•Psyco• 3. Alano senyum? Ya!

1.1K 137 6
                                    

⚠️FULL SWEET's⚠️

diharapkan teman teman bacanya pelan pelan aja, santai aja supaya heart melted nya berasa😋😋













***
Alano berjalan menuruni tangga dengan rambut basah. Handuk juga masih tersampir di pundaknya. Saat tiba pada pijakan terakhir anak tangga, ia melihat adiknya yang lagi fokus memandang tv. Bahkan sepertinya adiknya itu tidak menyadari kalau ia tengah berjalan mendekat kearahnya.

"Alfa, ngapain?"

Alfa terlonjak kaget, ia patah patah menoleh kearah Alano. "A-abang! Bikin kaget aja."

Alano terkekeh gemes. "Nontonin apa sih, serius banget kayaknya."

Alano mengambil posisi untuk duduk di samping Alfa, Alfa yang peka sedikit bergeser ke samping agar abangnya itu mendapatkan space untuk duduk.

"Jadi, Alfa lagi nonton apa, hm? Kamu nggak belajar? Minggu depan abang dengar kamu ada ulangan harian, kan."

Pertanyaan beruntun yang Alano lontarkan membuat Alfa sedikit gugup. Entah kenapa ia tidak pernah segugup ini berbicara dengan seseorang sebelumnya. Hanya dengan abangnya saha. Mungkin akibat Alfa melihat Alano hari itu. Pandangannya sekarang berubah total saat melihat Alano. Alfa merasa ia harus selalu waspada berada di sekitar abangnya ini.

"Maaf abang. Kalau begitu Alfa akan belajar aja," jawab Alfa. Saat berdiri dan hendak pergi tangannya di tahan Alano. Sontak hal itu membuat Alfa terlonjak kaget kembali. Sungguh ia tidak akan pernah bisa merasa biasa saja saat berinteraksi dengan Alano sekarang.

"Kamu bisa belajar nanti. Duduk dan kita akan nonton tv bersama." Alano menarik tangan Alfa untuk kembali duduk.

"Umm, tapi bang Alfa-"

"Jangan menolak, Alfa." titah Alano dengan penekanan di tiap katanya.

Alfa lantas sontak mengangguk dan kembali duduk. Sial, ini menakutkan.

"Bagaimana sekolahmu hari ini."

Alfa masih dengan rasa gugup juga takutnya menjawab pertanyaan yang di lontarkan Alano. "Umm, baik ko bang. Kayak biasanya, hehe." Alfa tertawa canggung menjawabnya.

"Benarkah?"

Alfa menoleh kearah Alano. Ia lantas mengangguk mengiyakan. Perasaannya di sekolah tadi memang menyenangkan, seperti biasa. Apalagi Alfa bisa bertemu dan bermain bersama ketiga temannya. Bisa di bilang itu hal menyenangkan bagi Alfa.

"Kalau abang bagaimana? Apa hari abang menyenangkan?"

Alano mendengus mendengarnya. Oke, Alfa sepertinya salah melontarkan pertanyaan itu. Mood Alano terlihat menurun mendengarnya. Alano menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Tidak, ini benar benar hari yang buruk."

Alfa terdiam bingung mau menjawab apa.

Televisi dihadapan mereka benar benar terabai total. Alano yang memejamkan matanya, sedangkan Alfa yang bingung mau merespon apa dari pengakuan abangnya tadi. Apa Alfa harus menghibur abangnya ini? Tapi bagaimana?

Beberapa menit hening, hanya suara televisi yang bising menyelubungi keheningan diantara kedua saudara itu.

"Oh, tunggu sebentar bang. Alfa ngambil sesuatu dulu di kamar. Bentar ya!"

Tanpa menunggu Alano merespon, Alfa langsung melesat pergi menuju kamarnya. Alano yang mendengar itu sontak membuka matanya. Netranya menangkap sosok Alfa yang tengah bergegas naik menuju kamarnya. Alano tidak sempat menahannya. Hah, lagi lagi anak itu kabur. Padahal Alano berniat untuk memulihkan kembali mood nya yang buruk.

Alano menghela nafasnya. Yasudahlah, besok ia akan menyuruh Alfa untuk pergi sekolah bersamanya saja.

Alano kembali memejamkan matanya. Ia terlalu malas untuk berjalan ke kamarnya. Mungkin untuk malam ini ia akan tidur di sofa aja.

Saat mencoba memasuki alam mimpinya, telinganya yang cukup sensitif ini mendengar suara langkah kaki dari tangga. Tidak ada siapapun selain dia dan Alfa. Apa mungkin? Alfa tidak menghindarinya? Alfa benar ingin mengambil sesuatu di kamarnya lalu kembali lagi untuk menemaninya?

Alano membuka matanya, ia sontak menoleh kearah tangga.

Benar itu Alfa.

"Abang maaf ya agak lama. Nih, Alfa punya cake coklat, tadi Alfa beli pas di sekolah. Cakenya enak banget! Abang coba deh. Oh, bentar Alfa ambilin abang garpu dulu."

Setelahnya Alfa kembali berlari menuju dapur untuk mengambil garpu dan segera bergegas kembali.

"Nih garpunya." Alfa menyodorkan garpunya ke Alano.

Alano yang masih memproses apa yang terjadi hanya terdiam sambil memegang garpu juga menatap tak mengerti cake dihadapannya.

"Ayo buruan di makan bang! Itu cocok banget dimakan pas mood kita lagi buruk."

Alano menangguk aja, tanpa sadar ia memotong cake itu sedikit lalu memasukkan potongan cake coklat milik adiknya itu kedalam mulutnya. Tanpa sadar Alano tersugesti untuk melakukannya. Bahkan ia sendiri lupa kalau dirinya sangat, sangat membenci makanan manis. Biasanya Alano tidak bisa menyoleransi manis sama sekali.

"Gimana? Enak kan bang?" tanya Alfa dengan mata berbinarnya. Entahlah, entah kemana perginya rasa takutnya tadi pergi. Itu hilang begitu saja.

"Hm, enak." balas Alano singkat, ia mengalihkan pandangannya.

"Kalau gitu ayo makan lagi bang biar abang ga bad mood lagi. Pasti abang capek ya kerja tadi. Jadi model pasti melelahkan ya bang? Apa Alfa bantu abang aja kerja sampingan supaya abang ga kecapean kerjanya?" Alfa menghela nafas sedih. Ya walau bagaimanapun Alano tetap abang yang menanggung kebutuhan sehari harinya. Alfa tetap berterimakasih mengesampingkan bagaimana Alano sebenarnya. Alano sudah berusaha menjadi abang yang baik untuknya.

Alano menelan sisa sisa cake terakhir di mulutnya. Tangannya menggeser cake coklat milik Alfa kembali ke pemiliknya.

"Makanlah, jangan berpikiran aneh. Abang senang melakukannya untukmu. Tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak penting." Alano mengusap lembut rambut adiknya, sudut bibirnya sedikit terangkat keatas. Alano tersenyum tipis, sangat tipis. Entah Alfa menyadarinya atau tidak.

Alano menyudahi usapannya. Alano bangkit dari duduknya hendak beristirahat di kamarnya saja. Sepertinya itu akan lebih nyaman.

"Ingat untuk menyikat gigimu setelah menghabiskan cake coklat itu. Segera tidur setelahnya. Ingat jangan bergadang, besok sekolah."

Kini giliran Alfa yang terdiam setelah mendapatkan perlakuan tiba tiba dari abangnya. Tangannya meraba rambutnya tadi yang baru saja dielus Alano. Sepertinya untuk kali ini Alfa tidak bermimpi. Ini nyata.

"Besok ke sekolah bareng abang, ya?"

Alfa mendongak menatap Alano yang ternyata belum pergi ke kamarnya. Alfa tanpa sadar menanggukkan kepalanya tanpa paksaan.

Alano lagi lagi mengulas senyum tipisnya. Entah sudah kali keberapa ia tersenyum karena Alfa seharian ini. Moodnya sudah benar benar sangat bagus sekarang. Memang tidak salah kalau Alano mengatakan kalau ia sangat menyayangi adik semata wayangnya ini.

"Selamat malam, dek."







TBC

haiii😋

ga lama lama banget lah ya kita ga ketemunya ehee. Nah mumpung moodku lagi bagus juga kayak ayang Alano😋 kalian boleh req deh buat aku up cerita apa lagi hari ini. Drop it in comment section, awkayyy!

oh iyaa, gimana perasaan kalian setelah baca chap ini? Aku nulisnya dengan perasaan hati yg berbunga bunga loh. Full senyum banget chapter 3 ni

ayoo kita interaksi bareng bareng lagiii

Sweet PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang