa dan Samudra menjadi sedikit canggung, mereka seperti tak tau membuka bicara.
"Makasih"
Marisa mendongak dan kembali terkejut, kenapa kata itu baru keluar dari mulut lelaki ini? ia sudah menunggu dari tadi.
Marisa mengangguk dengan senyum tipis dan mata yg sayu. Sial, sudah larut begini bisa-bisanya ia kepikiran untuk tidur. Padahal belum terpikirkan untuk tidur dimana.
"Lo ngantuk?" tanya Samudra kaku.
Marisa tak bisa mendengar jelas apa yg diucapkan oleh lelaki didepan nya ini. Sudah menjadi kebiasaan baginya jika terlalu mengantuk suara siapapun akan sedikit teredam, ia juga tak mengerti kenapa mudah sekali mengantuk secara tiba-tiba.
Samudra menatap lekat mata Marisa dibalik kaca mata yg retak itu, sungguh jika dilihat dengan intens begini wajah Marisa tidak terlalu buruk. Samudra yakin, jika saja Marisa mau merawat wajah nya dan sedikit bermake-up, pasti wajah didepan nya ini begitu cantik.
Marisa sudah tertidur disamping Samudra, berbaring tanpa terusik pun, padahal ada banyak nyamuk disekitar mereka.
Perlahan Samudra melepas kacamata Marisa agar tak semakin pecah jika nanti gadis itu merubah posisi tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
(SA)mudra (MA)risa
RandomBagaimana jika mereka dipertemukan dengan nasib yang sama? Lalu akan kah Marisa membuktikan pada Ayah nya, bahwa ia akan menikah dengan pengusaha sukses seperti yang Ayah nya minta?