CHAPTER 14 || FINAL CHAMPION

26 9 2
                                    

"Sekali lagi, tidak ada usaha yang sia-sia ketika kita melakukannya dengan sepenuh hati dan bersungguh-sungguh."

-DEAP

—–~©®~–—

Selamat membaca ...

Hari kedua Olimpiade Sains Nasional telah tiba. Setelah pengumuman hasil lomba kemarin malam, Bella, Zafran, dan Bima merasa sangat senang. Akhirnya usaha penuh drama yang mereka lakukan tidak sia-sia.

Perwakilan SMA dari berbagai kota telah berkumpul di aula khusus termasuk SMA Garuda yang menjadi salah satu dari sepuluh pemenang olimpiade hari pertama. Bella, Zafran, dan Bima tengah menunggu nama sekolah mereka dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan.

"SMA Garuda, masuk," panggil salah satu panitia melalui microfon.

Mereka bertiga segera masuk ke dalam ruangan bersama seorang panitia yang mengarahkan mereka ke sebuah meja yang tinggi, di atas meja tersebut terdapat sebuah bel lampu berwarna merah.

Zafran melihat di sekelilingnya, terdapat sepuluh meja yang membentuk lingkaran dengan jarak 2 meter dari meja satu ke meja dua dan ke meja lainnya. Tiga puluh peserta dari sepuluh tim siap beradu kecerdasan, kecermatan, dan kecepatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh panitia dan juri.

Bella menarik napas dalam-dalam guna menetralisir rasa gugupnya. Jangan gugup, Bella.

Zafran, Bella, dan Bima saling bertukar pandang. Sorot mata ketiganya sama-sama memiliki makna 'kita pasti bisa'.

Seorang pria berpakaian jas yang berdiri di tengah lingkaran tersebut mulai membuka ajang Olimpiade Sains Nasional dengan heboh. "Haloo ... Gimana nih kabarnya? Pasti sangat senang kan bisa berada di sini? Haha santai jangan tegang dulu ...," ujarnya dengan membawa kertas di tangannya.

"Lomba hari ini diikuti oleh sepuluh tim yang berhasil lolos dari lomba babak pertama kemarin. Sebelumnya, saya ucapkan selamat kepada sepuluh tim yang telah berhasil sampai ke titik ini."

"Oke baik langsung saja, saya akan menjelaskan aturan mainnya ... Eh peraturan lomba hari ini maksudnya," lanjut sang MC.

"Sistem perlombaan kali ini adalah Final Champion. Sepuluh tim yang berada di sini akan beradu kecerdasan, kecermatan, dan tentunya kelincahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan saya maupun juri ajukan."

Seluruh siswa yang ada di ruangan tersebut saling bertukar pandang sesama timnya. Mereka heboh ketika mendengar sistem perlombaan di babak kedua ini. Final Champion.

Beda halnya dengan Zafran, pemuda itu terlihat tenang bahkan tersenyum dalam hati. Dugaannya seratus persen tepat, ia menebak dengan benar bagaimana sistem perlombaan hari ini yang menurutnya cukup unik dan menegangkan.

"Saya akan memberikan dua puluh lima pertanyaan yang akan ditampilkan pada layar proyektor. Santai, jangan merasa senang dulu ... akan ada lima pertanyaan khusus dari lima juri di sana tentunya."

"Tim yang bisa menjawab, silakan pencet bel di atas meja. Bel yang menyala lebih dulu otomatis akan membuat bel dari tim lain tidak bisa menyala. Jadi, tidak akan ada kecurangan dan ketidakadilan di dalam perlombaan ini," jelas pria tersebut secara gamblang.

"Bagaimana, sudah mengerti?"

"Mengerti!" jawab mereka serentak.

"Baiklah, kita akan mulai Final Champion ini dalam hitungan mundur."

Lighting dalam ruangan tersebut meredup hingga menampakkan hitungan mundur dari layar proyektor. "Lima, empat, tiga, dua, satu!" Sirene berbunyi nyaring, menandakan lomba dimulai.

✓A Journey to Find You: Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang