Sesuai dengan keinginan Marisa yang ingin pulang. Samudra bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan yaitu membawa Marisa kerumah Bartan, dan sekarang ia harus mengantarkan gadis itu dengan selamat.
Yang pastinya ia meminjam mobil Bartan, meskipun sebenarnya Samudra lebih suka mengendarai motor. Sebelum itu, Samudra memang diusir tanpa membawa apapun tapi ia memiliki sebuah motor yang mana ia beli dengan hasil keringatnya.
Tapi harus ia gadaikan demi menyewa sebuah kontrakan untuk bertahan hidup.
"Eum nanti berenti di persimpangan saja di depan komplek" pinta Marisa dengan nada rendah.
Marisa begitu cemas, takut bahwa akan bertemu ayahnya jika saja Samudra mengantarkan nya sampai depan rumah. Apalagi faktanya Marisa sudah diusir.
Marisa sudah berencana akan segera mencari tempat tinggal setelah Samudra pergi.
"Stop"
Tepat setelah itu Samudra mengerem dan berhenti tepat beberapa meter lagi sebelum persimpangan.
Marisa turun dengan tergesa-gesa memastikan bahwa penglihatan nya tak salah.
Tadi bukan mobil ayah kan?
Marisa menggeleng pelan, sembari menghilangkan pikiran-pikiran negatif yg mengerayangi kepala nya.
"Kenapa?" tanya Samudra menghampiri dengan tampang datarnya.
"Aa tidak" balas Marisa cepat.
"Rumah lo?"
Marisa mendongak lalu menatap Samudra lekat. Entah kenapa dirinya merasa cemas dan gelisah, Marisa ragu ingin menyuruh Samudra pergi. Bagaimana jika ada sesuatu yg terjadi menimpanya setelah ini? Lalu siapa yg akan menolong nya?
Ah tidak-tidak! Seharusnya Marisa tidak boleh seperti ini, bukan kah dari kemarin ia sudah banyak merepotkan Samudra serta teman-teman lelaki itu?
Lalu kenapa Marisa sangat ragu akan meninggalkan lelaki didepannya ini?
"Rumah ku dekat dari sini, terimakasih. Kamu boleh pergi"
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Marisa baru tersadar bahwa apa yang ia katakan sangat tidak sopan.
"Eee—maaf maksud aku disana tidak boleh membawa pria"
Oke, Marisa semakin ngelantur dan sadar bahwa yang ia katakan semakin membuatnya ditatap aneh oleh Samudra.
"Aah soalnya... emm soalnya banyak ibu-ibu bergosip disana" lanjut Marisa berbohong berharap Samudra percaya.
Beberapa detik Samudra tetap tak berekspresi apapun lalu setelah nya lelaki itu mengangguk membuat Marisa menghela nafas lega.
"Maaf sudah banyak merepotkan mu, terimakasih. Semoga kita bertemu lagi"
Langkah kaki Samudra terhenti mendengar kalimat terakhir Marisa. Sedangkan gadis itu sudah melangkah menjauh darinya memasuki sebuah komplek perumahan.
Samudra memperhatikan gadis itu berjalan hingga punggung gadis itu menghilang dari pandangan nya.
Drrrrrtttt....
"Hm"
"Lo uda anter tu cewek?" tanya Bartan diseberang sana.
Yang menelpon nya adalah Bartan.
"Ya" jawab Samudra singkat.
Terdengar Bartan menghela nafas disana, membuat Samudra kebingungan.
"Ada yg pengin gue sampein ke lo, tapi nanti aja deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
(SA)mudra (MA)risa
RandomBagaimana jika mereka dipertemukan dengan nasib yang sama? Lalu akan kah Marisa membuktikan pada Ayah nya, bahwa ia akan menikah dengan pengusaha sukses seperti yang Ayah nya minta?