CHAPTER 16 || KEMBALI

21 8 0
                                    

"Kejutan dari Tuhan. Hem, terkadang, saat kita tidak meminta apapun, Tuhan selalu memberikan kita kejutan-kejutan menarik. Mungkin itu salah satu jawaban dari doamu di masa lalu yang belum sempat terkabul."
-DEAP

–—~©®~–—

Selamat membaca ...

Di UKS, Diana dan Fani tengah mencari salep di kotak P3K, sedangkan Bella hanya duduk di brankar, seperti yang diperintahkan oleh mereka.

Bella merasa bosan karena tidak berbuat apa-apa. Namun, dalam hatinya, Bella merasa senang karena akhirnya hubungan pertemanan mereka membaik. Sungguh, Tuhan memang adil.

Sudah terlalu lama mereka mencari salep, namun tidak ada tanda-tanda akan adanya salep di sana. "Bel, kayaknya gak ada salep di sini," ujar Fani.

"Mungkin di lemari itu," sahut Diana.

Fani menggelengkan kepalanya. "Gak ada, Di, udah gue cari."

Bella merasa bersalah karena sudah merepotkan mereka. "Udah, gak apa-apa kok, nanti juga sembuh sendiri," ujar Bella menenangkan mereka.

"Gak bisa, Bel, udah lo diem di situ, gue akan beli di supermarket dekat sekolah," kukuh Diana lalu membuka pintu UKS.

Saat Diana ingin ke luar dari sana, seorang pemuda menerobos masuk membawa sekantong plastik. Diana menghentikan langkahnya.

"Zafran ...," pekik Bella saat mengetahui Zafran ada di sana.

Zafran mengeluarkan salep dan perban kasa dari kantong plastik. Hal itu membuat Diana mengurungkan niatnya untuk pergi ke supermarket.

Zafran menarik kursi ke dekat brankar dan mendudukinya. "Mana tangan lo," ujarnya dengan wajah datar.

"Ekhem, Bel, gue sama Diana ke kelas dulu ya, izinin lo," ujar Fani sengaja memberikan ruang kepada Bella dan Zafran.

"Eh, jang–" Sebelum Bella menyelesaikan kata terakhirnya, Diana sudah menutup pintu UKS. Kini menyisakan Bella dan Zafran.

Zafran menarik tangan kanan Bella lalu mengoleskan salep di atas lukanya.

Bella menatap Zafran penuh makna, raut wajah Zafran tampak khawatir. Entah mengapa Bella senang melihatnya, sampai-sampai rasa perih di tangannya hilang dalam sekejap.

Setelah mengoleskan salep dan membalutnya dengan kasa, Zafran mengangkat kepalanya. Tanpa sengaja, kedua manik mata mereka bertemu dan terkunci beberapa saat.

Keduanya sama-sama tersadar dan saling membuang muka satu sama lain.

"Makasih," ucap Bella tulus.

Zafran tersenyum dan mengangguk. "Lain kali hati-hati."

Bella mengangguk patuh. "Zafran kenapa peduli sama Bella? Kan Zafran masih marah."

"Emangnya gue pernah bilang kalau gue marah sama lo?" tanya Zafran tenang.

Bella diam sejenak mencoba mengingat. "Eng-gak," balasnya sembari menggeleng pelan.

"Tapi, waktu itu Zafran gak mau dengerin Bella, terus Zafran juga bentak Bella ...," lirihnya.

"Kenapa Zafran juga peduli sama Bella? Saat Bella sakit waktu olimpiade dan saat ini. Apa Bella harus sakit dulu, biar Zafran gak marah sama Bella?" rancau Bella. Hal itu terdengar menyakitkan di telinga Zafran.

Zafran menggeleng lalu berkata, "Gak perlu, Bella. Lo gak boleh sakit lagi, lo udah banyak terluka gara-gara gue. Gue minta maaf," lirih Zafran.

Bella meneguk ludahnya susah payah, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali yang meminta maaf kepadanya hari ini?

✓A Journey to Find You: Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang