"Samudra!" panggil lelaki yg sudah berumur 48 tahun yg wajahnya tak kalah datar dan tegas seperti Samudra.
Samudra hanya menoleh tak menyaut. Ia memutar bola matanya dengan malas sambil memputar-putarkan bolpoin lucu bewarna coklat berkepala beruang.
"Ngapain kamu kesini??" tanya lelaki itu.
Samudra berdecak kessal, mau tak mau ia memutar tubuhnya menghadap sang lawan bicara.
"Kenapa anda harus repot-repot menanyakan itu pada saya?"
"Samu-"
"Ouh! Saya minta maaf. Saya baru ingat jika univ ini milik anda hahah" potong Samudra dengan raut renyah sambil tertawa.
Lelaki didepan nya ini memijit pelipis dan itu membuat Samudra semakin kessal dan berdecih.
"Samudra! Saya ini papamu!" tekan lelaki itu dengan wajah sedikit gerram.
"Anda mengakui itu?" tanya Samudra menatap intens sang Papa.
"Kalau saya sih enggak" sambung Samudra lagi.
Samudra mulai muak dan ia memilih untuk beranjak dari kampus milik papanya ini. Jika bukan untuk mengembalikan buku dan bolpoin milik gadis aneh tadi yg duduk di sampingnya saat di bus, Samudra tak akan mau menginjak kan kaki disini.
Sampai matipun ia tak kan mau.
Tapi.. demi gadis aneh itu.
Ia rela.
Samudra tau benar ia tak bisa dengan entengnya membiarkan buku dan bolpoin ini tetap bersama nya sedangkan tadi ia hanya meminjam.
"SAMUDRA!!" teriak sang papa murka.
Tak peduli para mahasiswa yg berlalu lalang berhenti hanya sekedar untuk menoleh pada siapa yg berteriak itu. Ellard, yaitu papa Samudra lagi-lagi menghampiri anaknya yg berhenti melangkah.
"Papa mohon pulang kerumah.. kasian mama mu. Kamu gak boleh setega itu sama mama mu, Samudra!"
Menghela nafas kasar. Samudra lagi-lagi memainkan bolpoin ditangannya dengan gemmas, yg faktanya adalah tangan Samudra begitu gatal ingin membari sebuah bogeman. Namun apadaya, didepan nya ini tetap orang tua nya.
"Mana yg lebih tega? Saya- atau anda hm?" tanya Samudra menusuk.
"Apa permintaan papa berat? Papa cuma ingin anak papa hidup nyaman dengan masa depan yg lebih jelas, kamu ga bakalan bisa mapan karna hobi memasak mu itu!"
Samudra mengangguk geli dan terkekeh. Ia hendak mematahkan bolpoin lucu ditangannya karena gerram, namun masih bisa ia tahan.
"Maaf tuan? Anda meminta itu bukan karna anda memikirkan masa depan saya-"
Mata Samudra semakin menajam. Bahkan rahang nya ikut mengeras karna saking beratnya menahan emosi saat ini.
"Tapi karna rasa kedengkian anda pada sahabat anda! Yang mana anaknya seorang pengendali perusahaan besar! Dan anda juga takut anak itu akan mengalahkan anda benar?" sambung Samudra lalu ditutup kekehan.
Ellard bungkam, ia langsung kicep mendengar penjelasan itu dari anak nya sendiri. Ini membuktikan bahwa apa yg dikatakan oleh Samudra adalah benar.
Ellard takut, jika suatu saat nanti perusahaan yg ia bangun tersingkir oleh perusahaan sahabatnya sendiri.
"Samudra-"
"Cukup!! Selama ini anda selalu mengekang saya. Dari kecil saya selalu dituntut untuk menjadi cerdas, dan saya turuti itu. Tapi sayang, menginjak dewasa saya mulai tak bisa dibodohi lagi. Apa yg anda mau dari saya itu bukan lah impian saya!" Jelas Samudra dengan nafas menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(SA)mudra (MA)risa
RandomBagaimana jika mereka dipertemukan dengan nasib yang sama? Lalu akan kah Marisa membuktikan pada Ayah nya, bahwa ia akan menikah dengan pengusaha sukses seperti yang Ayah nya minta?